warna agak merah. Selain itu terdapat pula terdapat pula lebah hutan odeng, tawon gung, Apis dorsata Fahutan IPB 2009.
4.6 Penduduk Sekitar
Penduduk di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian
dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam
prgram agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap. Hasil pertanian dari lahan agroforestry seperti singkong, kapolaga, pisang, cabe, padi
gogo, kopi, sereh, dll. Jumlah ternak domba kambing di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat sebanyak 1875 ekor, jika setiap ekor dombakambing
memerlukan 5 kg rumput, maka diperlukan hijauan sebanyak 9,375 ton. Hijauan pakan ternak tersebut sebagian besar berasal dari HPGW.
Kecamatan Cicantayan , khususnya desa Hegarmanah juga merupakan desa penghasil manggis dengan mutu eksport. Jumlah pohon manggis di desa
Hegarmanah sebanyak 12.800 batang dan akan terus bertambah. Untuk menjadi sentra produksi diperlukan 40.000 pohon Fahutan IPB 2009.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Lokasi Penelitian
Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak
Penelitian Permanen Teknologi Penyadapan Getah Agathis. Areal ini memiliki memiliki luas 2,5 ha, bertopografi landai, serta didominasi oleh tegakan Agathis
lorantifolia . Keadaan pohon pada blok ini umumnya memiliki kondisi pohon
sehat, akan tetapi terdapat beberapa pohon yang terserang jamur dan hama., serta sebagian besar sudah pernah pernah dilakukan penyadapan.
Gambar 3 Kondisi lokasi penelitian di Petak Penelitian Permanen Teknologi Penyadapan Getah Agathis.
5.2 Produktivitas Kopal menggunakan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh
Pemberian stimulansia dan ZPT dilakukan pada penyadapan pohon Agathis lorantifolia sebanyak 20 pohon contoh dengan diameter minimal 40 cm.
Intensitas penyadapan getah dan pembaharuan luka dilakukan setiap 5 hari sekali selama 10 kali penyadapan getah. Pada setiap pohon contoh diberi 6 perlakuan yang
berbeda-beda serta arah sadap yang berbeda-beda pula, yaitu diputar untuk setiap perlakuan berdasarkan arah utara. Hal ini dilakukan untuk memperkecil perbedaan
dari berbagai faktor selain perlakuan pada agathis terutama faktor internal dari pohon tersebut. Menurut Dulsalam dan Sumantri 1985 bahwa penyadapan pada arah barat
dapat meningkatkan produksi getah dibanding dengan penyadapan pada arah timur. Hal ini disebabkan pada arah barat relatif terlindung dari sinar matahari yang
memungkinkan getah tidak lekas membeku. Hasil produksi getah agathis dengan pemberian 6 perlakuan dan frekuensi panen dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Produktivitas rata-rata kopal berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen gquarrehari
Panen ke-
Kontrol Produktivitas rata-rata kopal berdasarkan perlakuan
gquarrehari CAS
Etrat 1240 Etrat
NP50 Etrat
NP100 Etrat 2010
1 4,14 4,97 4,75 5,07
4,39 7,59 2
2,63 4,26 3,85 4,27 4,06 8,51
3 3,37 6,4 5,57 6,37 5,28 8,35
4 4,21 7,89 6,43 8,15
6,93 9,14 5
3,74 6,47 5,31 6,14 5,87 8,91
6 4,32 7,64 7,19 7,67
6,63 10,5 7
5,41 8,17 7,65 8,5
7,67 11,32 8
5,4 9,74 8,91 9,68 9,04 9,61 9
5,68 9,47 9,25 10,59 9,7 10,02
10 5,79 9,73 9,47 10,37 9,63 8,95
Total 44,69 74,74 68,38 76,81
69,2 92,9 Rata-
rata 4,469 7,474 6,838 7,681
6,92 9,29
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi kopal yang dihasilkan dengan perlakuan pemberian stimulansia secara berturut-turut, yaitu: pada
pemberian Etrat 1240 sebesar 7,474 gramquarrehari, pemberian Etrat NP50 sebesar 6,838 gramquarrehari, pemberian Etrat NP100 sebesar 7,681
gramquarrehari, dan pemberian Etrat 2010 sebesar 6,92 gramquarrehari. Untuk pemberian CAS berat rata-rata produksi kopal dihasilkan paling tinggi yaitu
sebesar 9,29 gramquarrehari dan berat rata-rata produksi kopal yang terkecil yaitu pada kontrol sebesar 4,469 gramquarrehari.
Rata-rata produktivitas kopal perhari dari masing-masing perlakuan dibandingkan terhadap kontrol sehingga diperoleh persentase peningkatan
produktivitas getah. Persentase peningkatan kopal dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Persentasi peningkatan produktivitas kopal
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa persentasi peningkatan produktivitas kopal yang paling tinggi adalah pada perlakuan CAS sebesar
207,83 diikuti oleh perlakuan NP100 sebesar171,86 kemudian perlakuan Etrat 1240 sebesar 167,20, perlakuan Etrat 2010 sebesar 154,81, dan yang paling
kecil pada perlakuan Etrat NP50 sebesar 152,98 yang dibandingkan dengan kontrol. Secara umum kecenderungan hasil rata-rata produktivitas kopal dapat
dilihat pada Gambar 4.
2 4
6 8
10 12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
gr am
quareeha ri
Panen ke‐
kontrol Etrat
12‐40 Etrat
NP 50 Etrat
NP 100 Etrat
NP2010 CAS
Gambar 4 Produktivitas gquarrehari rata-rata kopal berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen.
Perlakuan Rata-rata produktivitas
getah gquarrehari Persentase peningkatan
produktivitas getah Kontrol 4,47
- Etrat 1240
7,474 167,20
Etrat NP50 6,838
152,98 Etrat NP100
7,682 171,86
Etrat 2010 6,92
154,81 CAS 9,29
207,83
Berdasarkan Gambar 4 pemberian CAS menghasilkan rata-rata produksi yang paling tinggi dari panen pertama hingga panen ke tujuh. Akan tetapi, pada
panen ke delapan atau 40 hari, produktivitas kopal mengalami penurunan hingga berada di bawah stimulansia organik. Menurut Hidayati 2005 bahan kimia asam
mempersulit getah pohon agathis membentuk rantai sikliknya dan tetap dalam bentuk aldehida. Hal ini disebabkan adanya pemecahan ikatan glikosida yang
mempersulit penyusunan struktur stabil getah sehingga getah tetap encer. Sel-sel parenkim yang terhidrolisis menyebabkan tekanan dinding semakin berkurang.
Cairan sel akan bergerak keluar secara difusi dan diserap oleh getah sehingga yang encer semakin banyak dan keluar melebihi normal. Penggunaan stimulansia
tidak meningkatkan kandungan getah yang ada, tetapi membuat celah dinding parenkim yang terhidrolisis dan akibat pelukaan tetap terbuka sehingga getah
mengalir keluar. Stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh ZPT yang digunakan
merupakan produk dari CV. Permata Hijau Lestari yang terdiri dari Etrat 1240 yang merupakan campuran dari etilen 100 ppm dan asam sitrat 150 ppm, Etrat
NP50 terdiri atas etilen 100 ppm dan jeruk nipis 5, Etrat NP100 terdiri atas etilen 200 ppm dan jeruk nipis 10, dan Etrat 2010 terdiri atas etilen 150 ppm
dan asam sitrat 10, sedangkan untuk Cairan Asam Sulfat CAS merupakan milik Hutan Pendidikan Gunung Walat yang terdiri atas H
2
SO
4
15 dan HNO
3
2. Etilen sangat mempengaruhi banyaknya getah yang keluar pada waktu penyadapan karena etilen akan menunda penyumbatan pembuluh getah dan
memperlama aliran getah. Etilen dapat merangsang eksudasi pengeluaran lateks, getah Wattimena 1988.
Jeruk nipis memiliki kandungan asam sitrat yang dapat mengeluarkan getah lebih banyak pada pohon agathis. Riyanto 1980 mengatakan reaksi biologis pada
saluran getah dapat dihambat dengan penambahan asam sitrat yaitu pembentukan rantai siklik sehingga akan tetap dalam bentuk aldehida yang menyebabkan getah
tetap encer dan keluar melebihi normal. Kecenderungan produktivitas untuk perlakuan yang menggunakan
stimulansia organik relatif sama, yaitu pada panen pertama hasil yang diperoleh tinggi, karena getah yang keluar merupakan deposit yang terdapat pada pohon,
akan tetapi pada panen kedua mengalami penurunan dikarenakan pohon belum stabil dalam membuat getah sehingga belum dapat mengisi deposit getah . Pada
panen ketiga dan seterusnya produktivitas mengalami peningkatan, kecuali pada panen kelima terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh faktor eksternal yaitu
hujan, dimana curah hujan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi produktivitas yang ada. Aliran batang pada saat hujan dapat meluruhkan
stimulansia yang disemprotkan. Menurut Wratsongko 2005, ketika kondisi hari hujan, kopal yang keluar dari jaringan kulit batang mengalir tidak tertampung
pada gelas penampung melainkan meluap hingga jatuh ke permukaan tanah akibat gelas penampung terpenuhi oleh air hujan.
Panen ke-8 atau hari ke-40 produktivitas kopal dengan menggunakan stimulansia organik lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan stimulansia
anorganik. Etilen yang tedapat pada stimulansia organik berupa cairan atau memiliki pH3. Etilen dapat terserap ke dalam jaringan pohon diperlukan pH
batang yang lebih basa agar etilen dapat berubah menjadi gas pH3. Pada umumnya batang agathis memiliki pH antara 4-5, akan tetapi hal ini tidak berlaku
untuk PH batang agathis yang terdapat di HPGW. Tahun 1998 HPGW telah memakai stimulansia berupa CAS yang
merupakan asam kuat. Diduga pemakaian asam kuat yang telah cukup lama mempengaruhi pH batang agathis menjadi lebih asam. Hal ini memperngaruhi
proses penyerapan stimulansia organik, karena etilen tidak mendapatkan pH yang lebih basa yang dibutuhkan, sehingga proses penyerapan terhambat. Etilen yang
terdapat pada stimulansia merupakan etilen eksogen yang berfungsi sebagai chemical messenger.
Etilen eksogen akan merangsang aktifnya etilen endogen sehingga mendorong terjadinya metabolisme sekunder untuk membentuk getah.
Getah akan mengalir ke sumber pemberi pesan. Pengaruh pemberian stimulansia dan ZPT terhadap produktivitas kopal
dilakukan dengan pengolahan statistik terhadap data hasil pengukuran produktivitas getah agathis. Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian campuran stimulansia dan ZPT memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata produktivitas getah pinus yang dihasilkan pada tingkat
kepercayaan 99 α = 0,01. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung
sebesar 7,732 lebih besar dari pada F tabel pada tingkat nyata 1 yaitu sebesar 3,38.
Tabel 5 Analisis ragam pengaruh pemberian stimulansia dan ZPT yang berbeda terhadap produktivitas kopal selama 10 kali panen
Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
db Kuadrat
Tengah F
hitung
F
0,01
Sig. Perlakuan
122.959 5
24.592 7.732
3,38 .000
Sisa 171.752
54 3.181
Total 294.711
59
Nyata = F
hitung
F
0,01
Penggunaan stimulansia organik dan ZPT memiliki pengaruh sangat nyata terhadap produktivitas kopal dengan selang kepercayaan 99
α = 0,01, karena F
hitung
F
0,01
. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda nyata, maka dilakukan analisis lanjut berupa uji Duncan. Hasil Uji Duncan dapat
dilihat pada Tabel 4. Tabel 6 Hasil Uji Duncan pengaruh stimulansia terhadap produktivitas kopal
dilihat dari segi perlakuan yang berbeda Perlakuan
N Produktivitas rata-rata
gquarrehari Hasil Uji Duncan taraf
α = 0.01 Kontrol
10 4.4690
A Etrat NP50
10 6.8380
B Etrat 2010
10 6.9200
B Etrat 1240
10 7.4740
C Etrat NP100
10 7.6810
C CAS
10 9.2900
C Huruf yang sama pada Tabel 6 menunjukan perlakuan yang dilakukan
mempunyai pengaruh yang tidak berbeda terhadap produksi kopal, sedangkan huruf yang berbeda artinya perlakuan pemberian stimulansia mempunyai
pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi getah kopal pada taraf α 1.
Dimana pada huruf yang berbeda pada kontrol A, dan Etrat NP50, dan Etrat 2010 B, serta pada Etrat 1240, Etrat NP100, dan CAS C artinya bahwa
pengaruh pemberian stimulansia memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap produktivitas kopal. Hasil uji duncan membuktikan bahwa antara pemberian Etrat
1240, Etrat NP100 dan CAS menghasilkan produktivitas yang tidak berbeda dan masing-masing bisa diterapkan.
5.3 Analisis Biaya Penggunaan Stimulansia dan ZPT