Tabel 4.1 Gugus fungsional dari spektra pita IR bambu setelah pra-perlakuan biologis-gelombang mikro
N o
Pra-perlakuan Biologis
Gugus Fungsional Inokulum 5 inkubasi 30 hari
inokulum 10 inkubasi 30 hari
Pra-perlakuan Gelombang mikro
330 W 5 min
330 W 10
min 330 W
12.5 min 770 W
5 min
330 W 5
min 330 W
10 min 330 W
12.5 min 770 W
5 min
Bilangan gelombang cm-1 1
3340 3333
3418 3384
3418 3425
3364 3464
Absorbsi regangan ikatan hidrogen O-H
1
2 2901
2901 2901
2901 2901
2901 2901
2916 Absorbsi regangan C-H nyata
1
3 1728
1736 1736
1728 1728
1728 1713
1728 C=O tidak terkonjugasi dalam xylan
1
4 1643
1651 1651
1636 1643
1643 1643
1636 O-H terabsorbsi dan C-O terkonjugasi
1
5 1605
1605 1605
- 1605
1605 1605
- Gugus aromatik skeletal
1
6 1512
1512 1512
1512 1512
1512 1512
1504 7
1458 1458
1458 1458
1458 1458
1458 1458
Deformasi C-H
1
8 1427
1427 1427
1427 1427
1427 1427
1435 C-H
2
scissoring motion
1
9 1373
1373 1373
1373 1373
1373 1373
1373 Deformasi C-H
1
10 1327
1335 1335
1327 1327
1327 1327
1327 Vibrasi C-H
1
Vibrasi C
1
-O dalam turunan syringyl
1
11 1257
1257 1250
1257 1257
1257 1250
1250 Cincin Guaiacyl
1
Regangan C-O
1
12 1165
1165 1165
1165 1165
1165 1165
1165 Vibrasi C-O-C
1
13 1111
1111 1111
1111 1111
1111 1111
1111 Gugus aromatik skeletal dan regangan C-O
1
14 1041
1034 1041
1034 1041
1041 1041
1065 Regangan C-O
1
15 895
895 895
895 895
895 895
895 Regangan C-O-
C pada ikatan β glikosida atau deformasi C-H dalam selulosa
2
16 833
833 833
833 833
833 833
833 Vibrasi C-H
1 1
Pandey dan Pitman 2003,
2
Nelson dan O’Connor 1964,
3
Cheng et al. 2013
46
4.3.3  Pengaruh  Pra-perlakuan  Biologis-Gelombang  Mikro  Terhadap Morfologi Bambu
Mikrograf  SEM  dari  sampel  setelah  pra-perlakuan  digunakan  untuk mengobservasi  perubahan  karakteristik  morfologi  pada  berbagai  waktu
iradiasi.  Photomigraf  bambu  setelah  pra-perlakuan  disajikan  pada  Gambar 4.3A dan B. Gambar SEM pada inokulum 5 dan 10 menunjukkan bahwa
sampel  setelah  pra-perlakuan  mengalami  kerusakan  pada  sebagian  struktur serat.  Pemecahan  polimer  lignin  dalam  dinding  sel  sebagai  efek  pra-
perlakuan  berkontribusi  terhadap  disorganisasi  morfologi  serat  dengan semakin  banyaknya  serat  yang  terpapar.  Semakin  lama  waktu  iradiasi,
derajat kerusakan serat  yang terjadi cenderung semakin intensif. Perubahan morfologi  dinding  sel  karena  kehilangan  lignin  menghasilkan  pembesaran
ukuran  pori  di  permukaan,  memberikan  penetrasi  enzim  yang  lebih  baik pada  selulosa.  Degradasi  sebagian  lignin  dan  hemiselulosa  merusak
beberapa  ikatan  eter  dalam  lignin  dan  kompleks  lignin-karbohidrat,  yang mendorong  terjadi  pemisahan  ikatan  antar  serat  Li  et  al.  2010.
Ketercernaan  selulosa  dapat  berpotensi  ditingkatkan  akibat  pemutusan lignin  Nazarpour  et  al.  2013.  Observasi  struktur  bambu  setelah  pra-
perlakuan  menyebabkan  struktur  lebih  terbuka  dan  membentuk  struktur yang lebih rapuh yang dapat meningkatkan laju reaksi hidrolisis.
Gambar  4.3A.  Mikrograf  SEM  bambu  setelah  pra-perlakuan  biologis inokulum  10  inkubasi  30  hari  dilanjutkan  dengan  pra-
perlakuan gelombang mikro pada pembesaran 10.000 x
Gambar  4.3B  Mikrograf  SEM  bambu  setelah  pra-perlakuan  biologis inokulum  5  inkubasi  30  hari  dilanjutkan  pra-perlakuan
gelombang mikro pada pembesaran 10.000x Berdasarkan  Tabel  4.2  mengindikasikan  bahwa  terjadi  penurunan  kadar
karbon yang sangat besar ketika dilakukan iradiasi gelombang mikro selama 5  menit  pada  daya  770  W.  Penyebab  pasti  fenomena  ini  belum  diketahui
secara  pasti.  Sebaliknya  kadar  oksigen  sangat  tinggi  pada  kondisi  pra- perlakuan ini.
Tabel  4.2  Perubahan  berat  elemen  penyusun  pada  bambu  setelah  pra- perlakuan biologis-gelombang mikro
N o
Elemen bb
Pra-perlakuan Biologis 5 inokulum 30 hari
10 inokulum 30 hari Pra-perlakuan Gelombang mikro
330W 5 min
330W 10
min 330W
12.5 min
770W 5 min
330W 5 min
330W 10
min 330W
12.5 min
770W 5 min
1 C
50.18 50.26
50.55 14.6
51.66 50.35
51.48 11.4
2 O
44.83 43.52
45.52 77.9
47.54 48.37
47.62 81.1
3 F
- -
0.04 -
- 0.14
- -
4 Si
- -
0.04 0.7
- -
0.01 -
5 Cu
2.63 3.37
1.68 -
0.05 -
- -
6 Pb
2.63 2.84
2.17 -
0.75 1.14
0.9 -
7 N
- -
- 7.4
- -
- 7.5
Total 100.2
99.99 100
100.6 100
100 100
100
Elemen  minor  seperti  silikon  hanya  sedikit  teridentifikasi  ketika  pra- perlakuan gelombang mikro 5 menit 770 W, 12.5 menit 330 W. Nitrogen
hanya  ditemukan  ketika  iradiasi  gelombang  mikro  menggunakan  daya  770 W. Nilai presentasi total dari elemen ini mewakili spot yang diamati.
4.3.4 Struktur Kristal Selulosa Alomorf
Struktur  kristal  selulosa  alomorf  pada  sampel  setelah  pra-perlakuan yang  diobservasi  dengan  analisis  XRD  ditunjukkan  oleh  Tabel  4.3.  Semua
pra-perlakuan  mempunyai  struktur  monoklinik  kecuali  pada  inokulum  5 dengan  iradiasi  10  menit  330  W  dan  5  menit  770  W  dengan  inokulum
10.  Fase  kristal  I
α
diharapkan  akan  memperbaiki  ketercernaan  selulosa terkait  dengan  kemampuan  yang  lebih  mudah  didegradasi  dibandingkan
dengan  fase  kristal  I
β
Wada  dan  Okano  2001.  Selain  itu  struktur  triklinik ini  bersifat  tidak  stabil  dan  lebih  reaktif  dibandingkan  dengan  struktur
monklinik O’Sullivan 1997; Sassi et al. 2000. Tabel  4.3  Struktur  kristal  selulosa  alomorf  bambu  setelah  pra-perlakuan
biologis-gelombang mikro
Pra-perlakuan Biologis
Pra-perlakuan Gelombang mikro
Struktur kristal alomorf Kristal
alomorf Inokulum
Inkubasi hari
Daya W
Iradiasi min
d 101
nm d
10-1 nm
z Kontrol
0.58 0.53
-45.47 I
β
5 30
330 5
0.60 0.55
-28.49 I
β
10 0.61
0.52 13.69
I
α
12.5 0.60
0.55 -34.50
I
β
770 5
0.61 0.54
-5.58 I
β
10 30
30 5
0.55 0.52
-80.11 I
β
10 0.56
0.51 -66.92
I
β
12.5 0.57
0.52 -44.48
I
β
770 5
0.62 0.53
28.32 I
α
4.3.5    Pola  Biodegradasi  Bambu  Setelah  Pra-perlakuan
Biologis- Gelombang Mikro
Biodegradasi  bambu  setelah  pra-perlakuan  dievaluasi  dengan  analisis FT IR. Analisis spektroskopi FTIR yang detail berdasarkan metode analisis
Pandey  dan  Pitman  2003  dilakukan  untuk  mengitung  intensitas  vibrasi gugus aromatik terhadap pita-pita ciri karbohidrat  pada bambu  setelah  pra-
perlakuan.  Perubahan    relatif    intensitas  gugus  aromatik  skeletal  puncak lignin  pada  bilangan  gelombang  1512  cm
-1
terhadap  empat  ikatan karbohidrat  tidak  terkonjugasi  yaitu  1736  cm
-1
C=0  di  xylan,  1373  cm
-1
deformasi C-H dalam selulosa dan hemiselulosa, 1165 cm
-1
vibrasi C-O- C  dalam  selulosa  dan  hemiselulosa,  895  cm
-1
deformasi  C-H  atau regangan C-O-
C pada karakteristik ikatan β glikosida  dalam selulosa yang dihitung  berdasarkan  tinggi  puncak  dan  luas  daerah  puncak  diringkas  pada