Sistem Perakaran Tanaman TINJAUAN PUSTAKA

17 a Kondisi pohon induk seperti umur, kesuburan dan bagian stek yang diambil. b Faktor dalam seperti rhizokalin dan zat makanan organik.

2.6 Sistem Perakaran Tanaman

Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman Gardner et al., 1991. Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tanaman dan berkembang di bawah pemukaan tanah, namun terdapat akar yang mampu tumbuh di luar tanah Hidayat, 1995. Menurut Weaver 1976 dalam Gardner et al., 1991, fungsi akar adalah : 1 penyerapan; 2 penambahan anchorage; 3 penyimpanan; 4 transpor dan 5 pembiakan propagation. Akar-akar berperan aktif dalam mengambil zat makanan nutrisi dan air, menyimpan karbohidrat hasil fotosintesa, memproduksi hormon serta menyalurkan kembali hasil-hasil tersebut ke seluruh komponen tanaman Djapilus, 1990. Pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari auksin, karbohidrat dan rooting cofactor zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan perakaran baik dari tunas maupun daun. Zat-zat ini akan menstimulir pembentukan akar. Proses pembentukan bakal akar berawal dengan pembelahan sel-sel meristem yang terletak di antara atau di luar jaringan pembuluh, kemudian memanjang membentuk kembali lebih banyak sel-sel yang berkembang menjadi bakal akar yang disebut akar morfologi atau akar primordial. Sebagian dari sel yang membelah atau membentuk ujung akar root tip yang tumbuh terus melewati korteks dan epidermis dan akan muncul di bagian stek atau cangkok menjadi akar adventif atau akar lateral Rochiman dan Harjadi, 1973. Menurut Gardner et al., 1991, pembentukan akar lateral tersebut dikendalikan secara genetik maupun dipengaruhi lingkungan. Kendali genetik merupakan akibat tiga faktor : 18 a Produksi penghambat -β pada ujung akar yang berhubungan dengan dominansi ujung b Produksi bahan penggiat pertumbuhan pada pucuk yang ditranspor ke akar misalnya auksin, tiamin, asam nikotinat dan adenin c Suatu keseimbangan atau interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan dan bahan penggiat pertumbuhan. 3

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan ruang KOFFCO Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, dan laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP, Bogor Jawa barat selama 3 bulan dari bulan Agustus hingga bulan November 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah pucuk dan batang bibit tanaman D. moluccana . berumur tiga bulan yang disemaikan dari benih pohon plus M07 di Kebun SEAMEO BIOTROP. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah ROOTONE-F dengan zat aktif sebagai berikut : a 1 – Naphthaleneacematide 0,06 b 2 – Methyl – 1 – Naphthaleneacetic Acid 0,033 c 3 – Methyl – 1 – Naphthaleneacematide 0,013 d Indole – 3 – Butiryc Acid 0,057 e Thiram Tetramethyl thiuram disulfida 4,000 Untuk mencegah pertumbuhan jamur selama masa aklimatisasi stek digunakan fungisida Dithane M-45. Media perakaran yang digunakan adalah campuran antara sekam padi dengan cocopeat dengan perbandingan 1:2.vv dan zeolite sebagai penutup alas. Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Gunting Stek, Ember Plastik, kotak propagasi, Potray 45 bibit, sendok, gelas ukur, sprayer, timbangan digital, oven, mistar ukur, dan alat tulis.

3.3 Rancangan Percobaan

Untuk mengetahui pengaruh kosentrasi zat pengatur tumbuh Rootone-F dan bahan stek, digunakan rancangan percobaan acak lengkap pola faktorial 2 x 4 dengan 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 unit ulangan. Dalam