Pandangan Hukum Islam Terhadap Istri Yang Bekerja di Luar

tidak ada kebutuhan yang dibenarkan agama, salat di mesjid umpamannya. Dari kelompok musafir kontemporer yang berpandangan seperti diatas diantaranya Wahbah Az- Zuhaili yang menyatakan : ‘’ Hendaklah perempuan tetap tinggal dirumah, jangan sering keluar rumah tanpa ada keperluan yang dibolehkan agama. Sedangkan di antara pemikir muslim kontemporer adalah al-Maududi yang berpandangan seperti di atas. Dalam bukunya al-Hijab seperti dikutip oleh M. Quraish Shihab al-Maududi menyatakan : Tempat perempuan adalah di rumah, mereka tidak dibebaskan dari pekerjaan luar rumah kecuali agar mereka selalu berada dirumah dengan tenang dan hormat, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban rumah tangga. Adapun kalau ada hajat keperluannya untuk keluar, maka boleh saja mereka keluar rumah dengan syarat memperhatikan segi kesucian diri dan memelihara rasa malu. 8 Diantara ayat yang dapat mengantarkan kepada kesimpulan bahwa seseorang perempuan, lebih khusus lagi adalah isteri, harus tetap tinggal di rumah terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 33 :                             Artinya : dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak mengilangkan dosa dari kamu, 8 Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an,Tafsir Al-Qur’an Tematik Edisi Revisi III. Jakarta : Kamil Pustaka, 2014.h 50. wahai ahlubait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya al- Ahzab33:33. Ada beberapa contoh dari kisah Rosulullah Saw yang mengambarkan bahwa isteri harus tetap didalam rumah. Rosulullah saw penah bersabda kepada Siti Aisyah ‘’janganlah kau keluar rumah dan apabila nanti engkau keluar rumah, lalu ditengah jalan disuatu lembah ada anjing menggongong cepatlah kau kembali bahwasannya itu suatu pertanda engkau di pihak yang salah’’. Ternyata benar yang dikatakan Rosul saw itu tatkala Siti Aisyah mendengar kata-kata Thalhah dan Zubair untuk keluar rumah ikut perang jamal, maka disuatu lembah digonggong oleh anjing maka Siti Aisyah ingin kembali tetapi Siti Aisyah dirayu oleh Thalhah dan Zubair dan disitulah terjadinya perang jamal. Dalam analisa penulis, pandangan Ibnu Katsir tidak bisa dijadikan sebuah acuan yang dapat mengekang hak-hak dan kewajiban seorang perempuan seperti halnya yang dilakukan laki-laki. Bahwasannya seorang perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti kaum laki-laki, hal ini dijelaskan dalam al- Qur’an surat An-Nisa ayat 32 :                                  : ءاسنلا 43 Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. karena bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada ada yang mereka usahakan, dan bagi para perempuan pun ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para perempuan pun ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Qs. An- Nissa 4 : 32. Dalam surat An-nisa ayat 32 dijelaskan bahwa baik laki-laki dan perempuan diberikan hak yang sama sesuai dengan apa yang mereka usahakan seperti halnya dalam bekerja, beramal maupun berprestasi. Dalam surat An-nisa ayat 124 Allah menjelaskan :                  ءاسنلا : 435 Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki- laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. Qs. An- Nisa 4 : 124. Dalam ayat di atas penulis berpendapat bahwa perempuan ataupun pria yang mau bekerja di lingkungkan masyarakat yang tergolong dalam pekerjaan yang baik halal akan mendapat keberhasilan dan kebahagian yaitu surga. Agama Islam tidak melarang kaum perempuan untuk berkarir di luar rumah karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kesetaraan baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kapasitas manusia sebagi hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba yang ideal. Hamba ideal dalam al- Qur’an biasanya diistilahkan dengan orang-orang yang taqwa muttaqun. Sebagai agama yang sempurna menurut penulis Islam tidak hanya mengatur perbuatan manusia didalam hubungannya dengan Allah, tapi juga dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan alam, termasuk didalamnya tentang bekerja yang tampaknya bersifat duniawi. Sedangkan menurut Muhammad Qutub, yang menyatakan bahwa perempuan pada awal zaman Islam pun bekerja, ketika kondisi menuntut mereka untuk bekerja, masalahnya bukan terletak pada ada atau tidaknya hak mereka untuk bekerja, masalahnya adalah bahwa Islam tidak cenderung mendorong perempuan keluar rumah kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang sangat perlu yang dibutuhkan oleh masyarakat, atau dasar kebuAllah perempuan tertentu. Misalnya kebuAllah untuk bekerja karena tidak ada yang membiayai kebuAllah hidupnya. Bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik lewat gerak anggota tubuh ataupun akal untuk menambah kekayaan, baik dilakukan secara perseorangan ataupun secara kolektif, baik untuk pribadi maupun untuk orang lain dengan menerima gaji. Dalam dunia ekonomi, bekerja merupakan sendi utama produksi selain alam dan modal. Hanya dengan bekerja secara disiplin dan etos yang tinggi, produktivitas suatu masyarakat menjadi tinggi. Semakin tinggi produktivitas, semakin besar kemungkinan bagi masyarakat itu untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. 9 Perempuan tidak diwajibkan untuk bekerja atau mencari uang dan suami atau saudaranya, jika memang ada hendaknya mendukung dalam segi keuangan dengan kata lain perempuan adalah tanggungjawab negara yang hendaknya disediakan untuk mereka. Hal ini in ditentukan oleh hukum Islam supaya menjaga martabat dan kemuliaan perempuan dan menyelamatkan mereka dari kekurangan, kesengsaraan, dan kehinaan yang mereka pikul agar mendapatkan bekal dalam kehidupan mereka. 10 Perempuan adalah manusia juga sebagaimana laki-laki. Perempuan merupakan bagian dari laki-laki dan laki-laki merupakan bagian dari perempuan, sebagaimana dikatakan Al- Qurr’an :                                               : ار ع لا 496 Artinya : “Maka Allah mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman: Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang- orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang 9 Siti Muri’ah, Perempuan Karit dalam Bingkai Islam, Bandung : Angkasa h. 188 cet I 10 Syeikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik dalam Al- Qur’an. Jakarta : Gaya Medika, 2004 , h. 49. yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik. Qs. Ali-Imran : 195 Islam sangat menghargai kerja keras waktu yang berjalan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, bahkan tidak dibenarkan waktu yang dihabiskan dengan ibadah secara berlebihan, demikian kerasnya kualitas kerja. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surat al- Juma’ah 62 : 10 yang berbunyi :                 : ع جلا 41 Artinya : ‘’ apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung .’’ Qs. Al-Jumu’ah 62 : 10. Perempuan mempunyai hak untuk bekerja, sebagaimana pria, meskipun ada persyaratan tertentu. Beberapa Al- Qur’an secara eksplisit memberikan kesempatan yang sama terhadap pria dan perempuan untuk meraih prestasi yang optimal. “ penegasan antara lain berada dalam surat al- Nahl 16 : 97 :                     : لحنلا 99 Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Qs. An-Nahl : 97 Dalam ayat tersebut jelas memberikan keluasan kepada Laki-laki dan perempuan untuk aktif dalam berbagai kegiatan, keleluasaan untuk berkarir dalam semua lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kodratnya. 11 Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya untuk bekerja. Islam membenci pengangguran dan orang-orang yang tidak menghargai waktu. Islam mengajarkan pemeluknya tekun bekerja, beraktifitas, disiplin dan beramal shaleh demi kebahagiaan hidupnya. Dalam hal ini, ada beberapa alasan mengapa kaum perempuan diharuskan bekerja. Kaum perempuan diperintahkan untuk beramal shaleh seperti yang diperintahkan kepada kaum laki-laki. Allah SWT berfirman :                           لا فهك :110 46 Artinya : katakanlah : sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.’’ Bahwa sesungguhnya Allah kamu itu adalah Allah yang Esa’’. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan 11 Huzaemah T Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, Cet I Jakarta : Al- Mawardi Prima, 2002 h. 155. Allahnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Allah nya’’. Qs. Al- Kahfi : 110. Jika kita memperbolehkan perempuan berkarir, maka haruslah dengan beberapa syarat dan ketentuan-ketentuan serta batasan-batasan yaitu, menjaga adab perempuan muslimah saat keluar dari rumahnya, dengan menjaga cara berpakaian, berjalan, berbicara, bahkan bergerak. 12 Allah berfirmah dalam surat An-Nur ayat 31 :                                                                                    Artinya : ‘’ katakanlah kepada perempuan yang beriman :’’ Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, putera-putera mereka. Atau putera-putera mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera- putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan 12 Amru Abdul Karim Sa’dawi, Perempuan dalam Fiqih Al-Qur’an. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2009. H. 271. mereka, atau perempuan-perempuan Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan atau anak-anak yang belum mengerti aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. Qs. An-Nur : 31. Dengan kata lain persoalan isteri bekerja di ranah publik seharusnya tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Selain tidak melalaikan kewajibannya dan tidak keluar dari jalur syariat yang sudah ditetapkan Islam. Selama ini berkembang pola pikir yang membentuk pandangan sterotipe tentang perempuan. Pandangan ini kemudian memuculkan rumusan sepihak mengenai bagaimana hakikat perempuan sebenanrnya. Pada giliranya, hal ini membentuk tingkah laku dan sikap perempuan yang diterjemahkan menjadi kodrat perempuan yang tidak bisa diubah. Pola pikir demikian kuatnya dibentuk dan menjadi semacam ajaran agama yang berkembang subur dalam masyarakat sampai kini. Pandangan semacam ini justru banyak yang disalahartikan oleh sebagian umat Islam. Konsep kesetaraan ini mengisyaratkan dua pengertian. Pertama, Al- Qur’an dalam pengertian umum mengakui martabat laki-laki dan perempuan dalam kesetaraan tanpa membedakan jenis kelamin. Kedua, laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang setara dan sejajar dalam berbagai bidang. 13 Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 79 14 yang berbunyi : 1. Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga. 2. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 3 Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum . Analisa penulis, dalam KHI dijelaskan dalam pasal 79 bahwasanya lak-laki adalah kepala rumah tangga, dan istri adalah ibu rumah tangga. maksud dalam penjelasan laki-laki adalah kepala rumah tangga karena tanggung jawab dalam keluarga sepenuhnya milik laki-laki, tanggung jawab yang dimaksud adalah berupa nafkah. Karena salah satu kewajiban suami adalah memberikan nafkah untuk keluarganya. Oleh karena itu kedudukan laki-laki dilebihkan satu derajat di atas kaum perempuan karena laki-laki mempunyai tanggung jawab yang besar dalam rumah tangga. sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqoroh [2] 228 :                ارق لا : 332 Artinya : ‘’ Para isteri mempunyai hak yang seimbang dalam kewajibannya menurut cara ma’ruf akan tetapi para suami mempunyai satu derajat kelebihan atas mereka para isteri’’... QS. Al-Baqarah [2] : 228. 13 Zaitunah Subhan, Al- Qur’an dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender dalam Penafsiran.h.39. 14 Undang-undang Kompilasi Hukum Islam, Bandung : Fokusindo Mandiri, 2013, h. 34. Meskipun kedudukan laki-laki dilebihkan satu derajat dari kaum perempuan karena laki-laki mempunyi kewajiban finansial dalam rumah tangga sebagai kepala rumah tangga, tetapi kedudukan laki-laki dan perempuan pada hakikatnya di mata Allah itu sama, yang membedakan hanya ketakwaanya saja. 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa yang telah diuraikan tentang Suami Melarang Istri Bekerja Tinjauan dari Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT dari Perspektif Hukum Islam.dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Tindakan suami dalam melarang Isteri bekerja merupakan salah satu bentuk KDRT dan pelanggaran hak asasi manusia HAM. KDRT meliputi penderitaan secara seksual, psikologis ataupun penelantaran rumah tangga, didalamnya juga termasuk ancaman-ancaman, pemaksaan, serta pengekangan yang melawan hukum terhadap seseorang terutama perempuan dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan pembedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan perempuan secara fisik, seksual, dan psikologis. Termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik dalam kehidupan publik maupun kehidupan pribadi. 2. Pada dasarnya, Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja keras dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, Perempuan bekerja bukan menjadi faktor utama terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, Islam memuliakan manusia tanpa memandang jenis kelaminya dan menjadikan ketakwaan sebagai ukuran kemuliaanya. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga Bahwa prinsip hubungan dalam keluarga adalah kesetaraan dalam kewajiban atau adanya keseimbangan dan keterpaduan. Penetapan laki-laki lebih tinggi satu derajat dari perempuan ini bukanlah menunjukan bahwa laki-laki lebih berkuasa dari wanita, tetapi hanya menunjukan bahwa laki-laki itu adalah pemimpin rumah tangga disebabkan karena terjadinya akad nikah. Dan karena akad ini pula suami wajib memberi nafkah isterinya, anak- anak dan keluarganya, serta berkewajiban menyediakan keperluan- keperluan yang lain yang berhubungan dengan kehidupan keluarga.

B. Saran-saran

Sebagai catatan akhir penulis akan memberikan saran : 1. Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT merupakan masalah yang tidak bisa dianggap biasa, seharusnya Undang-undang KDRT menjelaskan maksud dari asas kesetaraan gender itu secara jelas, dan tidak bertentangan dari Hukum Islam yang ada di Indonesia. 2. Seharusnya kaum feminis lebih menelaah dan mendalami secara mendalam tentang KDRT menurut Islam, tidak selalu mendiskriminasi bahwa agama Islam itu agama yang pertama kali timbulnya KDRT terutama kekerasan ekonomi. 73 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Slamet dan H. Aminuddin. Fikih Munakahat. Bandung : Pustaka Setia, 1999. Adib, Faishol dan Farid Muttaqin. Panduan Untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Pesantren. Jakarta : Puan Amal Hayati, 2005. Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum Lembaga Penelitian. Jakarta, 2010 Ali, Zainudin. Sosiologi Hukum. Jakarta : Sinar Grafika, 2006. Albar, Muhammad, Wanita Dalam Timbangan Islam. Jakarta : Daar Al- Muslim, Beirut. Al-Qardawi, Yusuf. Panduan Fikih Perempuan. Yogyakarta : Salma Pustaka, 2004. Ash-Subki, Ali Yusuf. Fikih Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam. Jakarta : Amzah, 2010. Ash-Shiddieqi, Hasbi. Al- Qur’an dan Terjemahannya Jakarta : Departemen Agama RI, 1998. Asmawi, Mohammad. Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan . Yogyakarta : Darussalam, 2004. Ayyub, Syaikh Hasan. Fikih Keluarga, cet.V. Jakarta : pustaka Al- Kautsar, 2006. Az-Zuhaili, Wahbah. Fikih Islam Wa adilatuhu jilid VII. Gema Insasi. Berita Komnas Perempuan. Meneguhkan Mekanisme Hak Asasi Perempuan. Edisi 8 Januari 2012. artikel diakses pada tanggal 21 Juni 2016 Ch, Mufidah. Paradigma Gender, cet.II Malang : IB Bayu Media, 2004. Ciciek, Farhah. Ikhtiar Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Belajar Dari Kehidupan Rasulullah Saw. Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999. Departemen Agama RI. Modul Keluarga Sakinah. Jakarta : Dirjen Bimas dan Haji, 2000 Dewi, Nisa Risa. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Artikel diakses pada tanggal 1Maret 2006 dari http:eprints.unsri.ac.id1301