Nisbah  antara  lignin  dan  karbohidrat  pada  pra-perlakuan  biologis- gelombang  mikro  pada  aplikasi  inokulum  5  meningkat  dengan  meningkatnya
waktu iradiasi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan degradasi lignin menurun dengan  meningkatnya  waktu  iradiasi.  Degradasi  simultan  karbohidrat  dan  lignin
dalam  pra-perlakuan  ini  berkontribusi  terhadap  fenomena  ini.  Pada  inokulum 10,  degradasi  lignin  menjadi  tidak  selektif  setelah  iradiasi  gelombang  mikro
selama 10 menit.
8.5  Pengaruh  Pra-perlakuan  terhadap  Perubahan  Struktur  Kristal Selulosa Alomorf
Strukur  selulosa  alomorf    pada  tumbuhan  tingkat  tinggi  seperti  bambu adalah  monoklinik  I
β
.  Pra-perlakuan  diharapkan  menyebabkan  transformasi struktur monoklinik I
β
menjadi triklinik I α agar proses hidrolisis menjadi lebih
mudah.  Dalam  pra-perlakuan  biologis  transformasi  ini  terjadi  dengan  aplikasi inokulum  5  maupun  10  selama  30  hari  inkubasi.  Pada  pra-perlakuan
gelombang mikro transformasi struktur  selulosa alomorf monoklinik ke triklinik terjadi pada iradiasi dengan daya 330 W selama 12.5 menit; dengan daya 550 W
selama  5  dan  10  menit;  dan  dengan  daya  770  W  selama  5  dan  7.5  menit. Transformasi  juga  dapat  dilakukan  melalui  kombinasi  pra-perlakuan  biologis-
gelombang  mikro  dengan  aplikasi  inokulum  5  selama  10  menit  iradiasi  dan aplikasi inokulum 10 selama 5 menit iradiasi.
8.6  Pengaruh  Pra-perlakuan terhadap  Morfologi  Serat  dan  Elemen
Penyusunnya Mikrograf  SEM  mengkonfirmasi  pengaruh  pra-perlakuan  terhadap  struktur
morfologi serat. Struktur serat bambu tanpa pra-perlakuan  relatif masih kompak dan utuh. Delignifikasi serat bambu melalui penetrasi hifa ke dalam serat bambu
menyebabkan  serat  relatif  terpisah  dan  strukturnya  mengalami  kerusakan. Kerusakan  struktur  ini  meningkatkan  aksesibilitas  enzim  ke  dalam  substrat.
Namun, aplikasi inokulum 5 dan 10 memberikan dampak yang sama terhadap tingkat  kerusakan  serat.  Kerusakan  struktur  serat  lebih  intensif  terjadi  setelah
bambu  diberikan  pra-perlakuan  gelombang  mikro.  Iradiasi  gelombang  mikro menyebabkan struktur  serat menjadi lebih terbuka dan lunak. Iradiasi gelombang
mikro    yang  melingkupi  seluruh  substrat  menyebabkan  panas  yang  berlebihan tidak  terjadi  pada  bagian  permukaan  serat  dan  kelayakan  hidrolisis  bahan  yang
mengalami  kerusakan  struktur  serat  menjadi  lebih  tinggi.  Pengaruh  yang  sama terjadi  ketika  hasil  pra-perlakuan  biologis  30  hari  diiradiasi  dengan  gelombang
mikro.  Kombinasi  pra-perlakuan  biologis  dengan  gelombang  mikro  dan peningkatan  porositas  serat  menyebabkan  pembukaan  struktur  serat  yang  lebih
intensif  ini.  Selain  itu  fragmentasi  serat  meningkatkan  luas  permukaan  spesifik dari biomasa Chen et al. 2011.
Perubahan  elemen  penyusun  bambu  sebelum  dan  setelah  pra-perlakuan dianalisis dengan EDS.  Karbon dan oksigen sebagai komponen penyusun utama
karbohidrat  dan  lignin  adalah  elemen  dominan  dari  sampel  sebelum  dan  setelah pra-perlakuan. Kadar karbon menurun setelah  pra-perlakuan dengan jamur karena
jamur  menggunakan  karbon  untuk  mendukung  pertumbuhannya.  Pra-perlakuan dengan  jamur  menyebabkan  kehilangan  komponen    minor  seperti  fluor  dan
silikon,  sedangkan  magnesium  dan  aluminium  dalam  jumlah  terbatas  tetap  ada dalam  sampel.  Fluor  tidak  teridentifikasi  pada  pra-perlakuan  gelombang  mikro
dengan daya iradiasi 330 W selama 10 dan 12.5 menit  dan dengan daya iradiasi 770 W selama 5 menit . Pada daya iradiasi 330 W selama 5 menit  elemen minor
tembaga  juga  tidak  terdeteksi.  Pra-perlakuan  gelombang  mikro  tidak menghilangkan silikon dan meningkatkan kadar karbon dan oksigen, kecuali pada
daya  iradiasi  330  W  selama  5  menit.  Kombinasi  pra-perlakuan  biologis- gelombang mikro menyebabkan penurunan kadar karbon yang sangat besar ketika
dilakukan iradiasi dengan daya 770 W selama 5 menit. Sebaliknya kadar oksigen sangat tinggi pada kondisi pra-perlakuan ini. Elemen minor silikon teridentifikasi
dalam  jumlah  terbatas  dengan  daya  iradiasi  770  W  selama  5  menit  dan  dengan daya  iradiasi  330  W  selama  12.5  menit    baik  pada  aplikasi  inokulum  5  maupun
10.  Nitrogen  hanya  ditemukan  ketika  iradiasi  gelombang  mikro  menggunakan daya 770 W.
8.7  Pengaruh  Perbedaan  Metode  Hidrolisis  terhadap  Rendemen  Gula Pereduksi
Rendemen gula pereduksi tertinggi diperoleh dari hidrolisis enzimatis substrat setelah  pra-perlakuan  biologis  dengan  inokulum  10  dan  konsentrasi  enzim  20
FPU. Rendemen gula pereduksi yang diperoleh  adalah 2.69 g100 g bambu awal atau  3.37  gg  rendemen  gula  pereduksi  teoritis  bambu  awal.    Rendemen  gula
pereduksi  tertinggi  bambu  dengan  pra-perlakuan  gelombang  mikro  diperoleh ketika  iradiasi  5  menit  770  W  dengan  konsentrasi  enzim  20  FPU  sebesar  4.24
g100 g bambu awal atau 5.98 g100 g dari rendemen gula pereduksi teoritis yang bisa  diperoleh.  Rendemen  gula  pereduksi  tertinggi  pada  pra-perlakuan  secara
biologis-gelombang  mikro  hanya  sebesar  1.99  g100  g  bambu  kering  ketika  pra- perlakuan biologis dengan inokulum 10 yang diiradiasi selama 5 menit 770 W.
Hal  ini  berarti  pada  hidrolisis  enzimatis  pra-perlakuan  gelombang  mikro memberikan peningkatan rendemen gula pereduksi dari hidrolisis enzimatis yang
tertinggi  dibandingkan  dengan  pra-perlakuan  biologis  dan  kombinasi  pra- perlakuan secara biologis-gelombang mikro. Peningkatan waktu iradiasi pada pra-
perlakuan  gelombang  mikro  cenderung  meningkatkan  rendemen  gula  yang diperoleh.