a. Dapat digunakan untuk memperluas pemikiran mengenai ekonomi perencanaan regional, khususnya jika dikaitkan dengan penyusunan dan kebijkan
pembangunan daerah. b. Dapat digunakan Sebagai alat perbandingan mengenai tingkat kemajuan
pembangunan antar Daerah Wilayah maupun antar waktu di Wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN pada khususnya dan Propinsi Jawa Tengah pada
umumnya. c. Dapat digunakan sebagai alat advokasi dan juga alat evaluasi mengenai tingkat
perkembangan pembangunan daerah di Wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN pada khususnya dan Propinsi Jawa Tengah pada umumnya.
d. Dapat digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka kerja di dalam perencanaan pembangunan, sekaligus sebagai alat evaluasi mengenai
pemekaran penggabungan penghapusan suatu wilayah KabupatenKota, dan juga sebagai alat penentuan prioritas serta perhitungan alokasi dana pembiayaan
pembangunan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Paradigma Pembangunan
Pada masa lampau ukuran keberhasilan suatu pembangunan hanya dilihat dari aspek ekonominya, tanpa memperhitungkan adanya aspek-aspek non
ekonomi yang mungkin bisa mempengaruhi proses pembangunan. Seiring dengan berjalannya waktu dan munculnya berbagai tantangan serta
permasalahan yang dihadapi, paradigma mengenai pembangunan pun berubah. Meier dan Baldwin dalam Suryana 2000:3 menyebutkan bahwa pembangunan
diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan- perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa
dan lembaga-lembaga
nasional, termasuk
pula percepatanakselerasi
pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pemberantasan kemiskinan absolut. Pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau
penyesuaian sistem nasional secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial
yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yanmg serba lebih baik, secara material maupun piritual Todaro, 2000:20.
Pembangunan sebagai proses dalam jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan nasional. Dalam definisi ini terdapat dua kata kunci, yaitu proses dan
jangka panjang. Proses di sini mengandung arti adanya hubungan kausal antara berbagai aspek ekonomi dan non ekonomi. Sedang kata kunci lain yaitu jangka
panjang mengandung arti bahwa sebagai suatu proses yang melibatkan hubungan sebab akibat antara berbagai aspek ekonomi dan non ekonomi, maka
pelaksanaannya tidak mungkin terselesaikan dalam jangka pendek maupun jangka menengah, tetapi setidaknya diperkirakan akan memakan waktu paling
tidak dua sampai tiga dasawarsa. Jadi pada dasarnya, pembangunan tidak hanya menitik beratkan pada peningkatan hasil akhirnya saja, tetapi juga menyangkut
aspek-aspek apa saja selain aspek ekonomi yang kemungkinan dapt mempengaruhi proses atau bagaimana hasil akhir tersebut dapat dicapai. Karena
itulah, tuntutan untuk menciptakan pemerintahan yang baik good governance sebagai pelaksana pembangunan menjadi semakin besar.
Menyikapi hal tersebut di atas, pemerintah telah berusahah untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar dalam sistem pemerintahannya. UU
No. 221999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 251999 tentang Perimbangan Keuangan Antar Pusat dan Daerah telah mengubah paradigma
pembangunan daerah yang sekarang bersifat sentralisasi menjadi desentralisasi. Dan kedua undang-undang tersebut telah diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Demikian juga
dengan dikeluarkannya UU No. 281999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, mengindikasikan bahwa
pemerintah memang bersungguh-sungguh dalam usaha untuk mencapai suatu pemerintahan yang baik dan berwibawa good governance.
2. Pembangunan Daerah