Menurut Dulsalam dan Sumantri 1985 keluarnya kopal dipengaruhi oleh tutup luka sadapan, arah sadapan dan lamanya penyadapan. Wratsongko 2005,
menyatakan produksi kopal juga dipengaruhi oleh kondisi iklim pada lokasi penelitian. ketika kondisi hari hujan, kopal yang keluar dari jaringan kulit batang
mengalir tidak tertampung pada gelas penampung melainkan meluap hingga jatuh ke permukaan tanah akibat gelas penampung terpenuhi oleh air hujan. Hal ini
akan memberikan hasil yang berbeda pada saat dilakukan penimbangan dimana berat kopal cenderung jadi berkurang.
2.5 Penyadapan Getah Agathis spp.
Riyanto 1980 mengemukakan bahwa pohon Agathis yang diambil getahnya harus diambil dari pohon yang sehat. Pohon-pohon yang tidak sehat atau
tidak normal busuk batang, kanker batang, dan terpuntir 30 sebaiknya tidak disadap walaupun menghasilkan getah yang lebih banyak, karena akan lebih
mudah terserang penyakit sehingga akan menurunkan kualitas kayunya. Pohon Agathis yang diambil getahnya adalah pohon yang berdiameter 30 cm ke atas.
Penyadapan getah Agathis juga dilakukan pada pohon yang telah berumur 21 tahun.
2.6 Stimulansia
Santosa 2006 menyatakan bahwa stimulansia berfungsi sebagai perangsang terbentuknya etilena pada tanaman dan selanjutnya menaikkan
tekanan osmosis serta tekanan turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Etilena pada hakekatnya adalah suatu hormon pertumbuhan
yang banyak berperan pada perubahan suatu tanaman, antara lain terjadi perubahan dalam membran yang permeable dari dinding saluran getah sehingga
selama ada aliran getah, air masuk dalam saluran getah dan jaringan-jaringan disekitarnya.
2.7 Zat Pengatur Tumbuh
Zat Pengatur Tumbuh ZPT merupakan senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada
konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis Frank dan Cleon 1992.
Etilen adalah suatu gas yang dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa yang kaya akan ikatan karbon. Etilen juga
merupakan suatu senyawa karbon sederhana yang tidak jenuh dalam bentuk gas memiliki sifat-sifat fisiologis yang luas pada aspek pertumbuhan, perkembangan
dan senescen tanaman Wattimena 1988. Menurut Winarno 2002 etilen C
2
H
4
adalah jenis senyawa tidak jenuh atau memiliki ikatan rangkap yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman pada waktu-waktu tertentu dan pada suhu kamar
etilen berbentuk gas. Etilen merupakan gas yang dapat digolongkan sebagi hormon tanaman yang aktif dalam proses pematangan. Etilen disebut hormon
karena dapat memenuhi persyaratan sebagai hormon yang dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa
organik. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap. Etilen dianggap sebagai
hormon tumbuhan karena merupakan hasil metabolisme, bekerjasama atau antagonistik dengan hormon-hormon tumbuhan lainnya. Jumlah etilen yang
normal di dalam jaringan tanaman adalah rendah, biasanya kurang dari 0,1 ppm. Kegunaana etilen yaitu menghambat pertumbuhan, membentuk lapisan absisi,
mengontrol pembentukan bunga, merangsang inisiasi akar, merangsang dormansi biji dan tunas, merangsang peemasakan buah, merubah polaritas tumbuh dan
menghambat tanggapan tropostik, menghambat perluasan daun, merangsang eksudasi. Etilen banyak melibatkan aspek tumbuh dan perkembangan tanaman
baik secara endogen maupun diberi dari luar. Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi pada tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin
yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Hormon pada pohon yang berpengaruh pada getah yaitu etilen. Hormon ini
aktif bila ada kerusakan mekanis, stress dan terjadinya infeksi contohnya perlukaan. Suatu tahap pembentukan resin yang polanya cukup konsisten adalah
adanya dehidratasi jaringan diikuti pembentukan etilen. Peranan etilen tersebut terutama mereorganisasi peranan enzim dalam sistem sel untuk sintesa grup
polyphenol sehingga dapat mendorong terbentuknya resin dalam pohon. Oleh
karena itu senyawa yang dapat merangsang pembentukan etilen dalam pohon sering dipergunakan sebagai stimulansia bagi peningkatan produksi resin. Sebagai
contoh misalnya penggunaan 2-Chloro ethyl-phosponic acid CEPA-Ethrel Wattimena 1988.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat