61
pada tegangan 85 kVp serta phantom pertama menggunakan arus 3,25 mAs sedangkan phantom kedua dipasang pada arus 1,25 mAs. Koefisien atenuasi
dihitung berdasarkan persamaan 6. Dengan diketahuinya koefisien atenuasi dari phantom pada berbagai nilai tegangan yang berbeda, maka dapat didesain
phantom berdasarkan model Rose. Hal ini dengan anggapan bahwa nilai diameter lubang sudah ditentukan terlebih dahulu, sehingga yang dihitung adalah
kedalaman lubang.
3.3.2. Pembuatan dan pengukuran phantom, material tulang, dan aluminium
Obyek yang digunakan sebagai pengganti dari jaringan manusia adalah phantom yang terbuat dari aklirik, tulang dan logam aluminium. Phantom A
berukuran 100,000 x 100,000
2
mm dan B yang yang berukuran terbuat dari plastik aklirik mempunyai 101,800 x 101,800
2
mm mempunyai ketebalanyang berbeda 100,000mm untuk phantom A dan 62,900 mm untuk phantom B.
Phantom berbentuk kubus mempunyai kerapatan yang hampir sama dengan jaringan tubuh manusia yaitu 0,944
3
cm gr
. Pada permukaann bidang phantom dibuat lesi berupa lubang dengan diameter dan kedalaman yang berbeda – beda.
Sedangkan untuk material tulang dan aluminium diletakkan di atas lapisan tipis plastik. Aluminium mempunyai ukuran lebar sama tetapi mempunyai panjang
yang berbeda – beda. Lebar aluminium 0,5 mm dan ukuran panjang bervariasi yaitu 0,5 mm; 1 mm; 1,5 mm; 2 mm; 2,5 mm dan ketebalan sama yaitu 2,51 mm
dengan pengukuran lebar, panjang dan ketebalan aluminium ini menggunakan
62
jangka sorong digital yang tersedia di Sub Lab. Fisika Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.3.3. Pengambilan citra dan metode pengukuran radiasi hambur dengan B
eam Stopper
Pengambilan citra dilakukan di instalasi Radiologi Rumah sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Sumber sinar X yang digunakan adalah tabung
sinar X dignostik yang ada di rumah sakit tersebut yang dikeluarkan oleh GE Medical System, Europe. Film yang digunakan untuk merekam citra adalah Fuji
Film Imaging Plate yang dimiliki oleh Sub Lab. Fisika Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan citra digunakan tegangan 85
kVp untuk semua phantom. Dengan jarak antara sumber sinar X dengan Film sejauh 1 m dan mAs yang digunakan untuk phantom A, material tulang dan
aluminium 3,25 mAs dan phantom B 1,25 mAs. Proses pengambilan citra dilakukan secara konvensional tanpa penggunaan anti hambur baik grid maupun
air gap.
Gambar 3. 6 Set alat pencitraan secara konvensional
63
Panjang
sama 10 mm
Kualitas citra yang akan dihasilkan sangat dipengaruhi oleh radiasi hambur dari intensitas sinar X yang menembus phantom. Untuk mengetahui
besarnya radiasi hambur digunakan strip timbal Pb sebagai beam stopper sinar X yang dapat menyerap sinar X pada permukaan bidang phantom dengan ukuran
lebar bervariasi yang dipasang di bagian belakang phantom arah detektor. Timbal mempunyai panjang yang sama sebesar 10 mm dan lebarnya 1 mm, 2 mm,
3 mm, 4 mm, dan 5 mm. Radiasi hambur yang dihitung yaitu intensitas hambur yang melewati timbal. Parameter-parameter radiasi hambur tersebut yang
digunakan untuk mengukur besarnya fraksi hambur dari phantom sebagai hasil perbandingan antara intensitas hambur yang melewati timbal dengan intensitas di
sekeliling timbal. Perhitungan Fraksi Hambur ini menggunakan persamaan 32. Dari sini dapat kita ketahui besarnya radiasi hambur yang melewati phantom.
Lebar 5 mm 4 mm 3 mm 2 mm 1 mm
Timbal pb
Timbal ke 1 2 3 4 5
Gambar 3.7 Timbal atau lead sebagai Beam Stopper
3.3.4. Proses pengolahan citra dan metode konversi data Digital ke data Matrik