Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Tebu

Tanaman tebu Sacharum Officinarum L merupakan tanaman perkebunan semusim yang mempunyai sifat tersendiri, sebab kandungan sukrosanya paling tinggi. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan Graminae seperti halnya padi, gelagah, bambu dan lain-lain Supriyadi,1992. Tebu adalah tanaman tropis, dimana batangnya tidak bercabang dan tingginya sekitar 2 sampai 4 m atau bisa juga lebih tinggi. Diameter batangnya sekitar 3-5 cm. Tebu ini ditanam untuk diambil batangnya, dimana di dalam batang tersebut mengandung gula James, 2004. Tanaman tebu membutuhkan banyak air pada masa pertumbuhannya dan keadaaan kering menjelang pemasakannya. Tanaman ini akan tumbuh dengan baik pada daerah yang panas dan lembab yaitu pada suhu 28-34°C dan kelembapan udara 70. Di dataran yang rendah dan panas, tanaman tebu akan menghasilkan hasil yang baik, sedangkan di dataran tinggi yang dingin tanaman tebu akan lambat pertumbuhannya dan rendah rendemennya Sudiatso, 1983 dalam Fery, 2008. Hujan yang terus-menerus pada masa pemasakan akan mengakibatkan pertumbuhan terus berlangsung dan tidak ada kesempatan untuk masak, sehingga rendemennya rendah Notojoewono, 1960. Batang tebu memiliki bentuk silindris dan terdiri atas beberapa bagian. Bagian tersebut diantaranya adalah mata tunas eye atau bud, buku node, ruas tebu inter node, bagian melingkar yang meyerupai cincin dan mengandung lilin wax ring, dan pita akar root band. Root Band merupakan bagian yang paling keras dari satu ruas tebu Humbert, 1968. Bagian-bagian batang tebu secara detil dapat dilihat pada Gambar 1. Tebu berkembang biak dengan cara pertunasan. Akar tumbuh sesaat setelah stek ditanam, ada dua macam akar, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek tumbuh dari cincin akar dan akar tunas tumbuh dari primordial tunasanakan yang baru tumbuh. Akar stek hidup hanya sementara dan digantikan oleh akar tunasanakan. Hidup akar tunasanakan juga sementara, tetapi sistem akar secara keseluruhan diperbaharui dengan setiap tunasanakan yang tumbuh menghasilkan akarnya sendiri James, 2004. 5 Gambar 1. Bagian- bagian batang tebu James, 2004 Batang tebu yang masih tersisa dibawah permukaan tanah setelah penebangan dapat tumbuh kembali sebagai tebu keprasan. Cadangan makanan untuk tunas-tunas baru dari tebu keprasan tersebut pada awalnya disuplai oleh sistem perakaran tebu sebelumnya. Setelah tunas-tunas tersebut tumbuh menjadi batang tebu yang memiliki sistem perakaran sendiri, maka fungsi akar lama diambil alih oleh sistem perakaran tebu yang baru. Akar-akar lama tersebut kemudian berubah warnanya menjadi gelap kehitam-hitaman dan tidak efektif lagi dalam melakukan suplai makanan, sehingga akar-akar tersebut akhirnya mati dan terurai dalam tanah James, 2004. Gambar 2. Bagian-bagian akar tebu James, 2004 6 Pangkal tebu yang berada tepat dibawah permukaan tanah ground level memiliki ruas yang semakin pendek dan memanjang dengan cepat. Mata tunas pada pangkal pertama primary stem tumbuh menjadi batang kedua secondary stem dan mata tunas pada pangkal batang kedua berkembang menjadi batang ketiga tertiary stem. Pertumbuhan tersebut berlangsung secara berurutan, terus- menerus dan memiliki posisi selang-seling sesuai dengan posisi tunas pada pangkal tebu James,2004. Urutan-urutan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Urutan pertumbuhan batang tebu dari potongan tebu yang terdapat di bawah permukaan tanah James, 2004 Penampang permukaan potong dari sebuah pemotongan batang tanaman tergantung dari arah pemotongannya. Struktur batang tanaman memiliki empat komponen yang terdiri atas fibers, skin, soft cells, dan cavities Gambar 4. Terdapat tiga jenis sel dasar dalam batang tanaman, yakni parenkim parenchyma cells, colenkim collenchymas cells, dan sklerenkim sclerenchyma cells. Parenkim merupakan sel dengan protoplasma aktif sel hidup untuk fotosintesis atau penyimpanan dan berdinding tipis. Colenkim merupakan sel dengan protoplasma aktif dan berfungsi mendukung sel parenkim. Sel tersebut memiliki dinding yang lebih kuat dibandingkan dengan parenkim, tetapi bersifat elastic dan tidak keras. Sklerenkim merupakan sel tanpa protoplasma tetapi lebih kuat, berdinding kaku, dan berserat Persson 1987, dalam Feri 2008. 7 Gambar 4. Skema dari penampang batang tanaman Persson, 1987 dalam Feri, 2008 Kekerasan tebu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu banyaknya ikatan pembuluh kayu dalam batang tebu dan banyaknya sklerenkim yang mengelilingi pembuluh angkut. Sehubungan dengan hal tersebut jenis dan varietas tebu berpengaruh terhadap kekerasan batang tebu, sehingga besarnya gaya pemotongan yang dibutuhkan juga tidak sama Hutasoit, 1978 dalam Feri, 2008.

2.2. Budidaya Tebu