Kekerasan Ekonomi Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tannga

Menurut Farha Ciecik mengidentifikasi faktor penyebab KDRT ini sebagai berikut: pertama, adanya ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan baik dirumah tangga maupun dilingkungan publik. Kedua, ketergantungan istri terhadap suami secara penuh, terutama untuk masalah ekonomi, yang menjadikan istri berada dibawah kendali suami. Ketiga, sikap kebanyakan masyarakat terhadap KDRT yang cenderung abai dan mengangapnya sebagai persoalan internal sebuah keluarga. Keempat, pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama. 23 Konsep-konsep agama cenderung disalahartikan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan kekerasan. Misalnya konsep nuzyu, seringkali digunakan sebagai dasar kewenangan suami melakukan pemukulan terhadap istri. Kemudian konsep kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga yang seringkali dimaknai sebagai ketundukan istri terhadap kehendak suami dan sebagai pembenar adanya dominasi suami dalam rumah tangga. Adapun faktor lain yang memicu terjadinya KDRT adalah adanyan budaya patriarki yang masih kuat sehingga laki-laki dianggap paling dominan baik didalam keluarga maupun lingkungan sekitar, himpitan ekonomi keluarga, himpitan masalah kota besar yang mendorong stress, kondisi lingkungan dan pekerjaan yang berat mendorong tingginya tempramental orang. 23 Farha Ciciek, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga; Belajar dari Kehidupan Rasulullah Saw. Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999,h.25-27 Menurut zastrow dan Browker pada tahun 1984 menyatakan bahwa ada tiga teori utama yang mampu menjelaskan terjadinya kekerasan, yaitu teori biologis, teori frustasi agresi, dan teori kontrol. 24 Ada beberapa faktor yang sering dipandang sebagai pemicu KDRT, yaitu 25 : a Problem atau pertengkaran masalah keuangan seringkali dapat menjadi pemicu timbulnya perselisihan di antara suami istri. Gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap bulan, sering menimbulkan pertengkaran, apalagi kalau pencari nafkah yang utama adalah suami. Dapat juga pertengkaran timbul ketika suami kehilangan pekerjaan. Ditambah lagi adanya tuntutan biaya hidup yang tinggi, memicu pertengkaran yang seringkali berakibat terjadinya tindak kekerasan. b Cemburu karena isteri bekerja dan memiliki penghasilan dan kedudukan yang lebih tinggi daripada suaminya. c Problem atau kelainan seksual seperti impotensi, hiperseks, frigid dan sadisme seksual d Pengaruh miras, narkoba dan perjudian dan hutang e Pertengkaran tentang anak ketidakserasian cara pandang terhadap pendidikan anak. 24 Rohmat Wahab, Kekerasan dalam Rumah Tangga Perspektif Psikologis dan Edukatif. artikel diakses pada tanggal 4 Maret 2016 dari http :staff.uny.ac.id 25 Fathul Djannah dkk, Kekerasan Terhadap Istri. cet IIYogyakarta : Lkis, 2007 h.17 c Sanksi Bagi Pelaku KDRT Sanksi bagi pelaku KDRT menurut undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang PKDRT terdapat dalam Bab VIII ketentuan pidana pasal 44 yang berbunyi : 1 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 lima tahun atau denda paling banyak Rp.15000.000,00 lima belas juta rupiah. 2 Dalam hal perbuatan sebagaiman dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan jorban mendapat jatuh sakit atau luks berat, dipidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,00 tiga puluh juta rupiah. 3 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 mengakibatkan matinya korban. Dipidana dengan penjara paling lama 15 lima belas tahun atau denda paling banyak Rp.45.000.000,00 empat puluh lima juta rupiah. 4 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-sehari, dipidana dengan penjara paling lama 4empat bulan atau denda paling banyak Rp.5000.000,00 lima juta rupiah. Pasal 45 1 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp. 9000.000,00 sembilan juta rupiah. 2 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimasud pada ayat 1 satu dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat bulan atau denda paling banyak Rp.3000.000,00 tiga juta rupiah. Pasal 46 1 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara lama 12 dua belas tahun atau denda paling banyak Rp.36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah. Pasal 47 1 Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun atau denda paling sedikit Rp. 12.000.000,00 dua belas juta rupiah atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. Pasal 48 1 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 empat minggu terus menerus atau 1 satu tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan pidana penjara paling lama 20 dua puluh tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. 34 BABIII HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM HUKUM ISLAM

A. Hak dan Kewajiban Suami

Pengertian hak secara umum adalah suatu ketentuan yang mutlak untuk kita dan penggunaanya tergantung kepada kita sendiri, danapa-apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain.Sedangkan menurut etimologi hak berarti menetapkan, keadilan lawan dari kezaliman, kebenaran lawan dari kebatilan. Hak disini adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah tanggung jawab menanggung segala sesuatu kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. Suami isteri sebenarnya mempunyai tanggung jawab moril dan matteril. Masing-masing suami isteri harus mengetahui kewajibannya disamping haknya. Sebab, banyak manusia yang hanya tau haknya saja, tetapi menggabaikan kewajibannya. 1 Masing-masing suami isteri mempunyai hak atas yang lainnya. Hal ini berarti, bila isteri mempunyai hak dari suaminya, maka suaminya mempunyai kewajiban atas isterinya. Demikian juga sebaliknya suami mempunyai kewajiban atasi sterinya. Hak tidak dapat dipenuhi apabila tidak ada yang menunaikan kewajiban 1 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam , Jakarta : Prenada Media 2013 h.151 Dalam Al- Qur’an Allah berfirman :               ا ارق ل 228:2 Artinya : ‘’Dan para perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana ’’ Al-Baqarah : 228 . Ayat ini menyatakan bahwa perempuan memiliki hak sebagaimana hak laki-laki yang harus ditunaikan perempuan. Begitu perempuan dituntut pada sesuatu, laki-laki pun menghadapi tututan serupa. Dasar yang ditetapkan Islam terkait interaksi antara suami dan isteri serta penataan kehidupan diantara keduanya adalah dasar yang lebih berkaitan dengan fitrah dan tabiat manusia. Sebab, laki-laki lebih mampu dalam melakukan aktivitas, kerja keras, dan usaha untuk mendapatkan penghasilan di luar rumah. Derajat atau tingkatan yang dimaksud yaitu kepemimpinan suami dalam rumah tangganya atau kelebihan suami dalam beberapa hak yang harus dia peroleh. Diantara hak-hak tersebut yaitu hak dicintai, hak disayangi dan dikasihi, hak berdandan dan menikmati hubungan seksual, serta hak untuk bersama-sama dalam kesibukan dan kesusahan seperti yang dialami oleh masing-masing. 2 Seorang suami memiliki hak-hak yang merupakan kewajiban bagi isterinya. Dalam konteks ini yang akan dikemukakan adalah kewajiban isteri untuk taat kepada suami. Dasar dari kewajiban seorang isteri ini terkait 2 Zaitunah Subhann, Al- Qur’an dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender dalam Penafsiran. Jakarta : Prenada Media Group, 2015. h 87. dengan peran kepemimpinan dalam keluarga yang diberikan kepada suami berdasarkan Firman Allah dalam Al-Qur;an surat An-nisa4 ayat 34 :                                              ءاسنلا 34:4 Artinya : ‘’kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka perempuan yang saleh, ialah yang taat kepadala Allah dan memelihara diri mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nuzyusny, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.’’ QS. Surat An-Nisa ayat :34. Menurut Hamka hal yang sama dikemukakan ayat tersebut bukanlah perintah, sehingga laki-laki wajib memimpin perempuan, dan lau tidak dipimpin berdosa. Akan tetapi ayat tersebut bersifat pengkhabaran yakni menyatakan hal yang sewajarnya, dan tidak mungkin begitu. Ayat tersebut menyatakan bahwa laki-laki dilebihkan Allah daripada perempuan. Laki-laki kuat tubuhnya, tegap badanya sedang perempuan lemah. 3 Sedangkan menurut Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar al-Jawi dalam kitab “Uqud al-Lujjain fi Bayani Huqud az-Zaujain” berpendapat bahwa kaum laki-laki sebagai pemimpin kaum perempuan, maksudnya suami harus menguasai dan mengurus keperluan isteri, termasuk mendidik budi 3 Hamka, Kedudukan Perempuan dalam Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983. h.69. pekerti mereka. Allah SWT melebihkan kaum laki-laki atas kaum perempuan isteri dalam pernikahan, seperti maskawin dan nafkah. 4 Sementara perempuan lebih mampu dalam mengatur dan mengurus urusan rumah tangga, mendidik anak, menyediakan berbagai faktor yang dapat menciptakan kenyamanan rumah tangga, dan ketentraman lingkungan keluarga. Oleh karena itu laki-laki dibebani hal-hal yang sesuai dengannya, dan perempuan dibebani hal-hal yang sesuai dengan tabiatnya. 5 Hak-hak mereka dibagi menjadi dua kategori, hak bersama antara suami dan isteri serta hak setiap individu, dalam arti apa yang menjadi hak isteri tidak bisa menjadi hak suami dan begitu juga sebaliknya.

1. Hak Suami Atas Isteri

Diantara beberapa hak suami terhadap isterinya, yang paling pokok adalah 6 : a. Ditaatidalamhal-hal yang tidak maksiat Kewajiban taat kepada suami hanya dalam hal-hal yang dibenarkan agama, bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allahswt. Jika suami memerintahkan isteri untuk berbuat maksiat, maka ia harus menolaknya. Diantara ketaatan isteri kepada suami adalah tidak keluar rumah kecuali dengan izinnya. b. Isteri menjaga dirinya sendiri dan harta suami 4 Muhammad Nawawi, Syarh ‘Uqud al-Lujjain Keluarga Sakinah alih Bahasa M. Ali Chasan Umar. Semarang : Karya Toha Putra, 1994,h. 29. 5 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3. cet II Jakarta : Cakrawala Publishing, 2011 cet II h. 468. 6 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. cet I Jakarta : Raja GrafindoPersada, 2009 h.158.