98
Tabel intensitas lubanh ke-11 dan ke-12 sebagai berikut :
Tabel  4.14    Nilai  Intensitas  sebelum  dan  sesudah  dikurangi scatter  lubang  ke-11  dan  ke-12
phantom B Sebelum dikurangi
scatter Sesudah dikurangi
scatter Lubang
Ke- D
t Ip
o
Ip Ip
o
Ip
496,630 ± 2,400 437,267 ± 0,338
311,364 ± 2,400 252,001 ± 0,338
11 2
5 C = 0,127 ± 0,006
C = 0.212 ± 0.011 477,705 ± 0,495
437,267 ± 0,338 292,439 ± 0,495
252,001 ± 0,338 12
1 5
C = 0,088 ± 0,002 C = 0,149 ± 0.003
Lubang ke-11 mempunyai nilai kontras, diameter dan intensitas sinar X yang  lebih  besar  bila  dibandingkan  lubang  ke-12  dengan  kedalaman  yang  sama.
Sehingga pada citra asli Image Gauge lubang ke-11 tampak lebih jelas. Pada citra data matrik, citra sebelum dikurangi scatter lubang ke-12 masih tampak kabur dan
sulit  dibedakan  kedudukannya,  sedangkan  lubang  ke-11  sudah  tampak  jelas dengan  daerah  intensitas  berwarna  merah  yang  menunjukkan  intensitas  tinggi
dengan  luasan  yang  kecil.  Pada  citra  matrik  intensitas  sesudah  dikurangi scatter lubang  ke-12  tampak  jelas  dengan  nilai  intensitas  yang  lebih  tinggi  daripada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan perbedaan warna citra, lubang ke-11 daerah mempunyai citra dengan intensitas besar yaitu berwarna merah dan semakin lebar.
Hal  ini  karena  nilai  scatter  intensitas  yang  dikandung  di  dalam  citra  sesudah dikurangi scatter telah berkurang, seperti terlihat pada gambar 4.16.
4.2. Material Aluminium Al dan Tulang Ca
10
PO
4 6
OH
2
4.2.1 Tulang
Daya  tembus  sinar  X  berbeda-beda  sesuai    dengan  benda  yang dilaluinya.  Benda-benda  yang  mudah  ditembus  sinar  X  akan  memberikan
bayangan hitam radiolusen. Citra material tulang dapat dilihat pada gambar 4.17.
99
Gambar 4. 17 a Citra asli material tulang pada Image Gauge dan b Citra matrik
intesnitas pada Origin 50 berdimensi 20 x 43
Benda-benda  yang  sukar  ditembus  sinar  X  memberikan  bayangan  putih radioopek.  Tulang  sebagai  kerangka  tubuh  manusia  mengandung  99    dari
kalsium total tubuh dan berfungsi sebagai penampung cadangan kalsium. Matrik tulang  dengan  berat  kering  terdiri  dari  50    materi  anorganik.  Tulang
mengandung kalsium dan fosfor  yang sangat banyak. Dalam tulang juga terdapat bikarbonat, sitrat, magnesium, dan natrium dengan komposisi yang kecil. Kalsium
dan fosfor membentuk kristal hidraksiopatit dengan komposisi Ca
10
PO
4 6
OH
2
. yang terdiri dari kalsium fosfat amorf. Suatu citra kerangka tubuh manusia ketika
difoto  Roentgen  maka  akan  memperlihatkan  citra  dari  tulang  dengan    bayangan dari elemen-elemen yang mengandung kalsium, karenanya hanya lesi tulang yang
menyangkut  perubahan  pada  distribusi  tulang  atau  kepadatan  tulang  yang  akan tampak ketika dikenai sinar X. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Tulang
yang  telah  disinar  X  akan  menghasilkan  citra  berwarna  putih  yang  tergolong sebagai  bagian  tubuh  radioopek  sedang  karena  termasuk  material  yang    sukar
ditembus  oleh  sinar  X.  Dalam  eksperimen  ini,  digunakan  tulang  ayam  sebagai pengganti tulang manusia dengan panjang 229,670, ketebalan rata-rata 9,238 mm
100
dan mempunyai kerapatan ρ sebesar 8,2 gmm
3
. Harga koefisien atenuasi secara teori untuk kalsium sebagai berikut:
Tabel 4.15  Nilai koefisien atenuasi linear secara teori untuk hidraksiopatit Ca
10
PO
4 6
OH
2
untuk ρ = 0,82  gmm
3
httpphysics.nist.govphysRefDataFfasthtmlcover.html Energi keV
μmm
-1
51 4.509
55 3.933
58 3.459
63 3.067
67 2.742
71 2.472
76 2.247
Harga koefisien atenuasi tulang dengan parameter hidraksiopatit penyusun material  tulang  pada  tegangan  pencitraan  sebesar  85  kVp  sangat  kecil.  Harga
tegangan  85  kVp  setara  dengan  harga  energi  sekitar  50-65  keV.  Range  energi sebesar  ini  dalam  tabel  di  atas  seharusnya  menghasilkan  koefisien  atenuasi  teori
antara  4,509-2,247  mm
-1
,  namun  dari  hasil  eksperimen  nilai  yang  dihasilkan sangat kecil yaitu 0,028 ± 0,002. Nilai koefisien atenuasi yang tidak sesuai dengan
teori  ini  dikarenakan  dipengaruhi  karakteristik  material  tulang  yang  digunakan dan  proses  pengambilan  citra  yang  digunakan.  Phantom  material  tulang  tidak
diletakkan pada medium aklirik yang dianalogikan sebagai media tubuh manusia. Dalam  hal  ini    material  tulang  telah  mengalami  penyusutan  volume  sehingga
mempengaruhi  nilai  koefisien  atanuasi  yang  dihasilkan.  Material  tulang dibandingkan  material  penyusun  tubuh  lainnya  seperti  otot  dan  lemak,  tulang
mempunyai  kerapatan  massa  yang  lebih  besar.  Nilai  koefisien  atanuasi  sangat dipengaruhi  oleh  energi  yang  diberikan  dan  kerapatan  material  penyusunnya
karena  semakin  besar  energi  yang  diberikan  maka  nilai  koefisien  atenuasi  akan semakin  kecil.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  material  tulang  mempunyai
101
kemampuan  yang  cukup  besar  untuk  mengatenuasi  sinar  X  yang  menembusnya dibandingkan  daripada  otot  dan  lemak.  Dengan  energi  yang  semakin  besar  ini
peluang untuk menembus material tulang akan semakin besar tetapi memiliki nilai koefisien  atenuasi  yang  semakin  kecil  dengan  transmisi  foton  sinar  X  yang
menembus  material  tulang  yang  banyak  mengandung  kalsium  akan  semakin besar.
4.2.2 Aluminium