BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian yaitu di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah pisau sadap, pita ukur, talang sadap, spidol, kantong plastik, palu, paku, golok, kuas, timbangan, sprayer,
alat tulis dan kamera digital software SPSS 16.0, dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tegakan Agathis, Etrat 1240, Etrat NP50,
Etrat NP100, Etrat 2010, CAS, dan cat kayu.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder dan primer.
3.3.1 Pengumpulan data sekunder
Penelitian ini menggunakan data-data yang berasal dari data sekunder. Data sekunder yaitu berupa kondisi umum lokasi penelitian, meliputi sejarah
hutan pendidikan Gunung Walat, letak dan luas areal, topografi, iklim, tanah, vegetasi dan penduduk.
3.3.2 Pengumpulan data primer
Pengumpulan data secara primer yaitu dengan penentuan diameter 20 pohon contoh Agathis loranthifolia dengan diameter minimal 40 cm, arah sadap
yang berbeda pada setiap pohon, melakukan kegiatan pelukaan pada pohon agathis dengan menggunakan metode quarre, kemudian penggunaan stimulansia
dan ZPT dengan cara disemprotkan pada bidang sadap yang telah dilukai. Penelitian utama dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW dengan
kondisi pohon yang sama sehattidak berpenyakit. Lebar koakan pada quarre
1 2
yaitu 10 cm, jarak antar perlakuan minimal sama dengan lebar quarre. Pada penelitian utama dilakukan perbandingan produktivitas getah gpohon5 hari
pada pohon yang diberi berbagai perlakuan, yaitu: kontrol tanpa perlakuan, Etrat 1240, Etrat NP50, Etrat NP100, Etrat 2010,dan CAS.
Tahapan kegiatan penelitian utama adalah : a.
Persiapan lokasi, alat, dan bahan b.
Contoh penentuan diameter pohon = 2 x 6 x 10 cm
π =
120 = 38,22 cm ≈ 40 cm
π Maka diameter agathis yang digunakan adalah minimal 40 cm
c. Arah sadap pada setiap pohon agathis berbeda, yaitu diputar untuk setiap
perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil sadapan dengan memperkecil perbedaan dari berbagai faktor yang ada selain perlakuan pada
agathis.
U
10 cm
Gambar 1 Penampang melintang pohon agathis dengan berbagai perlakuan.
Keterangan: A: kontrol
B: Etrat 1240 C: Etrat NP50
D:Etrat NP100 E: Etrat 2010
F: CAS
d. Pelukaan pohon agathis dengan metode quarre
1. Persiapan sadapan
Persiapan alat-alat sadap yaitu kuas, cat kayu warna putih, kantong plastik, label, talang sadap, pita ukur, kadukul, golok, alat tulis, paku
A B
C F
E D
D B
A F
C F
dan palu. Pembersihan lapangan sekitar pohon agathis yang akan disadap. Pemberian nomor urut pohon agathis yang akan disadap.
2. Pembersihan kulit
Pembersihan kulit bagian batang yang akan disadap dengan menggunakan golok yaitu setebal 3 mm, lebar 20 cm, dan tinggi 70 cm
pada ketinggian 50 cm di atas tanah tanpa melukai kayu. Tujuan pembersihan kulit adalah untuk memudahkan pembuatan pelukaannya.
Pada kegiatan ini alat yang digunakan adalah parang dan alat pengerok kulit.
3. Pembuatan mal sadap
Pembuatan mal sadap diletakkan pada bagian tengah batang yang telah dibersihkan kulitnya. Untuk memberi tanda batas mal sadap ini
dipergunakan cat kayu. Mal sadap diplotkan pada bagian tengah dari pohon contoh yang telah dibersihkan. Untuk memberi tanda batas
rencana sadapan digunakan cat kayu. Ukuran mal sadapan lebarnya 10 cm dan tinggi 60 cm.
4. Pembuatan luka sadapan pertama
Luka sadapan pertama dibuat pada ketinggian 50 cm di atas tanah dengan menggunakan pisau sadap kudikoni, di dalam pola sadap
dengan ukuran 10x10 cm. Dalam luka sadapan 2 cm tidak termasuk kayu dengan lebar sadapan 10 cm.
5. Pemasangan talang sadap
Talang sadap diletakkan di bawah luka sadapan pertama dengan cara dipaku. Talang sadap yang digunakan terbuat dari seng. Ukuran
talang seng, yaitu panjang 28 cm, tinggi 3 cm, lebar 3 cm, bibir penampung 1 cm, penyangkut talang 2x3 cm.
6. Pemasangan penampung getah
Penampung getah dipaku tepat di bawah talang seng. 7.
Pemberian stimulansia dan ZPT Pemberian stimulansia dan ZPT dilakukan dengan menyemprotkan
berbagai perlakuan menggunakan spayer pada bidang sadap yang telah
dilukai. Pemberian stimulansia dan ZPT banyaknya adalah 1 ccquarre5 hari dan hanya satu kali semprotan setiap 5 hari sekali.
8. Pemanenan
Pemanenan getah dilakukan lima hari sekali sekaligus memperbaharui quarre dengan lebar luka sadapan 0,5-1,0 cm.
9. Penimbangan
Hasil panen getah kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital gquarrepanen.
10 cm
pembaharuan luka
1 cm
disemprotkan stimulansia
50 cm
Gambar 2 Pemberian stimulansia dan ZPT pada penyadapan Agathis dibidang sadap yang telah dilukai.
3.4 Rancangan Percobaaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL, dimana respon diperoleh dari 6 perlakuan
stimulansia dalam penyadapan kopal. Penelitian ini menggunakan 20 pohon contoh Agarthis loranthifolia dengan pengambilan getah panen sebanyak 10 kali
dan dilakukan penyadapan setiap 5 hari sekali selama 50 hari. Adapun 6 perlakuan tersebut, yaitu :
Perlakuan 1= tanpa stimulansia dan zat pengatur tumbuh kontrol, Perlakuan 2= Etrat 1240 campuran etilen 100 ppm dan asam sitrat 150 ppm,
Perlakuan 3= Etrat NP50 campuran etilen 100 ppm dan jeruk nipis 5 ,
Perlakuan 4= Etrat NP100 campuran etilen 200 ppm dan jeruk nipis 10 , Perlakuan 5= Etrat 2010 campuran etilen 150 ppm dan asam sitrat 10 ,
Perlakuan 6= CAS campuran H
2
SO
4
15 dan HNO
3
2. Bahan-bahan yang digunakan tersebut merupakan produk dari CV.
Permata Hijau Lestari yang diimplementasikan pada hutan dalam hal ini pohon agathis. Pohon contoh yang digunakan dalam penelitian dipilih terlebih dahulu
sebelum dilakukan kegiatan penyadapan getah. Pohon contoh yang dipilih tersebut dilakukan secara acak dengan diameter minimal 40 cm dan sehat.
Model umum percobaan dalam rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + εijk
Dengan : i
= 1, 2, 3, 4
j = 1, 2, 3,... sd 20
k = 1, 2, 3,... sd 10
Dimana : Yij
= Respon karena pengaruh perlakuan pemberian stimulansia ke-i pada pohon ke-j yang terdapat
pada ulangan ke-k. µ
= Nilai rataan umum αi
= Pengaruh perlakuan pemberian stimulansia dan ZPT penyadapan kopal ke-i
βj = Pengaruh pohon ke-j
εijk = Pengaruh
banyaknya ulangan yang dilakukan
i = Perlakuan
Tabel 1 Bagan rancangan percobaan acak lengkap
Ulangan pohon
contoh Kontrol
Pemberian Stimulansia organik CAS
Etrat 1240 Etrat NP50
Etrat NP100 Etrat
2010
1 Y
11k
Y
21k
Y
3I1k
Y
41k
Y
51k
Y
61k
2 Y
12k
Y
22k
Y
3I2k
Y
42k
Y
52k
Y
62k
3 Y
13k
Y
23k
Y
3I3k
Y
43k
Y
53k
Y
63k
… …
… …
… ...
… 20
Y
120k
Y
220k
Y
3I20k
Y
420k
Y
520k
Y
620k
Rata- rata
Y
1
Y
2
Y
3
Y
4
Y
5
Y
6
Keterangan : Yijk = Produktivitas getah agathis pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j dan periode panen ke-k
i = 1,2,3, .... 6
j = Ulangan pohon contoh 1,2,3,…,20
k = frekuensi panen getah agathis 1,2,3,…,10
3.5 Analisis Data 3.5.1 Analisis pengaruh masing-masing perlakuan
Untuk mengetahui pengaruh faktor perlakuan pemberian stimulansia yang berbeda terhadap peningkatan produktivitas getah agathis maka dilakukan
Analisis Ragam atau Analysis of Variance ANOVA. Tabel 2. Analisis of Variance ANOVA
Sumber Keragaman Derajat
bebas dB Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hitung
Perlakuan a-1 JK
A
JK
A
dB KT
A
KT
E
Produktivitas b-1 JK
B
JK
B
dB KT
B
KT
E
Error Ab n-1
JK
E
JK
E
dB Total na
b-1 JK
Total
JK
Total
dB
Hipotesis : Pengujian terhadap pengaruh faktor stimulansia
H :
τ
1
= τ
2
= ……. τ
i
= 0 H
1
: sekurangnya ada satu τ
i
≠ 0
Terima H : Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 99 α=0,01.
Terima H
1
: Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 99
α=0,01. Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel
pada selang kepercayaan 99 α = 0,01 dengan kaidah :
1. Jika F-hitung
F-tabel maka H diterima, H
1
ditolak sehingga perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah agathis pada
selang kepercayaan 99 α = 0,01.
2. Jika F-hitung F-tabel, maka H
ditolak, H
1
diterima sehingga perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah agathis pada selang
kepercayaan 99 α = 0,01.
Selanjutnya, setelah uji F apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah agathis, maka dilakukan uji lanjut berupa Uji Duncan
dengan menggunakan Software SPSS 16.0 untuk mengetahui beda rata-rata dari masing-masing perlakuan.
3.5.2 Analisis biaya penerapan stimulansia
Dalam melakukan analisis biaya penerapan stimulansia maka harus diketahui terlebih dahulu harga masing-masing stimulansia per kg ataupun per
liter dan jumlah masing-masing stimulansia yang dibutuhkan selama penelitian yaitu untuk kebutuhan 20 pohon masing-masing stimulansia dengan periode
panen sebanyak 10 kali. Hal-hal yang harus dihitung dalam analisis biaya penerapan stimulansia adalah sebagai berikut :
1. Biaya stimulansia Rpquarre
Bi = Hi10005 Dimana :
Bi = Biaya stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap 1 kali penyemprotan Rpquarrehari
Hi = Harga stimulansia ke-i Rpliter
2. Peningkatan produksi getah
Pi = Qi – R Dimana
: Pi = Peningkatan produksi getah untuk stimulansia ke-i
gquarrehari Qi = Produksi perlakuan stimulansia ke-i gquarrehari
R = Produksi getah pada pohon contoh kontroltanpa perlakuan gquarrehari
3. Pendapatan hasil peningkatan getah
Zi = Pi1000 x C Dimana
: Zi = Pendapatan hasil peningkatan getah dari stimulansia
ke-i Rpquarrehari
C = Harga kopal Rpkg 4.
Nilai tambah stimulansia Ri = Zi – Bi
Dimana :
Ri = Nilai tambah stimulansia ke-i Rpquarrehari Zi
= Pendapatan
hasil peningkatan getah dari stimulansia
ke-i Rpquarrehari
Bi =
Kebutuhan stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap
1 kali
penyemprotan Rpquarrehari
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat
Kawasan Hutan Gunung Walat sudah mulai ditanami pohon damar Agathis loranthifolia pada tahun 1951. Hutan yang ditanam pada tahun
19511952 tersebut saat ini telah berwujud sebagai tegakan hutan damar yang lebat di sekitar base camp. Pada tahun 1967 IPB melakukan penjajakan kerjasama
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian untuk mengusahakan Hutan Gunung Walat
menjadi Hutan Pendidikan. Direktorat Jenderal Kehutanan memberikan bantuan pinjaman Kawasan Hutan Gunung Walat kepada IPB di tahun 1968 untuk
digunakan seperlunya bagi pendidikan kehutanan yang dikelola oleh Fakultas Kehutan IPB.
Pada tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 7041IV69 tertanggal 14 Oktober 1969 yang
menyatakan bahwa Hutan Gunung Walat seluas 359 Ha ditunjuk sebagai Hutan Pendidikan yang pengelolaannya diserahkan kepada IPB. SK Menteri Pertanian
RI No. 008KptsDJI73 tentang penunjukan komplek Hutan Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW. Pengelolaan kawasan hutan
Gunung Walat seluas 359 Ha dilaksanakan oleh IPB dengan status hak pakai sebagai hutan pendidikan dan dikelola Unit Kebun Percobaan IPB dengan jangka
waktu 20 tahun. Pada tahun 1973 penanaman telah mencapai 53. Pada tahun 1980 Seluruh wilayah HPGW telah berhasil ditanami berbagai jenis tanaman,
yaitu damar Agathis lorantifolia, pinus Pinus merkusii, puspa Schima wallichii, kayu afrika Maesopsis eminii, mahoni Swietenia macrophylla,
rasamala Altingia excelsa, sonokeling Dalbergia latifolia, gamal Gliricidae sp, sengon Paraserianthes falcataria, meranti Shorea sp, dan akasia Acacia
mangium. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687Kpts-II1992 tentang Penunjukan
Komplek Hutan Gunung Walat Sebagai Hutan Pendidikan, pengelolaan kawasan Hutan Gunung Walat sebagai Hutan Pendidikan dilaksanakan bersama antara Fakultas
Kehutanan IPB dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan KehutananBalai Latihan Kehutanan BLK Bogor. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 24 Januari 1993.
Status hukum kawasan HPGW pada tahun 2005 dikuatkan oleh diterbitkannya SK Menhut No. 188Menhut – II2005, yang menetapkan fungsi hutan kawasan
HPGW sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus KHDTK dan pengelolaanya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan khusus
sebagai Hutan Pendidikan Fahutan IPB 2009.
4.2 Letak dan Luas Areal