Sistematika Penulisan. Peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Dalam Penindakan dan Pencegahan Tindak Pidana Terorisme

20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORIS

A. Sejarah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

Bom Bali yang terjadi pada tahun 2002 inilah yang menjadi awal mula gagasan untuk dibentuknya sebuah badan yang khusus untuk menangani terorisme, pada saat itu pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2002 dalam rangka menanggulangi kasus terorisme di bali. Instruksi Presiden tersebut yaitu bahwa Presiden memberi mandat kepada Mentri Kordinator Bidang Politik dan Keamanan yang saat itu dijabat oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang diberikan tugas untuk merumuskan kebijakan dan strategi nasional pemberantasan terorisme dan mengkoordinasikan semua langkah-langkah operasional pemberantasan terorisme. 1 Mandat yang diberikan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan itu ditindak lanjuti dengan dibentuknya Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme DKPT yang berdasarkan keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Nomor: Kep- 26MenkoPolkam112002. 1 Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, Ham, dan Hukum, Bandung : PT. Refika Aditama, 2004,, h. 22 Tujuan dalam dibentuknya DKPT ini adalah untuk membantu Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam merumuskan kebijakan bagi pemberantasan tindak pidana terorisme yang meliputi aspek pencegahan, penangkalan, penanggulangan, penghentian penyelesaian dan segalan tindak hukum yang diperlukan. 2 Ketua DKPT yang ditunjuk oleh Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamaan saat itu adalah Irjen Pol. Drs. Ansyaad Mbai, M.M. Pada tanggal 31 Agustus 2009 diadakan Rapat Kerja antara Komisi I DPR dengan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan yang membahas mengenai pemberantasan terorisme. Kesimpulan dari rapat tersebut yaitu 3 : 1. Komisi I DPR RI mendukung upaya Pemerintah dalam menanggulangi dan memberantas terorisme berdasarkan grand desain penanggulangan terorisme, dan Komisi I DPR RI menegaskan bahwa terorisme adalah kejahatan kemanusiaan luar biasa yang harus dijadikan musuh bersama, oleh karena itu dibutuhkan komitmen seluruh elemen dan potensi bangsa dalam menghadapi dan memberantas terorisme. 2. Dalam upaya meningkatkan kapasitas dan keterpaduan penanggulangan terorisme, Komisi I DPR RI minta Pemerintah agar meningkatkan peran masyarakat secara optimal dalam gerakan pemberantasan terorisme sesuai 2 Kep-26MenkoPolkam112002, Tentang Pembentukan Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme 3 Kesimpulan Rapat Kerja DPR, Laporan Singkat Rapat Kerja Komisi I DPR RI Dengan Menkopolhukam Mengenai Pemberantasan Terorisme, DPR RI, 2009 dengan ketentuan hukum, dan mengajak masyarakat untuk turut mencegah berkembangnya ajaran sesat yang mengembangkan radikalisme dan yang membenarkan penggunaan kekerasan dalam mencapai tujuannya, serta agar masyarakat memberikan informasi dini atas gejala terorisme yang terlihat disekitarnya. 3. Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan terorisme, Komisi I DPR RI memandang perlu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme diperbaiki dengan antara lain meningkatkan aspek Prevention dan kapasitas, termasuk kemungkinan pembentukan suatu badan yang berwenang secara operasional melakukan tugas pemberantasanpenanggulangan terorisme. Dalam hubungan ini, Komisi I DPR RI mendesak Pemerintah untuk menerbitkan regulasi sebagai elaborasi ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk mengatur ketentuan lebih rinci tentang Rule of Engagement aturan pelibatan TNI, terkait tugas Operasi Militer Selain Perang TNI, termasuk aturan pelibatan TNI dalam mengatasi terorisme dan tugas perbantuan TNI terhadap POLRI. 4. Komisi I DPR RI minta Pemerintah agar dalam upaya pemberantasan terorisme termasuk upaya penggalangan dan deradikalisasi agar fokus