d. Menghibur. Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi,
bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya.
Tulisan-tulisan atau bacaan- bacaan “ringan” yang kaya dengan
anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan pelipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian
sibuk beraktifitas.
8
Dengan demikian, tujuan menulis mencakup empat hal yaitu untuk memberikan suatu informasi, untuk meyakinkan atau mendesak persuasi,
untuk mengedukasi, dan untuk menghibur atau menyenangkan.Sementara itu, Hugo Hartig dalam Tarigan
9
merumuskan tujuan menulis lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut.
a. Tujuan penugasan assignment purpose. Sebenarnya dalam hal ini
tidak secara eksplisit memperlihatkan suatu tujuan kecuali karena orang yang menulis melakukannya semata-mata tugas yang
diberikan kepadanya. b.
Tujuan altruistik altruistic purpose. Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca,menghindarkan kedudukan pembaca,ingin
menolong pembaca
memahami,menghargai perasaan
dan penalaranya,ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan
lebih menyenangkan dengan karyanya itu. c.
Tujuan persuasif persuasive purpose. Dalam hal ini penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakannya. d.
Tujuan peneranganinformational purpose. Dalam hal ini, penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para
pembaca.
8
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, op.cit.,h. 5-6.
9
Henry Guntur Tarigan, op.cit.,h. 24-25.
e. Tujuan pernyataan diri self expressive purpose. Di sini penulis
bertujuan memperkenalkan
atau menyatakan dirinya kepada pembaca.
f. Tujuan kreatif creative purpose. Penulis bertujuan melibatkan
dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic atau nilai-nilai kesenian.
g. Tujuan pemecahan masalah problem solving purpose. Penulis
bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian tujuan menulis secara rinci mencakup tujuan
menulis dalam hal penugasan, tujuan altruistik, tujuan persuasif, tujuan penerangan, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif, dan tujuan pemecahan
masalah.
3. Jenis-jenis Menulis
Ragam menulis atau tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian, dan tata sajian
tulisan.Oleh karena itu, setiap penulis sebaiknya mengetahui jenis-jenis tulisan agar maksud dari apa yang ditulis tidak kabur. Wahyu Wibowo menuturkan
ada lima jenis tulisan, yaitu deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, dan persuasi.
10
a. Deskripsi. Jenis tulisan ini berisi gambaran mengenai suatu hal
atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Tulisan yang tujuannya memberikan
perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar
bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut.
11
10
Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Prak tisi Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2003, Cetakan II, h. 58-59.
11
M. Atar Semi, op.cit.,h. 41.
Deskripsi bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka ruang dengan maksud untuk menghadirkan di
depan mata angan-angan pembaca segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang.
12
b. Eksposisi. Keraf menjelaskan bahwa eksposisi adalah tulisan yang
berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya.
13
Menurut Aceng Hasani dalam buku Ikhwal Menulis eksposisi adalah bentuk tulisan yang sering
digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha mempengaruhi pendapat pembaca. Melalui eksposisi pembaca
tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, setiap pembaca boleh menolak dan menerima apa yang dikemukakan oleh
penulis.
14
Sementara itu,
Meithy Djiwatampu
menilai bahwa
eksposisi adalah bacaan yang memberi informasi tentang benda, kejadian, atau ide tertentu.
15
Sehingga jenis tulisan ini dapat dengan mudah dikenali dan diingat oleh pembacanya.Hal tersebut
dikarenakan bentuk eksposisi lebih terurai dan terstruktur, apakah hanya berisi paparan karakternya saja, atau berisi uraian mengenai
urutan kejadian.Salah satu contoh tulisan eksposisi ialah Cara Membuat Tumis Ikan Mas atau Petunjuk Penggunaan suatu produk
tertentu. c.
Argumentasi. Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan atau pendapat untuk
membangun suatu kesimpulan. Argumentasi ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak
sesuatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
12
A. Widyamartaya, Seni Menuangk an Gagasan, Yogyakarta: Kanisius, 1992, Cetakan II, h. 9- 10.
13
Gorys Keraf, Ek sposisi dan Desk ripsi: Komposisi Lanjutan II, Yogyakarta: Nusa Indah dan Yayasan Kanisius, 1981, h. 6.
14
Aceng Hasani, Ik hwal Menulis, Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Press, 2005, h. 30.
15
Meithy Djiwatampu, Membaca untuk Belajar, Jakarta: Balai Pustaka, 2008, Cetakan II, h. 66.
Lebih lanjut, Paulus Tukan menjelaskan bahwa tulisan argumentasi
bertujuan untuk menyampaikan suatu pendapat,
konsepsi, atau opini kepada pembaca. Untuk meyakinkan pembaca, penulis menyertakan bukti, contoh, dan berbagai alasan yang sulit
dibantah.
16
Menurut Gorys Keraf dalam bukunyaArgumentasi dan Narasi, argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara.
17
d. Narasi. Narasi adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan
serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya kronologis dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau
rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Keraf mendefinisikan narasi sebagai jenis tulisan yang
berusaha mengisahkan kejadian-kejadian yang ingin disampaikan penulis sedemikian rupa, sehingga pembaca merasakan seolah-olah
ia sendirilah yang mengalami peristiwa itu.
18
Biasanya dalam narasi ada tokoh, sudut pandang, alur, dan setting sehingga tak heran jika narasi selalu menyajikan tulisan-
tulisan yang
bernuansa emosional
dan kedekatan
dengan pembacanya.Contoh narasi ialah cerpen, novel, biografi, sejarah,
dan memoir. e.
Persuasi. Persuasi merupakan jenis tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain. Persuasi menurut Nani Darmayanti
adalah bentuk tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang baik pembaca atau juga pendengar agar melakukan sesuatu yang
16
Paulus Tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3 untuk SMA Kelas XII, Jakarta: Yudhistira, 2006, Cetakan I, h. 52.
17
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1985, h. 3.
18
Gorys Keraf, Dik si dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, Cetakan XVII, h. 20.
dikehendaki penulis.
19
Bentuk persuasi dikenal juga sebagai propaganda yang dilakukan oleh berbagai badan, lembaga, atau
perorangan, biasanya berbentuk iklan, selebaran, baliho, dan poster.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis menulis atau tulisan itu mencakup lima, yaitu deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, dan
persuasiyang masing-masing memiliki diferensial satu sama lain. Deskripsi lebih kepada penggambaran, eksposisi lebih kepada pemaparan, argumentasi
lebih kepada alasan, narasi kepada penceritaan, dan persuasi lebih kepada ajakan.
4. Teknik Menulis
Pada saat menulis, kejelasan merupakan asas yang pertama yang harus dipenuhi.Setiap pembaca mengharapkan tulisan yang dibacanya dapat dibaca
dan dimengerti secara jelas. Karangan yang kabur, ruwet, dan gelap maksudnya akan membosankan pembaca.Oleh karena itu, sebuah tulisan
hendaknya memperhatikan teknik menulis yang mudah, sederhana, langsung, dan tepat.
a. Mudah. Tulisan haruslah mudah dimengerti pembaca, karena setiap
orang menyukai tulisan yang dapat dipahami tanpa susah payah. b.
Sederhana. Tulisan sebaiknya jelas dan tidak berlebih-lebihan dengan kalimat atau kata-kata. Semakin sederhana, semakin dapat
tulisan itu menggambarkan sesuatu secara terang dalam pikiran pembaca.
c. Langsung. Langsung berarti tulisan itu jelas tidak berbelit-belit
ketika menyampaikan pokok soalnya. d.
Tepat. Tepat intinya ialah bahwa tulisan itu jelas dapat melukiskan secara betul ide-ide yang terdapat dalam pikiran penulisnya.
19
Nani Darmayanti, Bahasa Indonesia untuk SMK Tingkat Semenjana Kelas X, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007, h. 136.
Dengan demikian, teknik menulis yang baik, yang sebaiknya dilakukan oleh para penulis ialah mudah, sederhana, langsung, dan tepat. Teknik ini
berkaitan erat
dengan pandangan
bahwa ketika
menulis hendaknya menggunakan kalimat-kalimat yang pendek, pilihan kata dan kalimat yang
sederhana, gunakan kata yang umum dikenal, hindari kata-kata yang tak perlu, dan menulislah seperti layaknya bercakap-cakap dengan pembaca sehingga
dapat terjalin komunikasi antara penulis dan pembaca.
5. Tahap-tahap Menulis
Tahap-tahap menulis menurut Minto Rahayu dalam bukunyaBahasa Indonesia di Perguruan Tinggi menyebut ada tiga, yaitu tahap prapenulisan,
tahap penulisan, dan tahap revisi.
20
a. Tahap prapenulisan. Pada tahap ini, penulis melakukan penentuan
terhadap topik
berdasarkan pengalaman
sendiri, melakukan
kegiatan-kegiatan latihan
sebelum menulis,
mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan ditulis, megidentifikasi tujuan kegiatan
menulis, dan memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan.
b. Tahap penulisan. Pada tahap ini, penulis mulai menuliskan
gagasan. Pada saat menuliskan gagasan, penulis perlu menentukan target waktu yang akan dipergunakan untuk menulis. Selama
waktu yang telah ditentukan, penulis harus terus menulis dan menulis. Jangan sekali-kali berhenti menulis untuk melakukan
koreksi, baik ejaan, pilihan kata, kalimat, maupun penataan gagasan.
Lakukan kegiatan mencurahkan gagasan dengan disiplin dan spontan.Pembuatan tulisan dapat dilakukan tahap demi tahap
sampai semua gagasan yang diinginkan tercurahkan.
20
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007, h. 137-138.
Pada tahap ini, penulis juga perlu menekankan isi daripada tata tulis.Artinya penulisan lebih ditekankan pada pencurahan
gagasan dan kelengkapan isi tulisan.Pengaturan tata tulis dan penggunaan bahasa hendaknya diabaikan kecuali yang muncul
secara spontan. c.
Tahap revisi. Pada tahap ini, penulis merevisi hal-hal yang perlu dilakukan, yaitu membetulkan kesalahan bahasa tulisan sendiri,
mulai penggunaan ejaan, pilihan kata, penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf.
Kemudian membetulkan kaidah tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran, kaidah
pengutipan, dan
kaidah-kaidah lain
yang diatur
secara teknis.Setelah itu, mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik
dari segi
sistematika, kelogisan,
ketajaman pembahasan,
kelengkapan isi. Bila perlu dapat mengurangi sebagian atau menambahkan
bagian lain hingga tulisan lengkap dan lebih mendalam.Dalam kegiatan revisi ini, Rifai menyatakan bahwa sekurang-kurangnya
ada dua tahap yang harus dilakukan.Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian.Kedua, penyuntingan bahasa dalam
tulisan agar sesui dengan sasaran.
21
Dengan demikian, tahapan penulisan meliputi tiga aktivitas pokok, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.Antara satu tahap
dengan tahap lainnya tidak terpisah-pisah melainkan satu kesatuan rangkaian yang saling mendukung demi kualitas tulisan yang lebih baik.
21
Mien A. Rifai, Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan , Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997, h. 105-106.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menulis
Tidak sedikit faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis.Namun, pada prinsipnya dapat dikategorikan dalam dua faktor, yakni faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal misalnya belum tersedia fasilitas pendukung, berupa
keterbatasan sarana untuk menulis.Misalnya ketiadaan komputer atau alat tulis yang belum terjangkau seperti di daerah terpencil di mana buku dan pensil
masih menjadi barang langka dan cukup mahal untuk medapatkannya.Namun dengan program APBN pendidikan 20, kiranya hal tersebut sudah bukan
lagi masalah. Faktor internal mencakup faktor psikologis dan faktor teknis.Yang
tergolong faktor psikologis seperti kebiasaan atau pengalaman yang dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan akan semakin
baik. Faktor lain yang tergolong faktor psikologis adalah faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis. Seseorang
akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong oleh kebutuhannya.
Sementara itu, faktor teknis meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan teknik-teknik menulis. Konsep yang berkaitan dengan teori- teori
menulis yang terbatas yang dimiliki seseorang turut berpengaruh.Faktor kedua dari faktor teknis yakni penerapan konsep. Kemampuan penerapan konsep
dipengaruhi banyak sedikitnya bahan yang akan ditulis dan pengethuan cara menuliskan bahan yang diperolehnya. Keterampilan menulis banyak kaitannya
dengan kemampuan
membaca maka
seseorang yang
ingin memiliki
kemampuan menulisnya lebih baik, dituntut untuk memiliki kemampuan membacanya lebih baik pula.
B. Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
22
Sementara itu, dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “mampu” memiliki makna ganda, yaitu 1 kuasa bisa,
sanggup melakukan sesuatu atau dapat dan 2 berada, kaya, atau mempunyai harta
berl ebih. Sedangkan “kemampuan” ialah 1 kesanggupan,
kecakapan,atau kekuatan dan 2 kekayaan.
23
Kemampuan adalah perpaduan antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktik di lapangan, termasuk peningkatan kemampuan
menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.
24
Menurut Robbins, kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.Selanjutnya totalitas
kemampuan dari seseorang individu pada hakikatnya tersusun dari dua perangkat
faktor, yakni
kemampuan intelektual
dan kemampuan
fisik.Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental.Kemampuan
fisik adalah
kemampuan yang
diperlukan untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis.
25
Menurut Livingstone seperti dikutip oleh Stoner, kemampuan atau skills itu dapat dan harus diajarkan.Karena itu dalam peningkatan sumber daya
khususnya sumber daya manusia, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan.
26
Kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya.
27
Sementara itu, Atmosudirdjo mengartikan kemampuan sebagai sesuatu hal yang perlu dimiliki oleh setiap
individu dalam suatu organisasi.Kemampuan tersebut terdiri atas tiga jenis
22
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 707.
23
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit.,h. 909.
24
Sondang P. Siagian, Manajemen Abad 21, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 15.
25
Stephen P. Robbins, Perilak u Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplik asi, Hadyana Pujaatmaka Penerjemah, Jakarta: PT Prenhalindo, 1996, h. 102.
26
J.A.F. Stoner, Efek tivitas Organisasi, Jakarta: Erlangga, 1996, h. 118.
27
J.L. Gibson, et al., Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1996, h. 126.
kemampuan abilities yaitu kemampuan sosial, kemampuan teknik, dan kemampuan manajerial.
28
Konsep kemampuan dalam kepustakaan dikenal dua terminology yang memiliki makna yang sama, yaitu ada yang memakai istilah
abilities seperti Atmosudirdjo, sedangkan yang lain seperti Terry 2001 dan Stoner memakai istilah skills.
29
Pengertian kemampuan menurut Siagian dapat ditinjau dari dua sorotan
pandangan, yaitu
kemampuan teknis
dan kemampuan
manajerial.Kemampuan teknis biasanya tercermin pada keterampilan tertentu, sedangkan kemampuan manajerial dituntut dari mereka yang menduduki
berbagai jenjang jabatan kepemimpinan organisasi.
30
Kemampuan menurut Poerwadarminta berasal dari kata mampu able yang pengertiannya dalam
bahasa Indonesia adalah cakap, dapat atau mahir.
31
Kecakapan atau kemampuan disini dapat diartikan sebagai skill.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli, dapat ditarik simpulan bahwa kemampuan merupakan kesanggupan seseorang dalam
melaksanakan tugas.
C. Cerpen
1. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek atau yang lebih popular dengan akronim cerpen, merupakan bagian dari jenis prosa.Sebuah cerpen tidak dilihat panjang
pendeknya halaman ataupun kata-kata yang dikandungnya.Cerita pendek merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan
demikian cerita pendek adalah suatu crita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan
manusia. Misalnya sebuah karangan karangan pendek tentang keadaan di warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di
warung tersebut bisa menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu
28
P. Atmosudirdjo, Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Kaunika, 1996, h. 37.
29
J.A.F. Stoner, op.cit., h. 119.
30
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h. 82.
31
Poerwadarminta, Tata Kerja Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1996, h. 57.
peristiwa, suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa seseorang atau beberapa oran di warung itu.
32
Cerpen adalah, kisahan yang memberi kesan tunggalyang dominan tentang satu tokoh,satu latar dan satu situasi dramatik; cerpen. Cerpen
harus memperlihatkan kepaduan sebagaipatokan dasarnya
33
2. Ciri-ciri Cerita Pendek
a. Bersifat fiktif
b. Panjang cerpen kurangdari 10.000 kata
c. Habis dibaca dalam sekali duduk
d. Memiliki kesan tunggal aspek kehidupan
e. Bersifat padu,padat dan intensif
f. Terdapat konflik tetapi tidak sampai menimbilkan perubahan nasib
pelaku utama g.
Hanya terdapat satu alur saja h.
Perwatakanpenokohan dilukiskan secara singkat
3. Unsur Intrinsik Cerpen
1 Alur Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita
Bagian-bagian alur: a. Tahap penyituasian atau pengantarpengenalan
Tahap pembukaan cerita atau pemberian informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
b. Tahap pemunculan konflik Tahap awal munculnya konflik. Konflik dapat berkembang pada
tahap berikutnya . Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan menegangan.
32
Widjojoko dan Endang Hidayat, teori dan sejarah sastra Indonesia, Bandung: UPI PRESS, 2007, Cet. Ke-1, h. 37
33
Abdul Rozak Zaidan, kamus istilah sastra, Jakarta:Balai Pustaka,2007, h.50
c. Tahap klimaks Konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh
cerita mencapai titik intensitas puncak yang biasanya di alami oleh tokoh- tokoh utama.
d. Tahap peleraian Penyelesaian pada klimaks , ketegangan di kendurkan , konflik-
konflik tambahan di beri jalan keluar, kemudian cerita di akhiri, disesuaikan dengan tahap akhir di atas.
e. Tahap penyelesaian Konflik sdah diatasidiselesaikan oleh tokoh. Cerita dapatdi akhiri
dengan gembira ata sedih.
2 Tokoh Tokoh adalah pelaku pada sebuah cerita. Tiap-tiap tokoh biasanya
memiliki watak , sikap, sifat dan kondisi fisik yang disebut dengan perwatakankarakter. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis tokoh
utama, antagonis lawan tokoh protagonis dan tokoh figuran tokoh pendukung cerita.
3 Penokohan perwatakankarakterisasi Pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan
akan tercermin pada pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu.
Dua metode yang digunakan: a. Metode analitik
Metode penokohan yang memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, misal, pemarah, penakut, sombong, pemalu, keras
kepala. b. Metode dramatik
Metode penokohan yang tidak langsung memaparkan atau menggambarkan sifat tokoh melalui: