11 Penebangan manual dilakukan dengan menggunakan golok atau parang
Gambar 8 Pramana, 2008.Tanaman tebu harus ditebang pada umur rata-rata antara 12-14 bulan. Apabila tanaman telah cukup umur, usaha terpenting adalah
penentuan awal giling dan penentuan kebun-kebun mana yang ditebang terlebih dahulu, sesuai dengan tingkat kemasakan tebu Notojoewono, 1968.
Tanaman tebu yang dipanen harus memiliki umur tebang optimum. Umur tebang optimum bervariasi menurut varietas dan iklim. Pada dasarnya tanaman
tebu ditebang apabila telah mencapai tingkat kemasakan yang maksimal berdasarkan analisa pendahuluan. Saat yang lazim untuk memulai kegiatan tebang
adalah apabila hasil analisis pendahuluan menunjukan bahwa luas tanaman tebu atau jumlah petak tebangan telah mencapai tingkat kemasakan yang cukup tinggi.
Kemasakan tebu sebelum dipanen dapat diketahui melalui analisa pendahuluan yang dilakukan setiap 15 hari sekali. Berdasarkan hasil analisa dapat segera
ditentukan areal kebun yang telah mencapai kemasakan optimum, sehingga perlu segera ditebang. Jalannya proses kemasakan tebu berjalan dari ruas bawah ke ruas
atas. Tingkat kemasakan dari tiap ruas akan berbanding lurus dengan umurnya. Ruas-ruas tebu bagian bawah mengandung kadar gula yang lebih tinggi dari ruas-
ruas bagian atas. Sistem pemanenan akan mempengaruhi besarnya susut yang terjadi.
Pemanenan dengan tenaga manusia sebenarnya mempunyai kemungkinan untuk menebang batang tebu pada bagian yang tepat. Tetapi untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan memerlukan sistem pengawasan yang ketat. Sedangkan ketepatan pemotongan batang tebu dengan menggunakan mesin panen tebu mekanis banyak
ditentukan oleh keadaan lahan serta keadaan tanaman tebu itu sendiri saat dipanen. Keadaan tanah yang relative seragam dan sedikitnya jumlah tebu yang
rebah akan banyak membantu dalam usaha pengurangan susut yang terjadi saat pemanenan Pramudya, 1989.
2.4. Parang dan Ketajamannya
Alat-alat tradisional masih tetap digunakan untuk jangka waktu panjang, oleh karena itu studi yang mendalam mengenai alat-alat tersebut perlu terus
dikembangkan. Hal ini diperlukan agar dalam melaksanakan atau melakukan
12 pekerjaan dimana digunakan peralatan tradisional dapat dicapai efisiensi kerja
yang tinggi disamping keselamatan dan kenyamanan kerjanya tetap terjamin Effendy, 1983.
Menurut Vriadi 1998, parang terdiri dari berbagai macam bentuk sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, yaitu; Parang Gadubang, Parang Bengkok
Koluok, Parang Babatan dan Parang Panjang. Parang gadubang atau parang pendek merupakan jenis parang yang utama dalam keperluan rumah tangga,
khususnya di rumah tangga pedesaan. Panjang parang ini biasanya 40 cm. Parang Bengkok Koluok disebut parang bengkok karena bentuk badannya bengkok.
Panjang parang ini lebih kurang 43 cm, lebih panjang dari parang gadubang. Parang babatan tidak kalah terkenal dengan parang gadubang, karena parang ini
juga banyak dijual di pasar-pasar untuk keperluan para petani untuk membabat runput ilalang yang tumbuh di lahan garapan mereka. Ukuran panjang parang ini
biasanya hanya 34 cm. Parang panjang biasanya digunakan untuk memotong kayu bakar, selain itu juga digunakan untuk memotong daging dan ikan oleh pedagang
daging dan ikan. Parang ini merupakan yang terpanjang makanya disebut parang panjang. Ukuran panjangnya lebih kurang 50 cm.
Gambar 8. Mata pisau yang tajam dan tumpul a, runcing dan tidak runcing b Lisyanto, 2007
Ketajaman sharpness dan keruncingan fineness merupakan dua sifat yang berbeda pada sebuah mata pisau. Pisau dikatakan tajam apabila pisau
tersebut memiliki radius dan ketebalan mata pisau yang kecil, sedangkan dikatakan runcing apabila pisau tersebut memiliki sudut mata pisau yang kecil.
13 Kebalikan dari ketajaman adalah ketumpulan dullness,sedangkan kebalikan dari
keruncingan disebut tidak runcing bluntness Gambar 9 Lisyanto, 2007. Sudut mata pisau memiliki efek yang signifikan terhadap gaya pemotongan
maksimum. Pisau yang memiliki sudut mata pisau yang kecil fine membutuhkan gaya pemotongan maksimum yang relative rendah. Sudut mata pisau yang kecil
fine menghasilkan penampang mata pisau yang kecil sehingga gaya yang diperlukan untuk penetrasi pisau ke material yang dipotong juga relative rendah
Lisyanto, 2007. Ketajaman pisau parang merupakan salah satu faktor penting dalam
pemotongan material. Ketajaman memiliki efek yang signifikan terhadap gaya pemotongan, semakin tajam pisau yang digunakan maka gaya pemotongan yang
diperlukan juga semakin rendah.
14
III. METODOLOGI PENELITIAN