dengan ketentuan hukum, dan mengajak masyarakat untuk turut mencegah
berkembangnya ajaran
sesat yang
mengembangkan radikalisme dan yang membenarkan penggunaan kekerasan dalam
mencapai tujuannya, serta agar masyarakat memberikan informasi dini atas gejala terorisme yang terlihat disekitarnya.
3. Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan terorisme, Komisi I
DPR RI memandang perlu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme diperbaiki dengan antara lain
meningkatkan aspek Prevention dan kapasitas, termasuk kemungkinan pembentukan suatu badan yang berwenang secara operasional melakukan
tugas pemberantasanpenanggulangan terorisme. Dalam hubungan ini, Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah untuk menerbitkan regulasi
sebagai elaborasi ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk mengatur ketentuan lebih rinci tentang Rule of Engagement aturan pelibatan TNI,
terkait tugas Operasi Militer Selain Perang TNI, termasuk aturan pelibatan TNI dalam mengatasi terorisme dan tugas perbantuan TNI
terhadap POLRI. 4.
Komisi I DPR RI minta Pemerintah agar dalam upaya pemberantasan terorisme termasuk upaya penggalangan dan deradikalisasi agar fokus
diarahkan kepada pengejaran pelaku, aktor intelektual, dan jaringannya, serta mengajak masyarakat untuk tidak terprovokasi dan terjebak dalam
pandangan dan stigmasasi bahwa terorisme terkait dengan satu agama yang dapat memperbesar sikap saling mencurigai ditengah masyarakat,
dan melemahkan gerakan pemberantasn terorisme. 5.
Dengan semakin meningkatnya ancaman terorisme khususnya indikasi perilaku tindakan bom bunuh diri, Komisi I DPR RI minta aparat
keamanan untuk melakukan kajian secara lengkap dan menyeluruh mengenai latar belakang dan motivasi tindakan terorisme bunuh diri, serta
kajian terhadap berbagai payung hukum yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan deteksi dini terhadap potensi ancaman
terorisme termasuk tahapan perekrutan, serta pengambilan langkah- langkah kebijakan efektif dalam rangka penanggulangan terorisme.
6. Komisi I DPR RI minta Pemerintah untuk meningkatkan pengawasan dan
tindakan hukum terhadap aliran dana dari dalam dan luar negeri yang diduga digunakan untuk tujuan mendukung dan membiayai terorisme.
Berdasarkan hasil rapat tersebut rekomendasi Komisi I DPR tersebut dan maraknya aksi atau tindah pidana terorisme, maka dari itu Presiden Republik
Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme
4
tepat pada tanggal 16 juli 2010, dan mengangkat Irjen Pol Purn Drs. Ansyaad Mbai, M.M. sebagai Kepala BNPT
5
.
B. Dasar Hukum Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Pada tahun 2010 akhirnya BNPT berdiri berdasarkan No.46 Tahun 2010 tentang pembentukan BNPT. Perpres No.46 Tahun 2010 ini yang menjadi asal
usul BNPT Pada perkembangannya Perpres ini diubah dengan Perpres No.12 tahun
2012. Pembentukan BNPT merupakan Kebijakan Nasional Penanggulangan Terorisme. Badan ini merupakan pengembangan dari Desk Koordinasi
Pemberantasan Terorisme DKPT yang dibuat pada tahun 2002. Peraturan Presiden No.46 Tahun 2010 tentang pembentukan BNPT ini
pada dasarnya adalah dasar hukum terbentuknya BNPT. Pada tahun 2012 Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2012 Tentang
perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang BNPT.
C. Profil Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
a. Wewenang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
BNPT dibentuk merupakan sebuah regulasi sebagai elaborasi Ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
4
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Penanggulangan Terorisme
5
www.bnpt.go.idprofil.php, diakses tanggal 6 juni 2016
Indonesia dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, untuk mengatur ketentuang lebih rinci tentang Rule of Engagement
aturan pelibatan TNI, terkait tugas Operasi Militer Selain Perang TNI, Termasuk TNI dalam mengatasi terorisme dan tugas perbantuan TNI terhadap
POLRI. Dalam hal ini, BNPT dapat membentuk Satgas-satgas yang terdiri dari unsur-unsur terkait, juga dapat melibatkan masyarakat. Penugasan TNI dan Polri
dalam Satgas BNPT bersifat disiapkan atau di Bawah Kendali Operasi BKO
6
BNPT memiliki wewenang untuk menyusun dan membuat kebijakan serta strategi, dan menjadi koordinator dalam bidang pencegahan terorisme.
BNPT juga telah membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme FKPT di daerah. Pembentukan FKPT merupakan salah satu upaya BNPT mencegah
Terorisme di seluruh wilayah Indonesia. Pembentukan FKPT bertujuan untuk menghimpun dukungan masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya
pencegahan terorisme dengan berbasiskan penerapan nilai kearifan lokal masing- masing daerah.
7
b. Tugas, Fungsi dan Tujuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Sebagai sebuah badan, BNPT memiliki tugas pokok yang harus dijalankan dalam melaksanakan tugas negara. Berdasarkan pasal 72 ayat 1
6
http:ramalanintelijen.netmengenal-badan-nasional-penanggulangan-terorisme-bnpt- erorisme. Diakses 8 juni 2016
7
BNPT, Modul Perkembangan Terorisme dan Pencegahan Terorisme di Daerah, BNPT: Sentul 2013
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 tentang BNPT, BNPT memiliki tugas Pokok sebagai berikut:
1. Menyusun kebijakan, strategi dan program nasional di bidang
penanggulangan terorisme. 2.
Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme
3. Membentuk satuan tugas-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi
pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing- masing.
Selain tugas pokok yang harus dijalankan dalam melaksanakan tugas negara, BNPT juga memiliki fungsi sebagai berikut:
8
1. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program nasional bidang penanggulangan
terorisme. 2.
Monitoring, analisa, dan evaluasi dibidang penanggulangan terorisme. 3.
Koordinasi dalam pencegahan dan pelaksanaan kegiatan melawan propaganda ideologi radikal.
4. Pelaksanaan deradikalisasi.
5. Perlindungan terhadap obyek-obyek yang potensial menjadi terget serangan
terorisme. 6.
Pelaksanaan penindakan, pembinaan kemampuan, dan kesiapsiagaan nasional. 7.
Pelaksanaan kerjasama internasional dibidang penanggulangan terorisme. 8.
Perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya serta kerjasama antarinstansi
9. Pengoperasian Satuan Tugas-Satuan Tugas pencegahan, perlindungan,
deradikalisasi, penindakan, dan penyiapan kesiapsiagaan nasional di bidang penganggulangan terorisme.
Perlindungan dari negara adalah hak warga negara. Negara wajib memberikan hak itu, karena itu Tujuan dibentuknya BNPT adalah pemberantasan
tindak pidana terorisme yang meliputi aspek pencegahan, penangkalan, penanggulangan, penghentian penyelesaian dan segalan tindak hukum yang
diperlukan.
8
Pasal 3, Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010