Budidaya Tebu TINJAUAN PUSTAKA

7 Gambar 4. Skema dari penampang batang tanaman Persson, 1987 dalam Feri, 2008 Kekerasan tebu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu banyaknya ikatan pembuluh kayu dalam batang tebu dan banyaknya sklerenkim yang mengelilingi pembuluh angkut. Sehubungan dengan hal tersebut jenis dan varietas tebu berpengaruh terhadap kekerasan batang tebu, sehingga besarnya gaya pemotongan yang dibutuhkan juga tidak sama Hutasoit, 1978 dalam Feri, 2008.

2.2. Budidaya Tebu

Tanaman tebu yang dibudidayakan terdiri atas dua kategori yaitu tanaman pertama atau Plant Cane dan tanaman keprasan atau Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu yang ditanam langsung dari bibit hasil kebun bibit. Sedangkan Ratoon Cane adalah tanaman tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang tebu yang masih tertinggal dalam tanah atau setelah tebu ditebang Pramana, 2008. Pada tanaman Plant Cane di Pabrik Gula Jati Tujuh, pengadaan bibit dilakukan dalam beberapa tahap penanaman. Beberapa tahap penanaman yang dilakukan untuk tanaman Plant Cane, yaitu kebun bibit pokok utama, kebun bibit pokok, kebun bibit nenek, kebun bibit induk, kebun bibit datar dan kebun bibit giling. Kebun bibit pokok utama adalah kebun bibit yang paling awal ditanam pada kultur jaringan yang telah diseleksi, yang kemudian digunakan sebagai bibit di kebun bibit pokok. Bibit pada kebun bibit pokok setelah berusia dua bulan ditebang untuk dijadikan bibit pada kebun bibit nenek. Satu hektar tebu dari 8 kebun bibit pokok dapat dijadikan bibit untuk empat hektar kebun bibit nenek. Begitu seterusnya sampai dengan meperoleh bibit untuk kebun bibit datar. Bibit pada kebun bibit datar setelah berusia enam sampai tujuh bulan, bibit ini ditebang untuk dijadikan bibit pada kebun tebu giling. Satu hektar tebu dari kebun bibit datar dapat dijadikan bibit untuk empat hektar kebun tebu giling. Bibit pada kebun tebu giling setelah berusia 12 – 13 bulan ditebang untuk dijadikan bahan baku utama produksi gula Pramana, 2008. Tanaman keprasan Ratoon Cane merupakan pemotongan sisa-sisa tunggul setelah penebangan, yang dilakukan pada posisi tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan Koswara, 1989 dalam Feri 2008. Tanaman keprasan merupakan hasil tunas tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah ditebang Barnes, 1964 dalam Lisyanto 2007. Budidaya tebu dengan cara keprasan banyak dipakai di perkebunan tebu karena menghemat biaya produksi. Alat kepras yang dipakai pada umunya adalah cangkul dan golok, per hektar dibutuhkan 10 sampai dengan 14 orang untuk menyelesaikan pengeprasan Pramana, 2008.

2.3. Penebangan Tebu