Novelty Penelitian Kerangka Pemikiran

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terdiri atas enam tahap yang meliputi perubahan karakteristik lignin dan selulosa setelah pra-perlakuan biologis, pra-perlakuan gelombang mikro dalam medium air, setelah kombinasi pra-perlakuan biologis-gelombang mikro, evaluasi kinerja hidrolisis enzimatis dan gelombang mikro pada pra- perlakuan biologis, setelah pra-perlakuan gelombang mikro, dan setelah kombinasi pra-perlakuan biologis-gelombang mikro. Penelitian tahap pertama, dimaksudkan utamanya untuk memperoleh kondisi pra-perlakuan biologis yang terpilih. Indikator penentuan pra-perlakuan terpilih dari kehilangan berat, kehilangan lignin dan selulosa, perubahan struktur selulosa alomorf, dan indeks kristalinitas bahan. Penelitian tahap kedua dimaksudkan untuk memperoleh informasi kondisi pra-perlakuan gelombang mikro terpilih dengan indikator penentuan seperti tahap-1. Penelitian tahap ketiga ditujukan untuk mengevaluasi kinerja kombinasi pra-perlakuan biologis dengan gelombang mikro berdasarkan indikator seperti pada tahap-1 dan 2. Studi pada tahap 4 dimaksudkan untuk memperoleh informasi kinerja hidrolisis enzimatis dan asam-gelombang mikro dari pra-perlakuan biologis terpilih dengan indikator data rendemen gula pereduksi, dan senyawa coklatnya. Seperti tahap 4, untuk tahap 5 dan 6 ini hidrolisis enzimatis dan asam-gelombang mikro dilakukan pada pra-perlakuan gelombang mikro dan kombinasi pra-perlakuan biologis gelombang mikro dengan indikator yang sama dengan tahap 4. Pengaruh penambahan katalis karbon aktif sebagai adsorben senyawa coklat juga dikaji pada tahap-4, 5 dan 6. Untuk mencapai tujuan penelitian maka penelitian ini dibagi dalam tahap-tahap penelitian yang disajikan dalam bentuk diagram alir penelitian setiap tahapnya Gambar 1.2. Persiapan sampel Drum chipper Ring Flaker Hammer mill Disk mill Bambu 2 tahun tanpa kulit serbuk berukuran 40-60 mesh Karakteristik awal Pra-perlakuan biologis Persiapan inokulum stok Hasil pra- perlakuan biologis Karakteristik selulosa dan lignin SEM-EDS, FTIR, XRD Pra-perlakuan gelombang mikro Persiapan sampel Inokulasi Penyaringan Residu Pulp Karakteristik selulosa dan lignin SEM-EDS, FTIR, XRD Kondisi terpilih A Kondisi terpilih B Persiapan sampel Iradiasi gelombang mikro Hasil pra-perlakuan biologis-gelombang mikro C Kondisi terpilih ABC Hidrolisis asam-gelombang mikro Hidrolisis enzimatis Hidrolisis tanpa karbon aktif Hidrolisis dengan karbon aktif Penyaringan Hidrolisat Residu Hidrolisat Residu Karakteristik hasil hidrolisis Rendemen gula, konsentrasi gula, nisbah hidrolisis, senyawa coklat Penelitian Tahap-1, 2 dan 3 Penelitian tahap-4,5,6 Gambar 1.2 Ruang lingkup penelitian 2 PENGARUH KONSENTRASI INOKULUM DAN WAKTU INKUBASI PADA PRA-PERLAKUAN BIOLOGIS TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK PADA BAMBU BETUNG

2.1 Pendahuluan

Peningkatan perhatian terhadap dampak lingkungan mendorong pengembangan pendekatan pra-perlakuan yang memiliki input energi rendah, kondisi proses yang lunak, tanpa konsumsi bahan kimia dan kebutuhan prosedur dan peralatan yang sederhana Sun dan Cheng 2002. Pra-perlakuan biologis merupakan teknik yang menjanjikan yang menggunakan mikroorganisme yang menghilangkan lignin secara efisien dari dinding sel tanaman Hakala et al. 2005; Eriksson et al. 1990. Jamur pelapuk putih merupakan famili “basidiomycetes” yang dapat digunakan untuk pra-perlakuan biologis bahan berlignoselulosa Sun dan Cheng 2002; Hakala et al. 2005; Eriksson et al. 1990. Jamur ini mengeluarkan enzim pendegradasi ligninolitik seperti lignin peroxidase LiP, laccase, mangan peroxidase MnP dan versatile peroxidase untuk berpenetrasi dalam dinding sel tanaman yang kemudian melakukan aktivitas degradasi bahan berlignoselulosa Messner dan Srebotnik 1994. Proses degradasi biologis lignoselulosa merupakan proses yang kompleks dimana jenis jamur, kondisi kultur, mekanisme oksidatif dan sekresi enzimatis jamur mempengaruhi hasil yang diperoleh Guillen et al. 2000; Wan dan Li 2010. Faktor ini dapat mempengaruhi selektifitas delignifikasi yang akan mendorong peningkatan rendemen gula dari hidrolisis enzimatis jika nilai selektifitasnya lebih besar dari dua Giles et al. 2011. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa aplikasi jamur TV pada bambu betung menunjukkan kadar lignin sisa yang lebih rendah daripada aplikasi jamur Pleurotus ostreatus PO dan Phanerochaete chrysosporium PC Fatriasari et al. 2011; Falah et al. 2011. Bambu merupakan tanaman yang termasuk dalam kelompok rumput- rumputan yang memiliki kemampuan fotosintesa yang efisien yang ditunjukkan oleh produktivitas biomasa yang tinggi 20-40 tonhatahun. Lebih lanjut, dibandingkan dengan bahan sumber bioenergi lain poplar, switchgrass, miscanthus, common reed, dan bagas tebu Shathitsuksanoh et al. 2010; Zhang 2008, produksi biomasa bambu tergolong unggul. Tanaman bambu ini meliputi 1 luas hutan dunia Kant 2010 dan 65 dari populasinya terdapat di Asia. Produksi bambu Indonesia menduduki rangking ketiga 5 setelah India 30 dan China 14 Lobovikov et al. 2007. Bambu mudah dan cepat diproduksi Scurlock et al. 2000; Gratani et al. 2008. Bambu betung merupakan jenis bambu yang sangat penting di Indonesia Dransfield dan Widjaja 1995 dan merupakan kultivar endemik Indonesia. Studi secara mendalam terhadap perubahan struktur karbohidrat dan lignin setelah pra-perlakuan pada biomasa non kayu bambu yang berasal dari Indonesia masih jarang dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini menitikberatkan pada evaluasi perubahan struktur selulosa dan lignin setelah pra-perlakuan biologis pada bambu betung menggunakan jamur pelapuk putih, TV. Dalam penelitian ini,