Metode Peramalan Penjualan Tahu Kita pada Outlet Pasar Bintaro

45 Fungsi Autokorelasi menunjukkan bahwa pada lag satu berada di atas garis kritis dan lag empat tepat mendekati garis kritis. Hal ini menunjukkan bahwa memang adanya trend dan adanya autokorelasi pada data tersebut, sehingga perlu dilakukan proses differencing. Plot ACF untuk outlet Pasar Bintaro Mas dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.4.2 Metode Peramalan Penjualan Tahu Kita pada Outlet Pasar Bintaro

Mas Metode Time Series yang digunakan untuk menentukan metode peramalan produk Tahu Kita pada Outlet Pasar Bintaro Mas adalah Trend Linear, Trend Quadratic, Moving Average, Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing Holt, Decomposition Additive, Decompotition Multiplicative dan ARIMA. Hasil perhitungandari metode peramalan yang dimaksud didasarkan pada besaran nilai MSE, seperti dimuat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai MSE metode peramalan time series pada Outlet Pasar Bintaro Mas No. Metode Peramalan α Β Γ MSE 1 ARIMA 2,0,2 253,53 2 Decompositon Additive 288,900 3 Decompotition Multiplicative 297,907 4 Trend Quadratic 358,510 5 Single Exponential Smoothing 0,858 360,235 6 Double Exponential Smoothing 0,942 0,022 373,507 7 Trend Linear 402,329 8 Moving Average 2 434,893 46 Berdasarkan Tabel 10, penjualan produk Tahu Kita pada outlet Pasar Bintaro Mas dengan Minitab 14 diperoleh metode peramalan terbaik adalah metode ARIMA 2,0,2, karena memiliki nilai MSE terkecil 243,53 dibandingkan dengan metode peramalan lainnya. Sedangkan untuk metode peramalan terbaik kedua adalah metode Decompotition Additive dengan nilai MSE 288,900. Hasil output komputer metode ARIMA 2,0,2 terdapat pada Lampiran 14 dan untuk metode Decompotition Additive terdapat pada Lampiran 15. Tabel 11. Ramalan penjualan Tahu Kita bulan Januari 2011 – Maret 2012 dengan Metode ARIMA 2,0,2 Periode Bulan Peramalan Penjualan pack 31 Januari 2011 49,9956 32 Februari 2011 51,2863 33 Maret 2011 47,4859 34 April 2011 40,6139 35 Mei 2011 33,1089 36 Juni 2011 27,0964 37 Juli 2011 23,8835 38 Agustus 2011 23,7730 39 September 2011 26,1808 40 Oktober 2011 29,9674 41 November 2011 33,8509 42 Desember 2011 36,7773 43 Januari 2012 38,1559 44 Februari 2012 37,9253 45 Maret 2012 36,4652 47 Dari tabel di atas ternyata hasil peramalan yang diperoleh dari jumlah penjualan setiap bulannya cukup berfluktuasi peningkatan ataupun penurunan, yaitu hasil peramalan bulan Januari 2011 meningkat pada bulan Februari 2011 51 pack dan juga merupakan peramalan penjualan tertinggi selama 15 periode tersebut. Hal lainnya terjadi penurunan penjualan hingga bulan September 2011, dimana penjualan terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2011 23 pack, tetapi penjualan meningkat kembali dan cukup stabil hingga bulan Maret 2011. Hasil penjualan di outlet Pasar Bintaro Mas Pak Sutahar termasuk biasa saja standar, hal ini mungkin dikarenakan outlet milik Pak Sutahar ini berada di Pasar Bintaro Mas yang merupakan pasar tradisional meskipun saat ini sudah lebih modern, sehingga sangat banyak pesaing produk tahu di pasar tersebut yang lebih menawarkan produk tahunya dengan harga yang sangat terjangkau dibandingkan dengan produk Tahu Kita yang harganya cukup mahal. Sebagai altenatif lain, dipilih metode Decomposition Additive sebagai metode terbaik kedua, dengan nilai MSE terkecil setelah metode ARIMA 2,0,2. Dari metode ini diperoleh persamaan Ŷt = 30,7091 + 0,0700222t, dengan arah positif, yang berarti setiap periode bulan ada kenaikan penjualan 0,0700222 unit. Misalnya saat periode 31 t=31 Ŷt = 30,7091 + 0,070022231 = 32,8798, saat periode 32 t=32 Ŷt = 30,7091 + 0,070022232 = 32,9498. Hasil peramaln penjualan Tahu Kita periode 31 dan 32 mengalami peningkatan 0,07, sesuai dengan persamaan di atas.

4.5 Metode Peramalan Time Series pada Outlet Market City