5. Berdasarkan simulasi ramalan 2007-2010 diperoleh kebijakan pembangunan berkelanjutan yakni pola pertumbuhan ekonomi yang bias pada sektor jasa,
diikuti dengan kebijakan perbaikan distribusi pendapatan, penurunan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan kepedulian lingkungan.
.
11.2 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan seluruh simpulan di atas peneliti merekomendasikan kebijakan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi lebih baik bias pada sektor jasa agar tidak menimbulkan limbah dan emisi sebanyak industri pengolahan. Hal ini perlu
didukung penuh oleh kebijakan perencanaan pembangunan daerah dan kebijakan perbankan dalam mengalokasikan kreditnya. Pemerintah dapat
memberikan insentif keringanan pajak dan perbankan memberikan insentif suku bunga rendah bagi aktivitas ekonomi yang lebih sedikit menghasilkan
limbah. 2. Perbaikan distribusi pendapatan dan kemiskinan melalui inovasi kelembagaan,
seperti menumbuhkembangkan UMK dan micro-financing, mengembangkan kearifan lokal dan modal sosial yang mengarah pada seluas-luasnya akses
masyarakat golongan bawah terhadap kegiatan ekonomi produktif. 3. Kebijakan mengendalikan pencemaran air sebaiknya memadukan antara tipe
CAC dan insentif pasar. Dalam jangka pendek sebaiknya pemerintah mulai merealisasikan terbangunnya collective treatment di kawasan industri dan
mulai memikirkan penetapan user charge yang bersifat progresif sesuai jumlah limbah masing-masing pabrik. Dalam jangka menengah sebaiknya
pemerintah mulai memikirkan terselenggaranya mekanisme transferable discharge permits
yang berlaku untuk perusahaan di dalam maupun diluar kawasan industri.
4. Kebijakan pengendalian pencemaran udara sebaiknya bersifat spesifik sesuai
dengan karakteristik daerah yang bersangkutan. Untuk kasus daerah yang padat lalu lintasnya
sebaiknya kebijakan difokuskan pada obyek kendaraan melalui instrumen tax differentation berdasarkan umur kendaraan dan
besarnya CC disertai dengan perbaikan fasilitas transportasi publik. Untuk wilayah yang memiliki pabrik-pabrik introduksi kebijakan transferable
discharge permits. 5. Upaya rehabilitasi lahan kritis sebaiknya menjadi agenda prioritas dengan
sasaran memperbaiki kondisi lahan, meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penanaman tanaman yang
cocok dengan karakteristik lahan dan memiliki nilai ekonomi tinggi. 6. Implementasi rehabilitasi lahan kritis sebaiknya diikuti oleh pembangunan
ekonomi perdesaan yang mengarah pada diversifikasi dan nilai tambah produk pertanian sehingga tercipta lapangan kerja diluar sektor pertanian di
perdesaan. 7. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk lebih baik fokus pada migrasi
masuk melalui pungutan ijin tempat tinggal dan perencanaan pembangunan wilayah dengan pembatasan jumlah penduduk.
8. Membangun pemahaman dan kepedulian lingkungan berbagai pihak terkait sebaiknya berdasarkan posisi dan persepsi masing-masing pihak terhadap
masalah lingkungan.