4
2.1.2 Ekologi, botani dan silvikultur a. Ekologi
Berdasarkan floristik melanesia, marga Duabanga terdiri dari D. grandiflora, D. moluccana, dan D. sonneratioides. D. grandiflora dan D.
sonneratioides penyebarannya secara geografis terdapat di Malaysia Barat Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara. Sebaran
D. moluccana di Malaysia Timur, Sulawesi, kep. Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Khusus di Nusa Tenggara Barat di Gunung
Tambora Pulau Sumbawa
D.moluccana tumbuh secara homogen.
Duabanga moluccana tumbuh di hutan yang terbuka pada ketinggian 300-1200 mdpl, secara alami pertumbuhan yang baik adalah 400- 900 mdpl, pada kondisi
hutan musim, dengan curah hujan rata-rata 2000-3500 mmtahun, tipe iklim B-C menurut Schmidt dan Ferguson, rata rata suhu 27
o
C-32
o
C pada siang hari dan 15
o
C-24
o
C pada malam hari, kelembaban relatif pada musim kemarau 60 - 70. Jenis ini termasuk intoleran membutuhkan cahaya untuk pertumbuhannya.
Sumber benih Duabanga di wilayah BPTH Bali dan Nusa Tenggara di Wanariset Rarung Kabupaten Lombok Tengah Propinsi NTB.
b. Botani
Tinggi tanaman hingga 25- 45 m, diameter batang 70-100 cm, batang lurus dan bulat. Permukaan kulit tidak teratur, tetapi agak pecah dan bersisik, ciri pohon
tua adalah kulit luar berwarna kelabu coklat muda dan memiliki lenti sel dengan warna coklat tua, kulit bagian dalam berserat halus getah berwarna kecoklatan
pada bagian kambium sedikit berwama kemerahan. Banir batang rendah yaitu 50 cm dari permukaan tanah. Daun berbentuk bulat telur ovate, panjang 9-14 cm,
lebar 4-8 cm ujung daun runcing memanjang, dasar daun membulat. Tulang daun primer pada bagan bawah daun menonjol. Tulang daun sekunder terdiri dari 15-16
pasang dan membentuk sudut 60 terhadap tulang daun primernya dengan tulang daun tersier berbentuk jala.
5
c. Silvikultur
Buah Duabanga termasuk buah kapsul dan kemasakannya tidak seragam. Buahnya berkatup 4-8, biji banyak, warna coklat tua sampai hitam, panjang rata
rata 2,65 cm. Benih sangat halus, albumen tidak ada, berekor di kedua ujungnya, berwama coklat muda sampai tua, panjang rata-rata 0,6 cm, lebar rata-rata 0,1 cm.
2.1.3 Prospek dan manfaat
Tanaman D. moluccana, Blume. memiliki berat jenis 0,39 0,27-0,52, kelas awet IV -V dan kelas kuat III- IV, banyak digunakan untuk kayu
pertukangan, veneer kayu lapis, pembuatan papan semen dan pulp. Kayu teras D. molluccana berwarna kuning muda atau coklat kekuningan sedangkan kayu gubal
berwarna lebih muda tetapi tidak ada batas yang jelas dengan kayu terasnya. Tekstur urat kayunya kasar dengan arah serat lurus atau terpadu padat seratnya.
2.2 Pembiakan vegetatif stek
Pembiakan vegetatif adalah salah satu cara memperbanyak tumbuhan tanpa menggunakan biji. Tumbuhan diperbanyak dari bagian-bagian vegetatif
yakni akar, batang dan daun. Individu yang terbentuk memiliki sifat yang sama dengan induknya Harahap, 1972. Pembiakan vegetatif asexual propagation
melibatkan perbanyakan dari bagian-bagian vegetatif tanaman dan dimungkinkan Gambar 1. Daun, Bunga dan Buah Duabanga moluccana
6 oleh karena adanya kemampuan dari bagian-bagian vegetatif untuk beregenerasi
Hartmann dan Kester, 1968 . Menurut Harahap 1972, pembiakan vegetatif secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu : 1 Allovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif pada dua jenis
genotip yang berbeda seperti pada sambungan dan okulasi. 2 Autovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif dari genotip yang
sama seperti pada cangkok dan stek. Dengan cara stek dan cangkok diusahakan agar terbentuk akar adventif
pada pangkal stek dan bidang cangkok, sedangkan pada penyambungan atau tempelokulasi tidak diperlukan terbentuknya akar adventif namun memiliki
tanaman baru hasil dari menggabungkan sifat tanaman yang dikehendaki Moko, 2004.
Stek dapat dibedakan berdasarkan bagian tanaman yang dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek umbi dan sebagainya. Stek yang
dilakukan pada bagian atas tanaman disebut stek pucuk dan stek batang, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem perakaran baru. Sementara stek yang
dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti stek akar, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman. Stek daun bertujuan
pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman Rochiman dan Hardjadi, 1973; Hartmann dan Ketser, 1983.
7 Tabel 1. Keunggulan dan kelemahan perbanyakan dengan stek.
Keunggulan Kelemahan
• Menghasilkan pertumbuhan bibit yang homogen dengan jumlah dan
waktu yang diinginkan, serta tahan terhadap hama dan penyakit.
• Dapat digunakan
untuk menganalisa tempat tumbuh.
• Dapat digunakan
untuk menghasilkan bibit dengan mutu
genetik yang sama dengan induknya
• Dapat ditanam pada permukaan air tanah yang dangkal, karena
tanaman hasil stek tidak memiliki akar tunggang
• Penyetekan dapat dilakukan secara berulang,
konsisten serta
berkelanjutan • Sederhana dan murah
• Pembentukan akar pada stek cenderung lebih lama.
• Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin
kencang tanaman menjadi mudah roboh.
• Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan
kekeringan
Sumber : Rochimi 2008.
2.2.1 Fungsi stek
Teknik perbanyakan vegetatif tanaman mempunyai peranan penting dalam program pembangunan hutan tanaman Moko, 2004 dalam Rochimi, 2008.
Menurut Wright 1962 dalam Husnaeni 1996, pembiakan vegetatif dalam rangka pemuliaan pohon berfungsi untuk :
1 Pembiakan secara besar-besaran, misalnya dengan stek. 2 Mempermudah dan memperlancar penyerbukan terkontrol pada kebun
benih. 3 Memperlancar produksi buah pada pohon-pohon kerdil.
4 Menentukan variasi genetik suatu jenis pohon. 5 Melindungi atau memelihara plasma nutfah yang unggul untuk percobaan
persilangan. 6 Memperoleh tanaman yang mempunyai sifat genetik yang identik dengan
induknya.
8
2.2.2 Stek pucuk
Stek pucuk adalah sebuah metode yang penting dalam perbanyakan tanaman hutan. Stek pucuk merupakan sebuah teknik perbanyakan vegetatif
sederhana yang dapat diterapkan pada jenis tanaman pohon. Pada dasarnya teknik stek pucuk dikembangkan dari teknik stek batang yang telah diaplikasikan secara
luas pada tanaman hutan seperti pada famili Dipterocarpaceae, Morus alba, Peronema canescens dan Pterocarpus indicus.Subiakto, 2007.
Teknik yang tergolong sederhana namun dapat digunakan untuk produksi masal bibit secara vegetatif adalah teknik stek pucuk Kantarli, 1993; Zabala,
1993, dalam Subiakto 2007. Untuk perbanyakan secara masal jenis-jenis pohon hutan, stek pucuk merupakan teknik penting karena sederhana dan telah
diaplikasikan pada skala operasional pembangunan hutan tanaman Subiakto, 2007.
2.3 Batang tanaman
Tjitrosoepomo 2000 menyatakan bahwa batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, mengingat tempat serta kedudukan batang bagi
tubuh tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan Pada umumnya batang memiliki sifat-sifat berikut:
1 Umumnya berbentuk bulat panjang seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya
dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian setangkup. 2 Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan
pada buku-buku inilah terdapat daun. 3 Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari bersifat
fototrop atau heliotrop, 4 Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan,
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas. 5 Bercabang dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali
kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
9 6 Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek,
misalnya rumput atau batang yang masih muda. Sebagai bagian tubuh tumbuhan batang memiliki tugas untuk :
1 Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu: daun, bunga, dan buah.
2 Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi
kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan
3 Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.
4 Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan. Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut :
1 Batang basah herbaceus, yaitu batang yang lunak dan berair, misalnya pada bayam Amaranthus spinosus L., krokot Portulaca oleracea L..
2 Batang berkayu lignosus, yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon
arbores dan semak-semak frutices pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari
permukaan tanah, sedangkan semak adalah tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-cabang dekat dengan permukaan tanah
atau mungkin didalam tanah. 3 Batang rumput calmus, yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-
ruas yang nyata dan seringkali beronga misalnya pada padi Oryza sativa L. dan rumput Gramineae pada umumnya.
4 Batang mendong calamus, seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong Fimbristylis
globulosa Kunth..
10
2.4 Faktor Penentu Keberhasilan stek 2.4.1 Faktor internal