Lahan yang kritis akan berdampak pada menurunnya produktivitas lahan sehingga perolehan output akan rendah. Demikian halnya badan air yang
mengandung banyak TDS yang mengairi persawahan atau tambak dan jaring apung akan mengakibatkan hasil panen lebih rendah.
Dari seluruh variabel bebas yang masuk dalam model nampak bahwa variabel lahan merupakan variabel yang paling responsif terhadap output sektor
pertanian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jika input lahan naik 1 persen maka akan menaikan output sektor pertanian dalam jangka pendek
sebesar 0.22 persen dan 1.73 persen dalam jangka panjang. Hal ini memiliki implikasi jika ke depannya luas lahan untuk pertanian semakin berkurang maka
output agregat pertanian akan turun dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan jika input lainnya yang turun.
5.1.2 Persamaan Output Sektor Industri Pengolahan
Hasil pendugaan parameter dan tingkat signifikansi pada persamaan output sektor industri pengolahan disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Output Sektor Industri Pengolahan Variable Parameter
Standard Error Prob
|T| Elastisitas
SR LR INTERCEP
745359 3312646
0.8239 TKI 0.965485
1.727605 0.5814
0.04352 0.76668
KI 0.143132 0.067228
0.0437 0.06779
1.19434 LKp -112465913
129936968 0.3953 -0.03793
-0.66831 CO -8.689029
5.620236 0.1352 -0.16763
-2.95345 CO2p 21613418
7695030 0.0097
LINDS 0.943241
0.058718 0.0001
ProbF 0.0001
Adj R
2
= 0.9955 DW = 1.653
Untuk persamaan output sektor industri pengolahan hanya tenaga kerja di sektor ini dan LKp yang tidak signifikan, sedangkan investasi dan CO signifikan
pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. CO adalah sisa pembakaran yang tidak sempurna dari BBM. Gas ini berbahaya jika sering terhirup yang akan
mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja. Jumlah CO relatif banyak di daerah padat penduduk sehingga dimungkinkan mengganggu produktivitas tenaga
kerja di sektor industri yang akhirnya berdampak pada penurunan output. Variabel CO ini responsif terhadap perubahan output sektor industri
pengolahan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, bahwa setiap kenaikan CO sebesar 1 persen dalam jangka pendek akan menurunkan output
sektor industri pengolahan sebesar 0.17 persen dan 2.95 persen dalam jangka panjang.
Variabel CO2 sangat signifikan dengan tanda positif, bahwa jika CO2 naik output sektor industri pengolahan meningkat pula. Temuan ini mendukung studi
empiris yang dilakukan oleh Iwami 2001, Morancho 2001, Hung 2002 dan Lieb 2004 bahwa ada kecenderungan ketika pendapatan naik CO2 naik pula.
Kenyataan ini dimungkinkan terjadi karena sifat CO2 bisa menghilang dissipate dengan cara yang lebih cepat sehingga dampak negatif terhadap produksi akhirnya
pertumbuhan ekonomi tidak cukup serius. Selain itu masalah CO2 lebih sulit diatasi karena menyangkut biaya yang sangat besar sehingga berdampak pada
rendahnya upaya internalisasi eksternalitas. Dengan demikian alokasi anggaran tetap pada upaya peningkatan output.
Meskipun demikian temuan ini harus disikapi hati-hati bahwa dengan membiarkan jumlah CO2 semakin banyak beberapa tahun ke depan pada