kewajiban yang harus ditanggung masing-masing. Setiap manusia baik laki- laki dan perempuan pada akhirnya mendapatkan balasan sesuai dengan apa
yang diperbuatnya masing-masing. Maka, laki-laki dan perempuan mempunyai hak asasi yang sama begitupun dengan kewajibannya.
Analisa penulis, memang tugas perempuan mengurus dan mengatur segala urusan rumah tangga, tetapi masalah dalam mendidik generasi anak
tidak dibebankan hanya kepada kaum perempuan. Laki-laki berperan penuh dalam mendidik anak menjadi generasi yang baik. Baik dan buruknya
perkembangan anak sudah menjadi kewajiban suami maupun isteri. Masa depan generasi bukan hanya bergantung pada kaum perempuan saja
melainkan peran laki-laki juga dibutuhkan. Menurut penulis bahwa larangan suami terhadap isteri yang bekerja
dapat dikategorikan sebagai Kekerasan Dalam Rumah tangga yang dijelaskan dalam pasal 9 ayat 2 Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang PKDRT,
dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang juga dijelaskan dalam pasal 39 ayat 1 Tahun 1999 tentang hak asasi . Kekerasan dalam Rumah
Tangga yang mengakibatkan penelantaran rumah tangga yang dijelaskan dalam pasal 9 ayat 2 dikenakan sanksi pidana pada pasal 45 yaitu dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 empat bulan atau denda paling banyak Rp. 3000.000,00 tiga juga rupiah.
Perempuan bekerja bukan menjadi faktor utama terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, Islam memuliakan manusia tanpa memandang jenis
kelaminya dan menjadikan ketakwaan sebagai ukuran kemuliannya. Islam adalah agama yang ramah bagi perempuan meski pada praktiknya perempuan
sering sekali mendapat diskriminasi dan Tradisi hukum yang kurang menguntungkan.
Meskipun kepemimpinan diberikan kepada kaum laki-laki, akan tetapi sesungguhnya kaum perempuan tidaklah dilarang dari kepemimpinan kecuali
dalam kepemimpinan publik dengan syarat dirinya mampu memlihara seluruh adab-
adab syar’i ketika keluar rumah. Selagi pekerjaan yang dilakukan perempuan itu masih dalam jangkaun
dalam positif tidak menjadi masalah. Islam tidak menerima orang yang berangan-angan dan berpaku tangan. Apa yang dikerjakan perempuan di luar
rumah tidak selalu dalam hal negatif. Islam mempunyai sikap yang progresif dan kerja keras, bekerja diwajibkan dilakukan oleh laki laki maupun
perempuan Jangan menilai agama Islam dalam satu sudut pandang saja kenyataanya Islam sangat memuliakan perempuan dalam hal kesetaraan.
Apabila perempuan dilarang bekerja di luar rumah apalagi pekerjaan itu pekerjaan yang mulia seperti guru yang menyebarkan ilmu kepada generasi-
genarasi penerus bangs, bagaimana nasib generasi selanjutnya yang kurang akan pengetahuan. Islam sangat memperhitungkan kadar kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan.
B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Istri Yang Bekerja di Luar
Rumah
Membatasi suami sebagai kepala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rumah tangga yang semata-mata didasarkan atas jenis kelamin pada era
seperti ini sangatlah tidak tepat. Menyatakan secara tegas adanya keseimbangan baik dalam hak dan kewajibannya maupun dalam pergaulan
hidup bermasyarakat, serta dalam perlakuan di muka hukum. Penetapan laki-laki lebih tinggi satu derajat dari perempuan ini
bukanlah menunjukan bahwa laki-lai lebih berkuasa dari perempuan, tetapi hanya menunjukan bahwa laki-laki itu adalah pemimpin rumah tangga
disebabkan karena terjadinya akad nikah. Akad ini pula suami wajib memberi nafkah isterinya, anak anak dan keluarganya, serta berkewajiban
menyediakan keperluan-keperluan yang lain yang berhubungan dengan kehidupan keluarga.
4
Allah SWT berfirman dalam Qs. An-Nissa : 34 ;
: ءاسنلا
45 Artinya : kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain perempuan, dan karena mereka laki-laki telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka perempuan yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
4
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,Jakarta : Bulan Bintang, 1988 h. 27.
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. perempuan- perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
At-Thabri dalam tafsirnya menjelaskan ayat al- rijal qawwamu na’ala
alnisa, bahwa kepemimpinan laki-laki atas perempuan itu didasarkan atas refleksi kekuatan fisik, pendidikan, dan kewajibannya untuk memenuhi
seluruh kewajiban yang ditentukan oleh Allah. Hal ini pula yang menjadi sebab keutamaan laki-laki atas perempuan, seperti tercermin dalam kalimat
wa bi ma anfaqu min amwalihim yang ditafsirkan sebagai kewajiban untuk membayar mahar, nafkah dan kifayah. Pada prinsipnya, agama tidak
membatasi hak perempuan dalam mengurus seluruh kepentingan publik. Hanya saja perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kehormatan perempuan
itu sendiri.
5
Ada dua alasan yang dikemukakan dari lanjutan ayat diatas dengan pemilihan pria sebagai pemimpin dalam rumah tangga yaitu : a karena Allah
melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan b karena mereka para suami diwajibkan untuk menafkahkan sebagian harta mereka untuk
isteri dan keluarganya . Secara psikologis ada yang berpendapat bahwa perempuan berjalan dibawah bimbingan perasaan, sedang laki-laki dibawah
pertimbangan akal. Walaupun demikian tidak tertutup kemungkinan adanya perempuan yang menyamai kaum pria dalam hal kecerdasan, bahkan
terkadang melebihinya.
6
5
Zaitunah Subhan, Al- Qur’an dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsira.h. 92.
6
Hasbi Indra dkk, Potret Perempuan Shalehah Jakarta : Penamadani, 2004. h.103.
Dalam Islam perempuan sangat dimuliakan bukan karena ia sebagai seorang ibu semata tapi karena seorang perempuan adalah makhluk yang
sempurna sama seperti laki-laki yang mempunyai harkat dan martabat. Hubungan antara laki-laki dan prempuan suami-isteri dalam Al-
Qur’an digambarkan secara rapi seperti dalam tubuh yang saling mendukung dan
mempengaruhi. Islam menjunjung tinggi egaliter kesetaraan dengan memposisikan
perempuan sebagai makhluk yang memiliki tempat yang sama dihadapan Allah. Mahmud Shaltut berpendapat bahwa. Islam memposisikan perempuan
sebagai mitra bagi kaum laki-laki, sehingga Islam memberikan kesetaraan hak dan kewajiban bagi perempuan dan laki-laki. Islam memberikan hak bagi
perempuan dalam
pendidikan, kehidupan
beribadah, dan
dalam menyampaikan pendapat.
7
Muhammad Abduh berpendapat bahwa pengangkatan derajat terhadap kaum perempuan dalam tubuh umat Islam belum pernah dilakukan oleh
agama-agama samawi sebelumnya. Bahkan ia menyatakan bahwa perempuan Eropa yang klaim memiliki kebebasan dalam menjalankan roda kehidupan
masih memiliki batasan-batasan dengan tidak diperkenankan memiliki harta benda tanpa adanya izin dari suami.
Pendapat lebih moderat disampaikan oleh Ibnu Kasir. Dalam pandangannya ayat tersebut merupakan larangan bagi perempuan khususnya
isteri Nabi Saw dan perempuan muslimah lainnya untuk keluar rumah jika
7
Zaitunah Subhan, Al- Qur’an dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran.h.9.
tidak ada kebutuhan yang dibenarkan agama, salat di mesjid umpamannya. Dari kelompok musafir kontemporer yang berpandangan seperti diatas
diantaranya Wahbah Az- Zuhaili yang menyatakan : ‘’ Hendaklah perempuan
tetap tinggal dirumah, jangan sering keluar rumah tanpa ada keperluan yang dibolehkan agama. Sedangkan di antara pemikir muslim kontemporer adalah
al-Maududi yang berpandangan seperti di atas. Dalam bukunya al-Hijab seperti dikutip oleh M. Quraish Shihab al-Maududi menyatakan : Tempat
perempuan adalah di rumah, mereka tidak dibebaskan dari pekerjaan luar rumah kecuali agar mereka selalu berada dirumah dengan tenang dan hormat,
sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban rumah tangga. Adapun kalau ada hajat keperluannya untuk keluar, maka boleh saja mereka keluar rumah
dengan syarat memperhatikan segi kesucian diri dan memelihara rasa malu.
8
Diantara ayat yang dapat mengantarkan kepada kesimpulan bahwa seseorang perempuan, lebih khusus lagi adalah isteri, harus tetap tinggal di
rumah terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 33 :
Artinya : dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak mengilangkan dosa dari kamu,
8
Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an,Tafsir Al-Qur’an Tematik Edisi Revisi III.
Jakarta : Kamil Pustaka, 2014.h 50.