Tujuan Penelitian Manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu Kopal

meningkatkan produktivitas juga aman digunakan baik bagi kesehatan pohon, penyadap serta lingkungan sekitar.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk: 1. Mengetahui pengaruh penggunaan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh ZPT terhadap produktivitas kopal. 2. Mengetahui nilai tambah produktivitas penyadapan kopal dari penggunaan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh ZPT.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan produktivitas kopal dengan pemberian stimulansia yang aman digunakan baik bagi kesehatan pohon, penyadap dan lingkungan sekitar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu

Undang-undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, menerangkan bahwa hasil hutan merupakan benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang dihasilkan dari hutan. Indonesia termasuk negara tropis yang memiliki hasil produksi hutan kayu dan non kayu dalam jumlah yang sangat besar. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.35Menhut-II2007 tentang hasil hutan bukan kayu. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. 2.2 Agathis 2.2.1 Ciri-ciri agathis Agathis spp. termasuk dalam famili Araucariaceae. Pohon berukuran sedang hingga sangat besar, berumah satu, memiliki tinggi hingga 60-65 m, cabangnya simetris atu melingkari batang. Batang utama lurus, berbentuk silinder, diameter hingga 200-400 cm, tidak berbanir, tetapi sering dengan akar permukaan membengkak. Pepagan luar abu-abu hingga coklat kemerah-merahan, mengelupas dengan serpih-serpih besar, sedikit bundar tak teratur dan tebal, meninggalkan permukaan bernoktah agak kasar, hitam atau coklat agak lembayung hingga coklat kekuning-kuningan pada pohon besar. Tajuk monopodial, akhirnya menjadi simpodial, pada pohon muda berbentuk kerucut, bulat atau seperti payung, cabang-cabang besar sering membelok ke atas tidak teratur, takikan batang pepagan dalam putih susu atau merah muda, mengeluarkan damar tembus cahaya atau putih jernih yang disebut kopal. Daun bertepi rata, bertangkai sangat pendek, agak berhadapan, bulat telur hingga bentuk lanset, menjagat, pertulangan daun sejajar, rapat, permukaan daun kasar. Biji menempel di sepanjang pangkal sisik buah Harjadi et al.1998.

2.2.2 Penyebaran dan Habitat

Marga agathis diperkirakan memiliki 21 jenis, 11 diantaranya terdapat di kawasan Malesia. Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina, Maluku, sampai Selandia Baru. Agathis tumbuh baik di hutan hujan dataran rendah hingga pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 2000 m dpl Harjadi et al.1998. Nurhasybi dan Dede 2001 mengatakan bahwa daerah penyebaran alami Agathis loranthifolia meliputi Papua New Guinea, New Britain, Indonesia Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya, Philipina, Malaya. Jenis ini umumnya tumbuh pada tempat yang memiliki kelembaban 3.000–4.000 mmtahun. Temperatur rata-rata tahunan 25–30°C. Pada dataran rendah, jenis ini ditemukan pada tanah berbatu seperti pasir podzolik pada hutan kerangas, ultrabasa, tanah kapur, dan batuan endapan. Anakan jenis ini memerlukan naungan dan memperlihatkan pertumbuhan yang lambat selama tahun pertama. Setelah bebas dari kompetisi dengan semak belukar, pertumbuhannya menjadi cepat, seperti terlihat pada sebagian besar hutan hujan primer. Sistem perakaran sensitif terhadap kekurangan oksigen dan pohon tidak tahan genangan air. Di luar sebaran alaminya, telah di tanam di Jawa. Agathis memerlukan drainase yang baik dan tumbuh pada kondisi tanah dengan pH 6,0 – 6,5 serta tahan terhadap tanah berat heavy soil dan keasaman.

2.2.3 Kegunaan

Menurut Harjadi et al. 1998 kayu agathis digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk bahan bangunan di dalam ruangan, kotak teh, papan wol kayu, bahan kertas, dan kayu lapis. Damar dari pepagan dalam, yang dikenal dengan nama kopal, digunakan sebagai bahan pernis, linoleum, dupa, cat, dan lain sebagainya.

2.2.4 Struktur Anatomi Kayu Konifer

Pandit dan Kurniawan 2008 menyatakan bahwa kelompok kayu daun jarum, sering juga disebut kayu lunak atau kayu konifer memiliki struktur kayu lebih sederhana bila dibandingkan dengan struktur daun lebar dan juga sering disebut sebagai kayu berstuktur homogen. Kayu konifer disusun oleh elemen- elemen ke dalam 2 arah orientasi, yaitu : A. Elemen-elemen yang bersifat prosenkim a. Trakeida Sel trakeida terdapat pada semua jenis kayu jarum dan elemen ini merupakan komponen utama penyusun kayu daun jarum, hampir 90 - 95 kayu daun jarum disusun oleh sel-se trakeida. Panjang sel ini berkisar antara 1–7 mm. Pada dinding radial sel trakeid penuh mengandung noktah berhalaman. b. Trakeida Berdamar Sel ini umumnya terdapat pada zona transisi kayu gubal ke kayu teras. Pada sel ini terjadi pengendapan zat-zat damar dalam lumen sel-sel trakeida yang berhubungan dengan se jari-jari. Warna endapan umumnya coklat sampai kehitam-hitaman. c. Trakeida Rantai Trakeida rantai terdapat pada jenis-jenis yang mempunyai sauran damar aksial atau pada jenis-jenis yang memiliki parenkim aksial. Noktah halaman terdapat pada dinding radial maupun pada dinding ujungnya. B. Elemen-elemen yang bersifat Parenkim a. Parenkim Aksial Parenkim aksial adalah sel yang umumnya berbentuk seperti kotak, persegi empat kecuali sel-sel yang terdapat pada ujung-ujung yang berbentuk membulat atau meruncing. Sel ini umumnya mempunyai dinding sel yang tipis bila dibandingkan sdengan sel trakeida. Sel ini tersusun dalam deretan vertikaldan pada lumen berisi zat berwarna gelap dengan noktah sederhana pada dinding sel dan horisontal pada dinding ujungnya. b. Parenkim Jari-jari Pada penampang lintang jari-jari kayu akan nampak seperti garis- garis tipis yang mengarah ke empulur. Berdasarkan lebarnya jari- jari kayu dapat terdiri dari jari-jari sempit bila disusun sari satu atau dua baris sel dan jari-jari lebar bila disusun oleh lebih dari dua baris sel. C. Pernoktahan Silang Jari-jari Bila parenkim jari-jari bersinggungan dengan trakeida aksial maka akan terbentuk pasangan noktah setengah halaman halpbordered. Terkadang pada dinding sel parenkim jari-jari didaerah pernoktahan silang jari-jari tidak terdapat noktah sehingga noktah halaman yang terdapat pada dinding sel trakeida aksial akan menentukan sistem pernoktahan yang terbentuk. D. Saluran Damar Normal Sauran damar merupakan saluran yang dibatasi oleh sel-sel epitel yang sangat tipis yang berfungsi mengeluarkan zat-zat tertentu ke dalam saluran. Ada dua macam saluran berdasarkan arahnya di dalam batang, yaitu : Saluran damar aksial yang sejajar dengan sumbu batang, dan saluran damar radial tegak lurus dengan sumbu batang yang memiliki ukuran lebih besar. E. Saluran Luka Traumatik Saluran traumatik terjadi akibat adanya luka-luka dalam batang pohon. Saluran ini penyebarannya dalam deretan tangensial dan biasanya hanya terbatas pada bagian kayu awal. Saluran luka ini juga bisa radial atau aksial tergantung arahnya dalam batang. Menurut Mandang dan Pandit 1997 ciri-ciri anatomi kayu Agathis adalah tidak memiliki sel-sel pembuluh dalam kayunya, hanya terdapat trakeid, parenkimia aksial, dan jari-jari. Trakeid terdapat pada seluruh kayu kecuali pada jari-jari empulur, tersusun secara teratur dalam baris-baris radikal dan tidak mempunyai isi. Parenkim dan saluran damar tidak ada, jari-jari empulur ada sangat rapat seluruhnya tersusun sel-sel baring. Batas-batas lingkaran sangat nyata, warna gubal tidak jauh berbeda dengan kayu teras.

2.3 Kopal

Menurut Whitmore 1977, kopal merupakan eksudat dari kulit dalam pohon Agathis, kopal merupakan cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara. Manuputty 1955 membagi kopal menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Kopal Bua, adalah kopal tidak disadap, sebagian besar digali dari tanah, sebagian berasal dari luka-luka cabang yang kopalnya diambil beberapa bulan kemudian. 2. Kopal Loba, adalah kopal yang didapat dengan cara penyadapan pohon- pohon agathis dan sangat menyerupai getah lilin. Kopal ini keras dan berwarna kuning sampai coklat. 3. Kopal Melengket, adalah kopal yang dihasilkan dari kegiatan penyadapan kemudian dipungut dari pohon setelah dua atau tiga minggu. Kopal jenis ini berwarna sangat terang dan bersih. Menurut Riyanto 1980 diantara saluran kopal dan sel parenkim sel penyimpan cadangan makanan yang mengelilingi saluran kopal pada semua sisi terdapat keseimbangan osmotik. Jika dibuat luka pada kulit dalam maka saluran kopal akan terbuka. Dengan terbukanya saluran kopal maka keseimbangan osmotik mulai terganggu sehingga kopal keluar dari salurannya.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopal