dengan hipotesis penelitian ini, dan mungkin disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya siswa lebih tertarik pembelajaran matematika dengan metafora, siswa
lebih mudah memahami pembelajaran matematika dengan metafora dan siswa lebih mudah menerapkan pembelajaran matematika pada kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa lebih sungguh-sungguh dalam belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan menggunakan metafora menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran matematika tanpa
menggunakan metafora pada materi pokok logika matematika.
2. Hipotesis kedua
Hipotesis kedua adalah siswa yang motivasi belajarnya tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya sedang
atau rendah, dan siswa yang motivasi belajarnya sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah pada
materi pokok logika matematika. Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F
B
= 4,8361 3,00 = F
a
, sehingga F
B
anggota daerah kritik. Karena F
B
Î
DK maka H
OB
ditolak. Hal ini berarti perlu uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 seperti yang
tampak pada Tabel 13 diperoleh F
.1-.2
= 14,3596 6,00 = 2F
tabel
, sehingga Ho ditolak. Artinya siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda.
Perbedaan rataan marginalnya dimana siswa dengan motivasi belajar tinggi rataan prestasi belajarnya 67,08 lebih tinggi daripada siswa dengan
motivasi belajar sedang rataan prestasi belajarnya 63,73 secara signifikan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi
pokok logika matematika. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa dengan motivasi belajar tinggi memang tingkat kecerdasannya lebih tinggi atau juga
karena seringnya berlatih soal dalam belajar sehingga otaknya lebih terasah meskipun tingkat kecerdasannya lebih rendah. Sedangkan siswa dengan motivasi
belajar sedang mungkin karena tingkat kecerdasannya lebih rendah atau juga otaknya tidak sering dilatih sehingga lebih lambat berpikir meskipun tingkat
kecerdasannya lebih tinggi. Dengan demikian menyebabkan prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan
motivasi belajar sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi belajar tinggi memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa dengan motivasi belajar sedang pada materi pokok logika matematika. Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 seperti yang
tampak pada Tabel 13 diperoleh F
.1-.3
= 32,1377 6,00 = 2F
tabel
,sehingga Ho ditolak. Artinya siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda.
Perbedaan rataan marginalnya dimana siswa dengan motivasi belajar tinggi rataan prestasi belajarnya 67,08 lebih tinggi daripada siswa dengan
motivasi belajar rendah rataan prestasi belajarnya 60,35 secara signifikan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi
pokok logika matematika. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa dengan motivasi belajar tinggi memang tingkat kecerdasannya lebih tinggi atau juga
karena seringnya berlatih soal dalam belajar sehingga otaknya lebih terasah meskipun tingkat kecerdasannya lebih rendah. Sedangkan siswa dengan motivasi
belajar rendah mungkin karena tingkat kecerdasannya lebih rendah atau juga otaknya tidak sering dilatih sehingga lebih lambat berpikir meskipun tingkat
kecerdasannya lebih tinggi. Dengan demikian menyebabkan prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan
motivasi belajar rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi belajar tinggi memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa dengan motivasi belajar rendah pada materi pokok logika matematika. Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 seperti yang
tampak pada Tabel 13 diperoleh F
.2-.3
= 9,3024 6,00 = 2F
tabel
, sehingga Ho ditolak. Artinya siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda.
Perbedaan rataan marginalnya dimana siswa dengan motivasi belajar sedang rataan prestasi belajarnya 63,73 lebih tinggi daripada siswa dengan
motivasi belajar rendah rataan prestasi belajarnya 60,35 secara signifikan
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok logika matematika. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa dengan
motivasi belajar sedang memang tingkat kecerdasannya lebih tinggi atau juga karena seringnya berlatih soal dalam belajar sehingga otaknya lebih terasah
meskipun tingkat kecerdasannya lebih rendah. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar rendah mungkin karena tingkat kecerdasannya lebih rendah atau juga
otaknya tidak sering dilatih sehingga lebih lambat berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih tinggi. Dengan demikian menyebabkan prestasi belajar siswa
dengan motivasi belajar sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi
belajar sedang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar rendah pada materi pokok logika matematika.
3. Hipotesis Ketiga