indeks keseragaman terendah terdapat pada stasiun I yaitu sebesar 0,939. Hal ini di sebabkan pada stasiun ini penyebaran makrozoobenthos tidak merata.
Berdasarkan klasifikasi tingkat pencemaran maka dapat disimpulkan bahwa perairan di lokasi penelitian termasuk ke dalam perairan yang tercemar
ringan. Menurut Barus 2004, hlm: 125, klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks diversitas Shannon-Wienner , 2,0 tidak tercemar; 1,6-2,0 tercemar
ringan; 1,0-1,6 tercemar sedang; 1,0 tercemar beratparah, mengingat tidak selamanya suatu perairan yang tidak tercemar mempunyai keanekaragaman spesies
yang tinggi dan sebaliknya tidak selamanya perairan yang keanekaragaman spesiesnya rendah telah mengalami pencemaran yang berat.
3.5 Nilai Indeks Similaritas
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian diperoleh nilai indeks similaritas seperti pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.5 Nilai Indeks Similaritas IS atau Kesamaan di Stasiun Penelitian
STASIUN I
II III
I -
52,17 57,14
II -
50
III -
Dari Tabel 3.4 diketahui bahwa Indeks Similaritas antara stasiun I dan II sebesar 52,17, stasiun I dan III sebesar 57,14 dan stasiun II dan III 50. Stasiun
yang kemiripannya lebih besar adalah pada stasiun I dan III yaitu 57,14, hal ini menunjukkan bahwa pada kedua stasiun tersebut jenis makrozoobenthos yang di
dapatkan memiliki kesamaan tinggi. Menurut Krebs 1985, hlm: 525, indeks similaritas digunakan untuk mengetahui seberapa besar kesamaan makrozoobenthos
yang hidup di dua tempat yang berbeda. Apabila semakin besar indeks similaritasnya maka jenis makrozoobenthos yang sama pada stasiun yang berbeda semakin banyak.
Selanjutnya dijelaskan bahwa kesamaan makrozoobenths antara dua lokasi yang di bandingkan sangat ditentukan oleh kondisi faktor lingkungan yang terdapat pada
Universitas Sumatera Utara
daerah tersebut, yang paling penting diantaranya adalah kondisi substrat dasar perairan.
3.6 Parameter Abiotik
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Perairan Pulau Kampai didapatkan nilai faktor fisik kimia seperti pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.6 Rata – rata Nilai Faktor Fisik Kimia yang Diperoleh pada Setiap Stasiun Penelitian di Pulau Kampai
NO PARAMETER
SATUAN STASIUN
I II
III
1 Suhu
o
C 28
29 29,5
2 Salinitas
00
27 28
28,5 3
Penetrasi Cahaya M
1,35 1,71
2,91 4
Intensitas Cahaya Candela
485 583
496 5
pH -
7,5 7,7
7,8 6
DO Dissolved Oxygen mgl
6,5 6,1
5,6 7
BOD
5
Biochemical Oxygen Demand
mgl 2,5
3,1 3,4
8 Kejenuhan Oksigen
83,87 79,84
73,87 9
TDS mgl
385 399
404 10
TSS mgl
34 31
35 11
K. Substrat Organik 0,67
0,66 0,58
12 Substrat Dasar
- Lumpur
Pasir Pasir
Keterangan: Stasiun I = Daerah Kontrol
Stasiun II = Areal Pertambakan Stasiun III = Daerah Pemukiman
a. Suhu
Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa suhu air pada ketiga stasiun penelitian berkisar 28
C – 29,5 C, Perbedaan suhu air pada ketiga stasiun ini cukup
besar. dengan nilai suhu yang tinggi pada stasiun 3 sebesar 29,5 C yang merupakan
daerah pemukiman penduduk. suhu terendah pada stasiun I sebesar 28 C yang
merupakan daerah kontrol. Perbedaan suhu air pada setiap stasiun penelitian karena perbedaan waktu pengukuran serta kondisi cuaca saat pengukuran dilakukan, juga
sebagai perbedaan aktivitas pada masing-masing stasiun. Menurut Brehm Meijering 1990, dalam Barus 1996, hlm:4-6, pola suhu ekosistem perairan dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara di sekelilingnya dan juga faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dan
pepohonan yang tumbuh di tepi.
b. Salinitas