63
Panjang
sama 10 mm
Kualitas citra yang akan dihasilkan sangat dipengaruhi oleh radiasi hambur dari intensitas sinar X yang menembus phantom. Untuk mengetahui
besarnya radiasi hambur digunakan strip timbal Pb sebagai beam stopper sinar X yang dapat menyerap sinar X pada permukaan bidang phantom dengan ukuran
lebar bervariasi yang dipasang di bagian belakang phantom arah detektor. Timbal mempunyai panjang yang sama sebesar 10 mm dan lebarnya 1 mm, 2 mm,
3 mm, 4 mm, dan 5 mm. Radiasi hambur yang dihitung yaitu intensitas hambur yang melewati timbal. Parameter-parameter radiasi hambur tersebut yang
digunakan untuk mengukur besarnya fraksi hambur dari phantom sebagai hasil perbandingan antara intensitas hambur yang melewati timbal dengan intensitas di
sekeliling timbal. Perhitungan Fraksi Hambur ini menggunakan persamaan 32. Dari sini dapat kita ketahui besarnya radiasi hambur yang melewati phantom.
Lebar 5 mm 4 mm 3 mm 2 mm 1 mm
Timbal pb
Timbal ke 1 2 3 4 5
Gambar 3.7 Timbal atau lead sebagai Beam Stopper
3.3.4. Proses pengolahan citra dan metode konversi data Digital ke data Matrik
Citra dari phantom yang sudah terekam oleh IP kemudian dibawa ke Sub Lab Fisika Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk
discan dan dianalisis. Citra discan dengan menggunakan IP scanner yang merupakan salah satu peralatan pada BAS 1800II. IP scanner ini sudah
64
dihubungkan dengan perangkat lunak untuk membaca citra yaitu Image Reader dan Image Gauge. Hasil pembacaan ditampilkan melalui windows, sehingga dapat
diperoleh parameter–parameter yang dapat digunakan untuk menganalisis citra yang diperoleh. Parameter intensitas yang diperoleh dari citra dengan satuan
2
mm PSL
. Citra yang dihasilkan dan sudah di-scan akan diukur nilai intensitasnya
pada unit Image Gauge dengan pengambilan data berbentuk kotak bujur sangkar squaring. Setiap 1 kotak berjumlah 14 pixel berukuran 1,960 mm
2
yang menunjukan nilai intensitas yang dimiliki oleh daerah yang ditunjuk di dalam
kotak. Pengambilan ukuran per kotak yang sangat kecil ini berfungsi untuk menghasilkan ketelitian kontras citra dengan ketelitian tinggi. Semakin kecil luas
per kotak yang kita ambil maka akan menghasilkan kontras citra yang semakin baik. Selanjutnya, setelah pengambilan data intensitas pada Image Gauge ini, data
yang dihasilkan dalam bentuk digital akan diubah dalam bentuk dimensi matriks dengan kolom dan baris yang akan dianalisis pada software Origin 50 sesuai
ukuran baris dan kolom yang didapatkan dari citra asli pada Image Gauge yang akan disajikan dalam bentuk citra dari data matrik. Data digital yang dihasilkan
setelah melewati proses perekaman dari film Imaging Plate dari unit Image Gaug. Data tersebut dapat dikonversi menjadi data matrik dalam software Origin 50
yang akan dilakukan rekonstruksi. Untuk menghasilkan citra rekonstruksi dapat dilakukan rekonstruksi secara keseluruhan atau rekonstruksi sebagian.
Rekonstruksi secara sebagian yang disebut Region of Interest ROI akan menghasilkan detail citra ROI tersebut, sehingga analisis kualitatif dan kuantitatif
65
dapat dilakukan untuk ROI. Bentuk citra yang dihasilkan akan sesuai dengan citra asli phantom yang telah di-scan pada unit Image Gauge BAS 1800II. Kekontrasan
citra pada citra yang dihasilkan tergantung pada karakteristik phantomnya. Hal ini berfungsi untuk mendeteksi lesilubang pada bidang phantom yang tidak
tampak jelas dilakukan observasi lebih detail pada citra, sehingga lubang yang tidak tampak jelas atau bahkan tidak dapat dilihat sama sekali akan dapat kita
analisis dengan mudah menggunakan teknik Region Of Interest ROI. Data pengkotakan squaring citra yang menunjukkan niali intensitas per kotak dalam
satuan PSLmm
2
pada unit Image Gauge dapat dilihat pada gambar 3.9 di bawah ini.
Gambar 3. 8 Data squaring per kotak dengan nilai intensitasnya pada unit Image Gauge
Data digital dengan pengkotakkan squaring yang menunjukkan besarnya intensitas PSLmm
2
dengan perbesaran kotak pada citra Image Gauge yang diilustrasikan pada gambar 4.0. Sedangkan metode konversi data Digital dari citra
asli hasil pencitraan pada unit Image Gauge ke data Matrik pada Origin 50,
66
menghasilkan citra hasil observasi lebih detail menggunakan Region of Interest ROI diilustrasikan pada gambar 4.1.
Gambar 3. 9 Data intensitas dan perbesaran kotak dengan pengkotakan bujur sangkar pada unit
Image Gauge
Pengkotakan Konversi
Diperoleh
Citra Asli Data digital Data matrik Citra matrik
Gambar 3. 10 Konversi data digital ke data matrik untuk pembentukan citra
67
3.4 Prosedur Eksperimen