Gula yang Hilang Hasil Pengujian Lapang 1. Waktu Tebang

28 ini lebih cepat dengan yang dilaporkan oleh Rohman 2008, bahwa waktu yang dibutuhkan dalam satu kali menebang tebu 0,67 detik dengan berat parang 400- 550 gram. Hal ini dikarenakan perbedaan ukuran parang yang digunakan dalam penelitian ini dan parang yang digunakan oleh Rohman serta proses pemotongan tebu yang dilakukan oleh Rohman memotong tebu dengan beberapa kali ayunan.

4.2.2. Gula yang Hilang

Tinggi tunggul yang tertinggal atau tersisa di lahan di ukur untuk mengetahui berapa banyak gula yang hilang atau yang tertinggal di lahan. Pengukuran ini dilakukan langsung setelah tebu di potong dengan menggunakan penggaris. Tinggi tunggul yang tertinggal dihitung dari permukaan tanah. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa tebu varietas PA 198 ini menghasilkan 94,3 ton tebuha. Dari wawancara dengan sinder tebang diketahui bahwa rendemen dari tebu yang diamati adalah 6. Berat 1 batang tebu 1,42 kg. Maka setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa untuk 1 cm batang tebu beratnya 4,74 gram Lampiran 3. Tabel 4. Nilai tinggi tunggul cm dan gula hilang g Keterangan Parang Tajak tinggi cm gula hilang g tinggi cm gula hilang g Min 7,96 2,27 0,55 0,16 Max 13,24 3,78 4,71 1,34 Rata-rata 10,38 2,96 2,81 0,79 S.D 1,58 0,45 1,33 0,39 C.V 0,15 0,15 0,48 0,49 Berdasarkan Tabel 4 diatas, dapat dikatakan bahwa penebangan dengan menggunakan parang menghasilkan tinggi tunggul yang cukup tinggi dibandingkan dengan penggunaan tajak. Semakin tinggi tunggul maka semakin tinggi pula gula yang hilang karena tunggul tebu yang tertinggal di lahan. Hasil pengukuran tinggi tunggul pada penebangan menggunakan tajak menunjukan bahwa rata-rata tinggi tunggulnya 2,81 cm. Syarat yang ditetapkan oleh pabrik agar tidak dilakukan kepras adalah tunggul setinggi 3cm. Dari hasil yang didapat 29 ini, penebangan dengan menggunakan tajak dianggap tidak memerlukan dilakukan kepras lagi. Lain halnya dengan penebangan dengan menggunakan parang, rata-rata tinggi tunggulnya 10,38 cm. Tinggi tunggul penebangan parang ini jauh di atas syarat yang ditetapkan pabrik, maka untuk penebangan dengan menggunakan parang masih perlu dilakukan kepras. Gambar 24. Tinggi Tunggul Tertinggal dari Penggunaan Parang Gambar 25. Tinggi Tunggul Tertinggal dari Penggunaan Tajak Faktor yang mempengaruhi tingginya sisa tunggul di lahan adalah ukuran dan bentuk alat tebang serta penebang itu sendiri. Gula yang hilang di lahan dengan menggunakan parang berkisar antara 2-4 gram, sedangkan dengan menggunakan tajak berkisar antara 0-1 gram. Tunggul Tertinggal 30 Tabel 5. Perbandingan tinggi tunggul dan gula yang hilang per Ha Keterangan Tinggi tunggul cm Gula yang hilang kg Parang Tajak Parang Tajak Jumlah 615528,5 157192,4 175,35 44,78 Selisih 458336,1 130,54 Pada perhitungan yang telah dilakukan, terlihat pada Tabel 5 bahwa total gula yang hilang per Ha dengan menggunakan parang dan tajak adalah 175,35 kg dan 44,78 kg Lampiran 1 dan 2. Maka dengan penggunaan tajak sebagai alat tebang tebu, total gula yang hilang per Ha dapat dikurangi sebanyak 130,54 kg. Harga gula Rp. 8500,- per kg. Maka gula yang hilang seharga Rp. 1109590,- per Ha. Dari hasil tersebut terlihat adanya perbedaan yang signifikan terhadap total gula yang hilang per Ha dengan menggunakan parang dan tajak. Penebangan dengan menggunakan parang, menghasilkan gula hilang lebih tinggi akibat tingginya tunggul yang tertinggal. Ketidakseragaman jumlah susut gula untuk setiap penebang, dipengaruhi adanya perbedaan usia dan pengalaman kerja penebang. Hal ini menyebabkan perbedaan sisa tunggul tebu yang signifikan antara penebang satu dengan penebang lainnya.

4.2.3. Kecepatan Tebang