69
yang bervariasi pada material tulang dan aluminium akan memperlihatkan kontaras citra dan nilai koefisien atenuasi yang berbeda–beda. Perbedaan nilai
tersebut dipengaruhi oleh perbandingan nilai intensitas sinar X yang menembus phantom. Karakteristik phantom secara umum dengan phantom B dihasilkan dari
pebelitian sebelumnya oleh Sri Lestari 2005 diperlihatkan pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 karakteristik phantom A dan phantom B secara konvensional No
Karakteristik Phantom Phantom A
Phantom B
panjang 100,000mm
101,800mm lebar
100,000mm 98,760mm
1. Dimensi volume
tebal 100,000 mm
62,900 mm 2.
Tegangan 85 kVp
85 kVp 3.
Arus listrik 3,25 mAs
1,25 mAs 4.
Jumlah lesi atau lubang 16 lesi
16 lesi 5.
Koefisien atenuasi 0,0187mm
0,0188mm 6.
Intensitas hambur rata-rata 149,958 ± 5,316
125,791 ± 5,830 7.
Kontras D = 4 mm dan t = 21 mm 0,174 ± 0,008
0,269 ± 0,024 8.
Fraksi hambur SF 0,585 ± 0,013
0,431± 0,019
4.1.1. Kontras citra
Kontras merupakan nilai perbandingan antara perbedaan intensitas sinar X yang ditransmisikan melalui lubang lesion,
po
I , dan intensitas yang melewati
sekeliling lubang, I
p,
terhadap intensitas yang mengenai phantom tanpa memperhitungkan radiasi hamburnya yang disebut kontras primer. Jika kontras
yang dihasilkan dipengaruhi oleh radiasi hambur disebut kontras hambur. Nilai intensitas yang melalui lubang, I
o
, dan intensitas yang melalui sekeliling lubang, I
p
, diperoleh dari kontras citra konvensional dengan tegangan 85 kVp untuk phantom A dan phantom B. Dari tabel 4.1 didapatkan nilai kontras citra phantom
70
pada diameter dan kedalaman yang sama phantom B lebih besar daripada phantom A yaitu, untuk phantom A sebesar 0,174 ± 0,008 dan 0,269 ± 0,024
untuk phantom B. Secara umum kontras kedua phantom yang dibuat dari jenis material yang sama dipengaruhi oleh perbedaan ketebalan kedua bahan. Phantom
A dengan ketebalan lebih besar dari phantom B mempunyai kemampuan mentransmisi sinar X lebih kecil dari phantom B. Citra hasil pencitraan phantom
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
a b Gambar 4.1. a Citra asli phantom A b citra asli phantom B dengan variasi diameter
dan kedalaman lubanglesi yang berbeda
Untuk phantom A mempunyai variasi diameter terbesar 4 mm dan variasi kedalaman terbesar 26 mm. Phantom B mempunyai variasi diameter
terbesar 8 mm dan variasi kedalaman terbesar 21 mm. Diameter terbesar phantom A dua kalinya phantom B dengan selisih kedalaman 5 mm. Nilai kontras untuk
phantom A dan phantom B diperlihatkan pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.
71
Besarnya kontras masing-masing phantom sebagai berikut :
Tabel 4.2 Nilai kontras phantom A dengan berbagai variasi diameter dan kedalaman Phantom A
Diameter D Kedalaman lubang t
Kontras C
s
26 0,237 ± 0,017
21 0,174 ± 0,008
4 10
0,093 ± 0,008 26
0,198 ± 0,021 21
0,135 ± 0,015 2
10 0,090 ± 0,010
1 26
0,146 ± 0,009
Tabel 4.3 Nilai kontras phantom B dengan berbagai variasi diameter dan kedalaman Phantom B
Diameter D Kedalaman lubang t
Kontras C
s
21 0,295 ± 0,010
8 11
0,146 ± 0,010 21
0,269 ± 0,024 11
0,207 ± 0,012 4
5 0,083 ± 0,006
21 0,282 ± 0,015
2 11
0,192 ± 0,005
Dari tabel di atas, diameter lubang dan kedalaman lubang sangat berpengaruh pada kekontrasan suatu citra. Kontras citra terbesar didapatkan pada
diameter 8 mm dan kedalaman 21 mm, untuk phantom B sebesar 0,295 ± 0,010. Kontras terkecil didapatkan pada diameter 1 mm dan kedalaman 10 mm pada
phantom A. Nilai kontras tersebut diperoleh dari kontras citra pada lubang yang masih bisa diamati atau masih terlihat. Untuk diameter yang sama pada phantom
A dan phantom B yaitu pada 4 mm dan 2 mm, sedangkan untuk kedalaman yang sama yaitu 21 mm dan 5 mm akan menghasilkan nilai kontras yang berbeda.
72
Kontras pada phantom A lebih kecil dari pada kontras pada phantom B ditunjukan pada grafik 4.2 di bawah ini.
Gambar 4. 2 Grafik hubungan antara kontras citra dengan kedalaman lubang pada diameter 4 mm
Grafik di atas menjelaskan adanya pengaruh kedalaman lubang terhadap kontras citra. Kedalaman lubang sebanding dengan kontrasnya. Semakin dalam suatu
lubang pada bidang phantom maka semakin besar pula kontrasnya. Perbedaan ketebalan phantom A dan phantom B menghasilkan nilai kontras citra yang
berbeda. Ketebalan phantom A dan phantom B berbanding terbalik dengan kekontrasan citra. Secara umum, semakin besar ketebalan suatu phantom maka
nilai kontrasnya akan semakin kecil. Hubungan antara kedalaman lubang dengan kontras sebanding, sedangkan antara ketebalan phantom dengan kontras adalah
berbanding terbalik. Kedalaman lubang dengan ketebalan phantom dibedakan oleh kerapatan massanya. Kedalaman lubang yang berisi rongga udara
mempunyai kerapatan massa lebih kecil dibandingkan daerah sekelilingnya. Ketebalan phantom mencakup keseluruan phantom sebagai satu kesatuan yang
mempunyai kerapatan massa lebih besar daripada rongga udara. Jadi, phantom A mempunyai ketebalan lebih besar daripada phantom B sehingga menghasilkan
kontras citra yang lebih kecil. Begitu juga dengan organ-organ dalam tubuh
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35
5 10
15 20
25
Kedalaman lubang mm
k o
n tr
a s
Phantom A Phantom B
73
manusia atau jaringan penyusun tubuh manusia mempunyai ketebalan, rapat massa dan nomor atom yang berbeda-beda. Sehingga setiap organ atau jaringan
penyusun tubuh manusia akan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda pula dalam mengetenuasi sinar X, atenuasi sinar X ini tergantung pada ketebalan, rapat
massa dan nomor atomnya. Material atau jaringan dengan kerapatan besar mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk mengatenusai sinar X. Sehingga
intensitas radiasi sinar X yang terserap oleh phantom A lebih besar daripada phantom B karena perbedaan ketebalan, sedangkan untuk kerapatan dan nomor
atom yang dimiliki phantom A dan phantom B adalah sama.
4.1.2. Koefisien atenuasi