Menulis Penggunaan Media Iklan Televisi (Aqua versus NTT) untuk Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015

d. Menghibur. Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan- bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan pelipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas. 8 Dengan demikian, tujuan menulis mencakup empat hal yaitu untuk memberikan suatu informasi, untuk meyakinkan atau mendesak persuasi, untuk mengedukasi, dan untuk menghibur atau menyenangkan.Sementara itu, Hugo Hartig dalam Tarigan 9 merumuskan tujuan menulis lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut. a. Tujuan penugasan assignment purpose. Sebenarnya dalam hal ini tidak secara eksplisit memperlihatkan suatu tujuan kecuali karena orang yang menulis melakukannya semata-mata tugas yang diberikan kepadanya. b. Tujuan altruistik altruistic purpose. Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca,menghindarkan kedudukan pembaca,ingin menolong pembaca memahami,menghargai perasaan dan penalaranya,ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. c. Tujuan persuasif persuasive purpose. Dalam hal ini penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya. d. Tujuan peneranganinformational purpose. Dalam hal ini, penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca. 8 Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, op.cit.,h. 5-6. 9 Henry Guntur Tarigan, op.cit.,h. 24-25. e. Tujuan pernyataan diri self expressive purpose. Di sini penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca. f. Tujuan kreatif creative purpose. Penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic atau nilai-nilai kesenian. g. Tujuan pemecahan masalah problem solving purpose. Penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian tujuan menulis secara rinci mencakup tujuan menulis dalam hal penugasan, tujuan altruistik, tujuan persuasif, tujuan penerangan, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif, dan tujuan pemecahan masalah.

3. Jenis-jenis Menulis

Ragam menulis atau tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian, dan tata sajian tulisan.Oleh karena itu, setiap penulis sebaiknya mengetahui jenis-jenis tulisan agar maksud dari apa yang ditulis tidak kabur. Wahyu Wibowo menuturkan ada lima jenis tulisan, yaitu deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, dan persuasi. 10 a. Deskripsi. Jenis tulisan ini berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. 11 10 Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Prak tisi Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, Cetakan II, h. 58-59. 11 M. Atar Semi, op.cit.,h. 41. Deskripsi bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka ruang dengan maksud untuk menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang. 12 b. Eksposisi. Keraf menjelaskan bahwa eksposisi adalah tulisan yang berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya. 13 Menurut Aceng Hasani dalam buku Ikhwal Menulis eksposisi adalah bentuk tulisan yang sering digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha mempengaruhi pendapat pembaca. Melalui eksposisi pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, setiap pembaca boleh menolak dan menerima apa yang dikemukakan oleh penulis. 14 Sementara itu, Meithy Djiwatampu menilai bahwa eksposisi adalah bacaan yang memberi informasi tentang benda, kejadian, atau ide tertentu. 15 Sehingga jenis tulisan ini dapat dengan mudah dikenali dan diingat oleh pembacanya.Hal tersebut dikarenakan bentuk eksposisi lebih terurai dan terstruktur, apakah hanya berisi paparan karakternya saja, atau berisi uraian mengenai urutan kejadian.Salah satu contoh tulisan eksposisi ialah Cara Membuat Tumis Ikan Mas atau Petunjuk Penggunaan suatu produk tertentu. c. Argumentasi. Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan atau pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Argumentasi ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak sesuatu pendapat, pendirian, atau gagasan. 12 A. Widyamartaya, Seni Menuangk an Gagasan, Yogyakarta: Kanisius, 1992, Cetakan II, h. 9- 10. 13 Gorys Keraf, Ek sposisi dan Desk ripsi: Komposisi Lanjutan II, Yogyakarta: Nusa Indah dan Yayasan Kanisius, 1981, h. 6. 14 Aceng Hasani, Ik hwal Menulis, Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Press, 2005, h. 30. 15 Meithy Djiwatampu, Membaca untuk Belajar, Jakarta: Balai Pustaka, 2008, Cetakan II, h. 66. Lebih lanjut, Paulus Tukan menjelaskan bahwa tulisan argumentasi bertujuan untuk menyampaikan suatu pendapat, konsepsi, atau opini kepada pembaca. Untuk meyakinkan pembaca, penulis menyertakan bukti, contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah. 16 Menurut Gorys Keraf dalam bukunyaArgumentasi dan Narasi, argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. 17 d. Narasi. Narasi adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya kronologis dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Keraf mendefinisikan narasi sebagai jenis tulisan yang berusaha mengisahkan kejadian-kejadian yang ingin disampaikan penulis sedemikian rupa, sehingga pembaca merasakan seolah-olah ia sendirilah yang mengalami peristiwa itu. 18 Biasanya dalam narasi ada tokoh, sudut pandang, alur, dan setting sehingga tak heran jika narasi selalu menyajikan tulisan- tulisan yang bernuansa emosional dan kedekatan dengan pembacanya.Contoh narasi ialah cerpen, novel, biografi, sejarah, dan memoir. e. Persuasi. Persuasi merupakan jenis tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain. Persuasi menurut Nani Darmayanti adalah bentuk tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang baik pembaca atau juga pendengar agar melakukan sesuatu yang 16 Paulus Tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3 untuk SMA Kelas XII, Jakarta: Yudhistira, 2006, Cetakan I, h. 52. 17 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1985, h. 3. 18 Gorys Keraf, Dik si dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, Cetakan XVII, h. 20. dikehendaki penulis. 19 Bentuk persuasi dikenal juga sebagai propaganda yang dilakukan oleh berbagai badan, lembaga, atau perorangan, biasanya berbentuk iklan, selebaran, baliho, dan poster. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis menulis atau tulisan itu mencakup lima, yaitu deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, dan persuasiyang masing-masing memiliki diferensial satu sama lain. Deskripsi lebih kepada penggambaran, eksposisi lebih kepada pemaparan, argumentasi lebih kepada alasan, narasi kepada penceritaan, dan persuasi lebih kepada ajakan.

4. Teknik Menulis

Pada saat menulis, kejelasan merupakan asas yang pertama yang harus dipenuhi.Setiap pembaca mengharapkan tulisan yang dibacanya dapat dibaca dan dimengerti secara jelas. Karangan yang kabur, ruwet, dan gelap maksudnya akan membosankan pembaca.Oleh karena itu, sebuah tulisan hendaknya memperhatikan teknik menulis yang mudah, sederhana, langsung, dan tepat. a. Mudah. Tulisan haruslah mudah dimengerti pembaca, karena setiap orang menyukai tulisan yang dapat dipahami tanpa susah payah. b. Sederhana. Tulisan sebaiknya jelas dan tidak berlebih-lebihan dengan kalimat atau kata-kata. Semakin sederhana, semakin dapat tulisan itu menggambarkan sesuatu secara terang dalam pikiran pembaca. c. Langsung. Langsung berarti tulisan itu jelas tidak berbelit-belit ketika menyampaikan pokok soalnya. d. Tepat. Tepat intinya ialah bahwa tulisan itu jelas dapat melukiskan secara betul ide-ide yang terdapat dalam pikiran penulisnya. 19 Nani Darmayanti, Bahasa Indonesia untuk SMK Tingkat Semenjana Kelas X, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007, h. 136. Dengan demikian, teknik menulis yang baik, yang sebaiknya dilakukan oleh para penulis ialah mudah, sederhana, langsung, dan tepat. Teknik ini berkaitan erat dengan pandangan bahwa ketika menulis hendaknya menggunakan kalimat-kalimat yang pendek, pilihan kata dan kalimat yang sederhana, gunakan kata yang umum dikenal, hindari kata-kata yang tak perlu, dan menulislah seperti layaknya bercakap-cakap dengan pembaca sehingga dapat terjalin komunikasi antara penulis dan pembaca.

5. Tahap-tahap Menulis

Tahap-tahap menulis menurut Minto Rahayu dalam bukunyaBahasa Indonesia di Perguruan Tinggi menyebut ada tiga, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. 20 a. Tahap prapenulisan. Pada tahap ini, penulis melakukan penentuan terhadap topik berdasarkan pengalaman sendiri, melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis, mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan ditulis, megidentifikasi tujuan kegiatan menulis, dan memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan. b. Tahap penulisan. Pada tahap ini, penulis mulai menuliskan gagasan. Pada saat menuliskan gagasan, penulis perlu menentukan target waktu yang akan dipergunakan untuk menulis. Selama waktu yang telah ditentukan, penulis harus terus menulis dan menulis. Jangan sekali-kali berhenti menulis untuk melakukan koreksi, baik ejaan, pilihan kata, kalimat, maupun penataan gagasan. Lakukan kegiatan mencurahkan gagasan dengan disiplin dan spontan.Pembuatan tulisan dapat dilakukan tahap demi tahap sampai semua gagasan yang diinginkan tercurahkan. 20 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007, h. 137-138. Pada tahap ini, penulis juga perlu menekankan isi daripada tata tulis.Artinya penulisan lebih ditekankan pada pencurahan gagasan dan kelengkapan isi tulisan.Pengaturan tata tulis dan penggunaan bahasa hendaknya diabaikan kecuali yang muncul secara spontan. c. Tahap revisi. Pada tahap ini, penulis merevisi hal-hal yang perlu dilakukan, yaitu membetulkan kesalahan bahasa tulisan sendiri, mulai penggunaan ejaan, pilihan kata, penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf. Kemudian membetulkan kaidah tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran, kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain yang diatur secara teknis.Setelah itu, mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan, ketajaman pembahasan, kelengkapan isi. Bila perlu dapat mengurangi sebagian atau menambahkan bagian lain hingga tulisan lengkap dan lebih mendalam.Dalam kegiatan revisi ini, Rifai menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus dilakukan.Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian.Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesui dengan sasaran. 21 Dengan demikian, tahapan penulisan meliputi tiga aktivitas pokok, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.Antara satu tahap dengan tahap lainnya tidak terpisah-pisah melainkan satu kesatuan rangkaian yang saling mendukung demi kualitas tulisan yang lebih baik. 21 Mien A. Rifai, Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan , Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997, h. 105-106.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menulis

Tidak sedikit faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis.Namun, pada prinsipnya dapat dikategorikan dalam dua faktor, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal misalnya belum tersedia fasilitas pendukung, berupa keterbatasan sarana untuk menulis.Misalnya ketiadaan komputer atau alat tulis yang belum terjangkau seperti di daerah terpencil di mana buku dan pensil masih menjadi barang langka dan cukup mahal untuk medapatkannya.Namun dengan program APBN pendidikan 20, kiranya hal tersebut sudah bukan lagi masalah. Faktor internal mencakup faktor psikologis dan faktor teknis.Yang tergolong faktor psikologis seperti kebiasaan atau pengalaman yang dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan akan semakin baik. Faktor lain yang tergolong faktor psikologis adalah faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis. Seseorang akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong oleh kebutuhannya. Sementara itu, faktor teknis meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan teknik-teknik menulis. Konsep yang berkaitan dengan teori- teori menulis yang terbatas yang dimiliki seseorang turut berpengaruh.Faktor kedua dari faktor teknis yakni penerapan konsep. Kemampuan penerapan konsep dipengaruhi banyak sedikitnya bahan yang akan ditulis dan pengethuan cara menuliskan bahan yang diperolehnya. Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca maka seseorang yang ingin memiliki kemampuan menulisnya lebih baik, dituntut untuk memiliki kemampuan membacanya lebih baik pula.

B. Kemampuan

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. 22 Sementara itu, dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “mampu” memiliki makna ganda, yaitu 1 kuasa bisa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat dan 2 berada, kaya, atau mempunyai harta berl ebih. Sedangkan “kemampuan” ialah 1 kesanggupan, kecakapan,atau kekuatan dan 2 kekayaan. 23 Kemampuan adalah perpaduan antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktik di lapangan, termasuk peningkatan kemampuan menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka peningkatan produktivitas kerja. 24 Menurut Robbins, kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada hakikatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yakni kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental.Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis. 25 Menurut Livingstone seperti dikutip oleh Stoner, kemampuan atau skills itu dapat dan harus diajarkan.Karena itu dalam peningkatan sumber daya khususnya sumber daya manusia, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan. 26 Kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya. 27 Sementara itu, Atmosudirdjo mengartikan kemampuan sebagai sesuatu hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam suatu organisasi.Kemampuan tersebut terdiri atas tiga jenis 22 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 707. 23 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit.,h. 909. 24 Sondang P. Siagian, Manajemen Abad 21, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 15. 25 Stephen P. Robbins, Perilak u Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplik asi, Hadyana Pujaatmaka Penerjemah, Jakarta: PT Prenhalindo, 1996, h. 102. 26 J.A.F. Stoner, Efek tivitas Organisasi, Jakarta: Erlangga, 1996, h. 118. 27 J.L. Gibson, et al., Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1996, h. 126. kemampuan abilities yaitu kemampuan sosial, kemampuan teknik, dan kemampuan manajerial. 28 Konsep kemampuan dalam kepustakaan dikenal dua terminology yang memiliki makna yang sama, yaitu ada yang memakai istilah abilities seperti Atmosudirdjo, sedangkan yang lain seperti Terry 2001 dan Stoner memakai istilah skills. 29 Pengertian kemampuan menurut Siagian dapat ditinjau dari dua sorotan pandangan, yaitu kemampuan teknis dan kemampuan manajerial.Kemampuan teknis biasanya tercermin pada keterampilan tertentu, sedangkan kemampuan manajerial dituntut dari mereka yang menduduki berbagai jenjang jabatan kepemimpinan organisasi. 30 Kemampuan menurut Poerwadarminta berasal dari kata mampu able yang pengertiannya dalam bahasa Indonesia adalah cakap, dapat atau mahir. 31 Kecakapan atau kemampuan disini dapat diartikan sebagai skill. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli, dapat ditarik simpulan bahwa kemampuan merupakan kesanggupan seseorang dalam melaksanakan tugas.

C. Cerpen

1. Pengertian Cerita Pendek Cerita pendek atau yang lebih popular dengan akronim cerpen, merupakan bagian dari jenis prosa.Sebuah cerpen tidak dilihat panjang pendeknya halaman ataupun kata-kata yang dikandungnya.Cerita pendek merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan demikian cerita pendek adalah suatu crita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. Misalnya sebuah karangan karangan pendek tentang keadaan di warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di warung tersebut bisa menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu 28 P. Atmosudirdjo, Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Kaunika, 1996, h. 37. 29 J.A.F. Stoner, op.cit., h. 119. 30 Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h. 82. 31 Poerwadarminta, Tata Kerja Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1996, h. 57. peristiwa, suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa seseorang atau beberapa oran di warung itu. 32 Cerpen adalah, kisahan yang memberi kesan tunggalyang dominan tentang satu tokoh,satu latar dan satu situasi dramatik; cerpen. Cerpen harus memperlihatkan kepaduan sebagaipatokan dasarnya 33 2. Ciri-ciri Cerita Pendek a. Bersifat fiktif b. Panjang cerpen kurangdari 10.000 kata c. Habis dibaca dalam sekali duduk d. Memiliki kesan tunggal aspek kehidupan e. Bersifat padu,padat dan intensif f. Terdapat konflik tetapi tidak sampai menimbilkan perubahan nasib pelaku utama g. Hanya terdapat satu alur saja h. Perwatakanpenokohan dilukiskan secara singkat 3. Unsur Intrinsik Cerpen 1 Alur Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita Bagian-bagian alur: a. Tahap penyituasian atau pengantarpengenalan Tahap pembukaan cerita atau pemberian informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. b. Tahap pemunculan konflik Tahap awal munculnya konflik. Konflik dapat berkembang pada tahap berikutnya . Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan menegangan. 32 Widjojoko dan Endang Hidayat, teori dan sejarah sastra Indonesia, Bandung: UPI PRESS, 2007, Cet. Ke-1, h. 37 33 Abdul Rozak Zaidan, kamus istilah sastra, Jakarta:Balai Pustaka,2007, h.50 c. Tahap klimaks Konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak yang biasanya di alami oleh tokoh- tokoh utama. d. Tahap peleraian Penyelesaian pada klimaks , ketegangan di kendurkan , konflik- konflik tambahan di beri jalan keluar, kemudian cerita di akhiri, disesuaikan dengan tahap akhir di atas. e. Tahap penyelesaian Konflik sdah diatasidiselesaikan oleh tokoh. Cerita dapatdi akhiri dengan gembira ata sedih. 2 Tokoh Tokoh adalah pelaku pada sebuah cerita. Tiap-tiap tokoh biasanya memiliki watak , sikap, sifat dan kondisi fisik yang disebut dengan perwatakankarakter. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis tokoh utama, antagonis lawan tokoh protagonis dan tokoh figuran tokoh pendukung cerita. 3 Penokohan perwatakankarakterisasi Pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu. Dua metode yang digunakan: a. Metode analitik Metode penokohan yang memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, misal, pemarah, penakut, sombong, pemalu, keras kepala. b. Metode dramatik Metode penokohan yang tidak langsung memaparkan atau menggambarkan sifat tokoh melalui: