Pengaruh Karbon Aktif Terhadap Senyawa Coklat dan pH Hidrolisat

biologis dan gelombang mikro bab 5 dan 6. Tingkat penurunan pH hidrolisat terhadap kontrol dari perlakuan pendahuluan tunggal bab 5 dan 6 dan kombinasi secara biologis-gelombang mikro tidak berbeda signifikan. Penambahan karbon aktif tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan nilai pH Gambar 7.5B. Gambar 7.5. Perubahan nilai pH pada hidrolisis asam-gelombang mikro tanpa karbon aktif A dan dengan karbon aktif B

7.4 Simpulan

Hidrolisis asam-gelombang mikro dengan bantuan iradiasi gelombang mikro berhasil memperbaiki kinerja hidrolisis enzimatis pada bambu setelah pra-perlakuan kombinasi secara biologis-gelombang mikro. Rendemen gula pereduksi ini meningkat 8.4 kali dibandingkan dengan rendemen gula pereduksi tertinggi dari hidrolisis enzimatis 1.99 dan terhadap kontrol 13.7 kali. Rendemen gula tertinggi sebesar 16.65 per bambu awal atau 18.92 per bambu setelah pra-perlakuan diperoleh pada pra-perlakuan biologis dengan inokulum 5 dilanjutkan pra-perlakuan gelombang mikro 5 menit 330 W setelah hidrolisis asam-gelombang mikro selama 12.5 menit. Pada kondisi ini sebanyak 27.21 holoselulosa bambu mampu dikonversi 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 5 min, 330 W 10 min, 330 W 12,5 min, 330 W 5 min, 770 W 5 min, 330 W 10 min, 330 W 12,5 min, 330 W 5 min, 770 W 5 Inokulum 10 Inokulum pH Pra-perlakuan secara biologis-gelombang mikro 7.5 min 10 min 12.5 min 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 5 min, 330 W 10 min, 330 W 12,5 min, 330 W 5 min, 770 W 5 min, 330 W 10 min, 330 W 12,5 min, 330 W 5 min, 770 W 5 inokulum 10 inokulum pH Pra-perlakuan secara biologis-gelombang mikro 7.5 min 10 min 12.5 min A B menjadi gula pereduksi atau 23.84 dari maksimum potensi gula yang bisa dihasilkan. Penambahan karbon aktif dalam hidrolisis asam mampu menurunkan senyawa coklat yang berpotensi sebagai inhibitor dalam proses fermentasi. 8 PEMBAHASAN UMUM

8.1 Pengaruh Pra-perlakuan terhadap Perubahan Komponen Kimia

Pra-perlakuan biologis dan gelombang mikro merupakan jenis pra- perlakuan yang relatif ramah lingkungan. Pra-perlakuan dengan TV dalam penelitian ini menyebabkan terjadinya kehilangan lignin dan degradasi holoselulosa secara simultan . Setelah pra-perlakuan biologis, hemiselulosa gula berkarbon 5 dan 6 lebih mudah terlarut dibandingkan dengan selulosa gula berkarbon 6 karena hemiselulosa memiliki berat molekul BM lebih rendah dengan rantai yang bercabang, sedangkan selulosa memiliki struktur rantai yang lurus dan susunan yang sangat teratur. Komponen non struktural zat ekstraktif juga terlarut sehingga aksesibilitas enzim meningkat dengan berkurangnya faktor penghambat. Menurunnya kadar lignin dan terlarutnya hemiselulosa kemungkinan terkait dengan lebih terpaparnya selulosa sebagai sumber utama gula yang dapat difermentasi menjadi etanol oleh khamir, Saccaromyces cereviceae. Selektifitas delignifikasi yang menunjukkan efektifitas degradasi lignin relatif terhadap selulosa setelah pra-perlakuan biologis selama 30 hari baik pada konsentrasi inokulum 5 maupun 10 lebih tinggi dari selektifitas delignifikasi pra-perlakuan dengan inkubasi selama 15 maupun 45 hari. Temuan ini menjadi salah satu pertimbangan memilih pra-perlakuan biologis untuk proses hidrolisis. Efek utama dari vibrasi molekul polar dalam iradiasi gelombang mikro adalah pembukaan struktur lignoselulosa dan peningkatan porositasnya. Perlakuan panas pada suhu tinggi pada waktu singkat menyebabkan disorganisasi morfologi serat dan kehilangan berat sampel. Kadar selulosa meningkat sejalan dengan meningkatanya daya gelombang mikro. Kondisi pra-perlakuan yang lebih keras cenderung meningkatkan kelarutan ekstraktif yang membantu menyiapkan selulosa untuk dihidrolisis. Pemilihan pra-perlakuan gelombang mikro selama 5, 10, 12.5 menit 330 W dan 5 menit 770 W didasarkan atas ketersediaan selulosa, kehilangan hemiselulosa dan relatif rendahnya kehilangan berat . Kombinasi pra-perlakuan secara biologis-gelombang mikro merupakan metode pra-perlakuan yang dikembangkan untuk meningkatkan aksesibilitas enzim dalam substrat sehingga diharapkan terjadi perbaikan rendemen gula pereduksi. Pra-perlakuan mempengaruhi delignifikasi, pelarutan hemiselulosa dan peningkatan porositas substrat. Aplikasi inokulum 5 menyebabkan kehilangan berat lebih besar daripada aplikasi inokulum 10. Selektifitas delignifikasi tertinggi lebih dari 2 diperoleh dengan inokulum 5 selama 5 menit iradiasi.