Kewenangan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam
BNPT memiliki wewenang untuk menyusun dan membuat kebijakan serta strategi, dan menjadi koordinator dalam bidang pencegahan terorisme.
4
Dilihat dari sisi bahasa, kat a “terorisme” berasal dari kata “to terror”
dalam bahas inggris, dalam bahasa latin kata teroria pelaku dan terorisme aksi ini disebut Terrerre,
yang berarti “gemetar” atau “menggetarkan”. Secara sistematik leksikal terror berarti kekacauan, tindak kesewenang-
wenangan untuk menimbulkan kekacauan dalam masyarakat, tindak kejam dan mengancam.
5
Sehubungan dengan populernya kasus meninggalnya terduga terorisme Siyono yang meninggal dalam proses penangkapan oleh Densus 88
yang terjadi pada 8 Maret 2016 hingga 11 maret 2016, maka Untuk mengetahui apa arti terorisme yang sebenernya, penting untuk mengetahui apa
yang menjadi karakteristik dari terorisme itu sendiri. Menurut mantan kepala BNPT Saud Usman Nasution ciri-ciri terorisme yaitu:
a. Pelaku terorisme memiliki kehidupan cenderung eksklusif.
b. Hanya bergaul dengan kalangannya.
b.
Cenderung mengkafirkan orang lain.
6
Menurut Paul Wilkinson, Terorisme politis memilik karakteristik sebagai berikut:
4
Agus SB, Darurat Teorisme: Kebijakan Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi. Jakarta: Daulat Press, 2014, h. 74
5
Abdurrahman Pribadi Abu Hayyan, Membongkar Jaringan Teroris, Jakarta:Abdika Press. 2009, H. 9
6
www.tribunnews.comnasional20151216ciri-ciri-teroris-versi-bnpt-gemar-mengkafirkan- orang-lain-dan-hidupnya-eksklusif, diakses: tgl 22 juni 2016
a. Merupakan intimidasi yang memaksa.
b. Memakai pembunuhan dan penghancuran secara sistematis sebagai
sarana untuk suatu tujuan tertentu. c.
Korban bukan tujuan, melainkan sarana untuk menciptakan perang urat syaraf, yakni bunuh satu orang menakuti seribu orang.
c.
Target teror dipilih.
d.
Bekerja secara rahasia.
e.
Tujuannya publisitas.
f.
Pesan cukup jelas, meski pelaku tidak selalu menyatakan diri secara personal.
g.
Para pelaku kebanyakan dimotivasi oleh idealisme yang cukup keras, misalnya berjuang demi agama dan kemanusiaan
7
. Terduga terorisme Siyono yang ditangkap pada 8 maret 2016 setelah
menjadi imam jamaah sholat maghrib di Masjid Muniroh, Desa Brengkungan Pogung, Klaten ini meninggal setelah tiga orang berpakaian sipil tanpa surat
penangkapan membawanya pergi menggunakan mobil. Saat itu menurut keluarga, kondisi Siyono dalam keadaan sehat dan segar.
Densus 88 dituduh melanggar Hak Asasi Manusia dan menyalahi prosedur penangkapan, sehingga menyebabkan terduga teroris asal klaten itu
tewas. Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menegaskan bahwa Siyono yang memiliki nama samara Afif itu merupakan bagian dari kelompok terror
Jamaah Islamiyah JI. Beliau menuturkan bahwa “…Dia kelompok JI sudah lama. Dia itu simpan senjata api…”
8
7
Wilkinson, Paul, Terorism an The Liberal State London:the Macmillan Press Ltd., London, 1977, h.49
8
Badrodin Haiti, Kepala Polisi RI, Wawancara Kompas.com, Jakarta, 30 Maret 2016, berita diakses pada 20 november 2016 dari http:nasional.kompas.comread2016033019332751Ini.
Alasan.Densus.88.Tangkap.Siyono
Komisioner Komnas HAM Siane Indriyani mengatakan komisinya telah mencatat sejumlah kejanggalan pada kasus kematian Siyono yang
ditangkap pada 8 april 2016 lalu. Dia menegaskan bahwa penyebab kematian Siyono adalah pukulan benda tumpul dibagian dada.
“Terdapat patah tulang iga sebanyak 5 buah kearah dalam dan patah tulang dada kea rah jantung. Hal inilah yang menyebabkan kematian. Hasil
otopsi juga menunjukan tidak adanya bukti-bukti perlawanan oleh almarhum”
9
Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan
menjelaskan bahwa Kematian Siyono ini disebabkan oleh Siyono yang melawan ditengan perjalanan kepada dua anggota Densus 88 yang
menjemputnya. Kepalanya terbentur yang membuatnya pingsan lalu meninggal di tengah perjalanan.
“Saat penangkapan awalnya Siyono cukup kooperatif dan menuruti perintah dari anggota. Dalam keadaan diborgol dan ditutup matanya, Siyono
dibawa oleh dua orang anggota Densus 88 untuk mencari lokasi senjata. Namun, ditengah perjalanan Siyono meminta dibuka penutup mata dan
borgolnya. Setelah itu terjadi perkelahian di dalam mobil. Kata Anton, untungnya anggota memiliki ilmu bela diri, dan Siyono kepalanya terbentur
9
Siane Indriani, Komisioner Komnas HAM, Wawancara Kabar24.com, Jakarta 14 maret 2016, berita diakses pada 20 november dari http:kabar24.bisnis.comread2016041416537798ini-
kronologi-penangkapan-terduga-teroris-siyono-di-klaten
lalu pingsan. Siyono yang sempat pingsan sempat dibawa kerumah sakit, namun meninggal dunia di tengah perjalanan.”
10
Banyak pihak yang meragukan kronologis tersebut. Densus 88 dituduh melanggar Hak Asasi Manusia dan menyalahi prosedur penangkapan,
sehingga menyebabkan terduga teroris asal klaten itu tewas. Karena, selama ini penanganan terorisme selalu dilakukan oleh banyak petugas. Dalam SOP
Densus 88, pengawalan dilakukan minimal oleh dua orang. Hak Kewenangan BNPT dalam penindakan Siyono sebagai terduga
terorisme bisa kita lihat melalui tugas pokok BNPT. Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Perpres Nomor 46 tahun 2010 BNPT memiliki tugas Pokok Sebagai
berikut:
11
1. Menyusun kebijakan, strategi dan program nasional di bidang
penanggulangan terorrisme. 2.
Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme.
3. Membentuk satuan tugas-satuan tugas yang terdiri dari unsur-
unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.
Dari hasil wawancara pribadi penulis dengan Letnan Kolonel Sujatmiko Sebagai Kasubdit Kewaspadaan dan kontrapropaganda dari Bidang
Pencegahan, perlindungan dan deradikalisasi. Beliau ingin menjelaskan
10
Anton Charliyan, Kadiv Humas Mabes Polri, Wawancara FaktaPers.com. Klaten, 4 April 2016, berita diakses pada 20 November 2016 dari http:www.faktapers.comkronologi-kematian-
terduga-teroris-siyono-yang-masih-menjadi-misteri.html
11
Pasal 2 ayat 1 prepres nomor 46 tahun 2010
bahwa telah banyak terdapat kurang paham di masyarakat yang mengira bahwa BNPT itu sama dengan Densus 88.
“Dapat saya sampaikan disini bahwa, BNPT itu bukanlah densus. Densus 88 tidak ada kaitannya dengan BNPT. Secara struktur keorganisasian
tidak ada hubungannya sama sekali.”
12
Letnan Kolonel Sujatmiko juga menegaskan bahwa yang menjadi wewenang BNPT dalam penindakan Terorisme yaitu penindakan yang
sifatnya hanya menkoordinasikan kepada instansi terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenanganya masing-masing.
“Penindakan yang kita laksanakan disini yaitu penindakan yang sifatnya mengkordinasikan sebetulnya, tidak melatih. Kita bertanggung jawab
mengkoordinasikan untuk membentuk suatu kondisi kesiapsiagaan yang tinggi. Mengkondisikan, contoh hei polri, sudah siap belum nih? Untuk
pasukannya bagaimana? begitu juga pada TNI. Dan kemudian ada hal-hal yang khusus kita juga menyiapkan sarana latihan. Pada saat latihan juga
mereka tetap menggunakan Standar Opreasional Prosedur masing-masing satuan. Karena satuan itu yang melaksanakan fungsi pembinaan. Contoh SOP
menembak atau SOP pertempuran jarak dekat, setiap satuan mempunyai SOP yang mungkin antara TNI dan Polri berbeda. Melaksanakan latihan disini
BNPT membawa SOP nya masing2. Artinya BNPT tidak melatih tetapi
12
Sujatmiko, Kasubdit Kewaspadaan dan KontraPropaganda Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Wawancara Pribadi, Sentul, 23 Agustus 2016
hanya mengkordinasikan Contoh : ayo siap, ayolatihan, ini ada perkembangan seperti ini ayo kita selesaikan, perintah presiden ini
selesaikan.. ”
13
Selain itu adapun permasalahan tentang penetapan Siyono sebagai Terduga Terorisme. Letnan Kolonel Sujatmiko menegaskan bahwa untuk
penetapan status Siyono sebagai terduga terorisme, itu bukanlah wewenang dari BNPT. Menurutnya, penetapan sebagai terduga terduga terorisme ini
sudah melalui proses hukum. “Penetapan terduga terorisme ini kan sudah proses hukum, proses
hukum kan sudah ada lembaga hukumnya dalam hal ini kepolisian.”
14
Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan salah satu staff bidang penindakan, Bapak Trigus. Ketika penulis bertanya kepada beliau dengan
menanyakan proses penetapan Siyono sebagai terduga terorisme itu seperti apa, beliau membantah bahwa wewenang BNPT. Dia menyatakan dengan
tegas bahwa BNPT dalam hal ini hanya sebagai badan kordinasi. “Itu bukan BNPT, disini hanya badan kordinasi. Yang menetapkan
sebagai terduga yaitu Densus 88, kan mereka yang tau dilapangan seperti apa. Jadi sebelum ditangkap dilakukan pengintaian terhadap terduga teroris
tersebut oleh Densus 88. Jadi yang member tugas penangkapan itu dari
13
Sujatmiko, Kasubdit Kewaspadaan dan KontraPropaganda Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Wawancara Pribadi, Sentul, 23 Agustus 2016
14
Sujatmiko, Kasubdit Kewaspadaan dan KontraPropaganda Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Wawancara Pribadi, Sentul, 23 Agustus 2016
Densus 88 sendiri. Mereka sendiri yang menentukan ini layak atau tidak untuk ditangkap, lalu setiap perkembangannya dibe
ritahu ke BNPT.”
15
Begitu juga masalah penangkapan Siyono. BNPT melalui Letnan Kolonel Sujatmiko membantah bahwa yang mempunyai keputusan ataupun
yang mempunyai Standar Operasional Prosedur tersebut bukanlah BNPT, melainkan pihak Densus 88 sendiri.
“Jadi yang memiliki Standar Operasional Prosedur penangkapan tersebut adalah Densus 88. Penidakan secara real di lapangan, menangkap
teroris a, b ataupun c itu ya sesuai tugasnya masing-masing. Tapi tetap, BNPT yang melaksanakan koordinasi.”
Sebagai staff penindakan BNPT Bapak Trigus juga menjelaskan bahwa yang mempunya SOP penangkapan tersebut ialah pihak Densus 88
karena pihak densuslah yang menangkap mereka. Pihak BNPT hanya menerima laporan selama pengintaian, penangkapan dan segala tindakan
hukum yang dilakukan pihak Densus sebagai bentuk koordinasi. “Yang punya SOP penangkapan, penindakan terorisme ini adalah
Densus 88 karna BNPT hanya badan koordinasi, jadi Densus yang menindak mereka. Setelah penindakan Densus harus melaporkan ke BNPT bahwa telah
15
Trigus, Staff Bidang Penindakan, Wawancara Pribadi, Sentul, 23 Agustus 2016
melakukan penangkapan teroris atas nama siapa, lokasi dimana, waktu dan jam, Seperti itu.”
16
Setiap tindakan hukum Densus 88 terhadap penindakan terorisme haruslah berkordinasi dengan pihak BNPT. Mulai dari sebelum ingin
melakukan pengintaian, setelah melakukan pengintaian, ingin melakukan penangkapan, ataupun setelah terjadi penangkapan sesuai dengan wewenang
BNPT yaitu koordinator dalam bidang pencegahan terorisme. Berdasarkan pemantauan dan investigasi yang dilakukan KontraS,
ternyata bukan hanya kasus siyono saja yang telah terjadi pelanggaran HAM. Alih-alih tindak pidana terorisme menurun, pelanggaran ham justru menjadi-
jadi, misalkan pada kurun 2011 hingga 2013, KontraS mencatat :
17
Kasus Dugaan Pelanggaran Ham
1 Densus menembak seorang warga sipil yang bernama Nur Iman di Sukoharjo
Jawa Tengah, dimana pada saat itu Densus 88 hendak ,mengejar tersangka
teroris yang bernama Sigit Qordhowi dan Hendro Yunianto.
Menembak seorang warga sipil yang tidak bersalah sehingga
hilangnya hak untuk hidup seseorang.
2 Densus salah menangkap sasaran, seorang warga sipil bernama Wahono
menjadi korban salah tangkap, hingga mengakibatkan batal perkawinanya di
Lampung. Salah menangkap sasaran yang
menyebabkan hilang nya hak kebebasan pribadi seseorang.
16
Trigus, Staff Bidang Penindakan, Wawancara Pribadi, Sentul, 23 Agustus 2016
17
Artikel Data Investigasi KontraS: Potret Buram Densus 88 Anti-Teror Dalam Bingkai Hak Asasi Manusia. Jakarta, 2016
3 Densus menembak dua orang yang identitasnya tidak diketahui hingga
tewas, di Cawang Jakarta Timur. Menghilangkan nyawa dua
orang tanpa tahu identitas yang bersangkutan
4 Densus menangkap
dua orang
masyarakat sipil yang tidak bersalah di Tulung Agung, Jawa Timur, masing-
masing adalah Mugi Hartanto, seorang guru sekolah dasar, dan Sapari, seorang
karyawan swasta, keduanya sempat ditahan selama tujuh hari berturut-turut,
sebelum akhirnya dibebaskan karena tidak cukup bukti.
Menangkap dua
orang masyarakat sipil tanpa cukup
bukti yang
mengakibatkan hilangnya
hak kebebasan
pribadi, pikiran
dan hati
nurani, hak beragama.
5 Densus melakukan penyiksaan dan perbuatan tidak manusiawi terhadap
orang yang dianggap teroris, di Poso Sulawesi Tengah. Aksi ini kemudia
ramai di perbincangkan, setelah muncul dalam video youtube yang berdurasi
sekitar 13 menit. Penyiksaan
terhadap orang
yang di anggap teroris yang menghilangkan hak untuk tidak
disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak.
Dalam kasus meninggalnya terduga terorisme Siyono ini, Densus 88 sudah melanggar Hak Asasi Manusia sesuai dengan Undang-undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan menyalahi prosedur penangkapan. Sebagai contoh Hak Asasi Manusia yang dilanggar oleh Densus
88 dalam meninggalnya Siyono yaitu pada pasal 4 UU Hak asasi Manusia menjelaskan bahwa Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan
pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.
Menurut penulis ini disebabkan antara lain karena luasnya kewenangan Densus 88 khususnya dalam menanggulangi kejahatan terorisme.
Kewenangan itu meliputi operasi pengintaian intelijen, investigasi penyelidikan,
penindakan pasukan
pemukul, sampai
penyidikan penegakan hukum.
18
Menurut KontraS, masalah dari penegakan hukum untuk sektor anti terorisme biasanya adalah aparat yang sudah dibekali kemampuan untuk
melumpuhkan kelompok-kelompok teroris itu langsung menggunakan tindakan melumpuhkan dan tidak ada semacam evaluasi sejauh mana
kemudian tindakan-tindakan yang melumpuhkan itu tidak berimplikasi pada tercabutnya hak-hak dari orang yg baru diduga bersalah atau diduga terlibat
pada kejahatan terorisme
19
. Seharusnya bnpt bisa melakukan fungsinya secara lebih baik bahwa
sebenarnya bnpt memiliki fungsi koordinasi terhadap penindakan terorisme dengan memastikan bahwa setiap penindakan yang dilakukan Densus 88
sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang lain, termasuk Hak Asasi Manusia.
18
Galih Priatmodjo, Densus 88 The Undercover Squad: Mengungkap Kesatuan Elite
“Pasukan Hantu” Anti Teror. Narasi, Jakarta: 2010, h. 47
19
Puri Kencana Putri, Wakil Koordinator Bidang Strategi dan Mobilisasi KontraS, Wawancara Pribadi, Jakarta, 28 September 2016