TDS Total Dissolved Solid Nilai Analisis Korelasi Pearson Metode Komputerisasi SPSS Ver 16.00

h. Kejenuhan Oksigen

Nilai kejenuhan oksigen yang diperoleh dari ketiga stasiun penelitian berkisar 73,87 - 83,87. Nilai kejenuhan tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 83,87 dan terendah pada stasiun III sebesar 73,87. Nilai kejenuhan oksigen yang tinggi pada stasiun I berkaitan dengan tingginya nilai DO pada stasiun tersebut. Hal ini menunjukkan defisit oksigen pada stasiun tersebut sedikit. Sumber pemasukkan O 2 yang cukup besar yang berasal dari hasil fotosintesis plankton, kerapatan vegetasi sekitar yang rimbun, dan juga oksigen yang berasal dari kontak langsung dengan udara. Nilai kejenuhan oksigen yang paling rendah yaitu sebesar 73,87 terdapat pada stasiun III, rendahnya oksigen terlarut pada stasiun ini disebabkan karena stasiun ini merupakan dearah pemukiman penduduk. Barus 2004, hlm: 60 menjelaskan bahwa kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme dan berlangsung secara aerob, oleh sebab itu jika di dalam suatu lingkungan perairan jumlah kehadiran senyawa organik tinggi, maka mikroorganisme membutuhkan oksigen dalam jumlah yang lebih banyak dan hal ini akan mengakibatkan defisit oksigen bagi lingkungan perairan tersebut.

i. TDS Total Dissolved Solid

Nilai TDS Total Dissolved Solid yang didapatkan dari ketiga stasiun berkisar 385 - 404 mgl. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 404 mgl yang merupakan daerah pemukiman penduduk , dimana daerah tersebut memiliki banyak limbah dari kegiatan domestik oleh para masyarakat setempat yang bisa menjadi senyawa- senyawa organik maupun anorganik dalam air. Djabu 1991 dalam Lestari 2008, hlm: 18 mengatakan bahwa jumlah zat padat terlarut TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik dan gas terlarut. Bila Total Dissolved Solid bertambah maka kesadaran akan naik. Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar dari pada molekul yang terlarut batasan zat tersuspensi rata-rata waktu 24 jam 20 mgl, zat yang tersuspensi ini dapat diperoleh dengan memisahkan zat terlarut melalui saringan 1 mikron. Universitas Sumatera Utara

j. TSS Total Suspended Solid

Nilai TSS Total Suspended Solid yang didapatkan dari ketiga stasiun penelitian berkisar 31-35 mgl. Dimana nilai TSS tertinggi didapat pada stasiun III sebesar 35 mgl. Dan nilai TSS terendah didapat pada stasiun II sebesar 31 mgl. Tingginya nilai TSS yang didapat pada stasiun III disebabkan oleh tingginya penetrasi cahaya pada stasiun tersebut yaitu sebesar 2,91m. Menurut Sugiharto 1987, hlm: 17 Total Suspended Solid TSS adalah jumlah berat dalam mgl kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah Mengalami penyatringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Padatan tersuspensi total atau kadang-kadang disebut residu yang tidak dapat disaring, ditetapkan dengan cara menyaring sejumlah volume air limbah melalui filter membran.

K. Kandungan Oranik Substrat

Nilai kadungan organik substrat pada stasiun penelitian berkisar antara 0,58 – 0,67 . Nilai tertinggi berada pada stasiun I sebesar 0,67, yang merupakan daerah kontrol mangrove. Tingginya kandungan organik substrat pada stasiun I disebabkan karena pada stasiun I substrat dasarnya berupa lumpur, sehingga tingginya kandungan substrat organik tergantung dari banyaknya jumlah senyawa organik yang masuk ke badan perairan, sedangkan kandungan organik yang rendah berada pada stasiun III sebesar 0,58 , yang substratnya berupa pasir. Rendahnya kandungan substrat pada stasiun tersebut disebabkan karena sedikitnya jumlah senyawa organik yang masuk kedalam badan perairan. Secara keseluruhan nilai kandungan organik substrat yang didapatkan dari ketiga stasiun penelitian tergolong sangat rendah. Hutapea 2006, hlm: 37 menjelaskan bahwa kriteria tinggi rendahnya kandungan organik substrat berdasarkan persentase sebagai berikut, jika 1 sangat rendah; 1 - 2 rendah; 2,01 - 3 sedang; 3,01 - 5 tinggi; 5,01 sangat tinggi. Universitas Sumatera Utara Substrat dasar suatu perairan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan hewan makrozoobenthos yaitu sebagai habitat hewan tersebut. Masing-masing spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat dan kandungan bahan organik substrat Barnes Mann, 1994, hlm: 13. Adanya perbedaan yang tinggi karena kondisi lingkungan yang tenang yang memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan-bahan organik dasar perairan, sedangkan sedimen yang kasar memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak dapat mengendap. Kehadiran spesies dalam suatu komunitas makrozoobenthos didukung oleh kandungan organik yang tinggi, akan tetapi belum tentu menjamin kelimpahan makrozoobenthos tersebut, karena tipe substrat ikut menentukan Welch, 1980, hlm: 57.

3.7 Nilai Analisis Korelasi Pearson Metode Komputerisasi SPSS Ver 16.00

Berdasarkan pengukuran faktor fisik kimia perairan yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian yang dikorelasikan dengan Indeks Diversitas Shannon-Wienner maka diperoleh indeks korelasi seperti pada tabel 3.6: Tabel 3.7 Nilai Korelasi Keanekaragaman Makrozoobenthos dengan Faktor Fisik Kimia Perairan Suhu Salinitas Penetrasi Intensitas pH DO BOD K. Oksigen TDS TSS K. Substrat Organik H -0,922 -0,922 -0,996 +0,105 -0,922 +0,990 -0,922 +0,995 -0,889 -0,435 +0,977 Keterangan: Nilai + = Arah Korelasi Searah Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa uji Analisis Korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia perairan berbeda tingkat Korelasinya dengan Indeks keanekaragaman Makrozoobenthos. Suhu memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi berlawanan dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana suhu suatu perairan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan oksigen terlarut dalam air, dimana suhu Universitas Sumatera Utara tinggi akan meningkatnya aktivitas respirasi organisme. Menurut Barus 2004, hlm: 48 menjelaskan bahwa berdasarkan hukum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10 o C hanya pada kisaran suhu yang masih di tolerir akan meningkatnya laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat, akibat meningkatnya laju metabolisme akan menyebabkan konsumsi oksigen akan meningkat. Salinitas memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi berlawanan dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana tinggi rendahnya salinitas pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang menghasilkan limbah sehingga berdampak pada peningkatan kadar salinitas air. Nontji 1993, hlm: 59-60, menjelaskan bahwa sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai. Perairan estuaria atau daerah sekitar kuala dapat mempunyai stuktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih berat, juga pengadukkan air sangat menentukan. Perairan dengan stratifikasi salinitas yang sangat kuat, terjadi dimana air tawar merupakan lapisan tipis di permukaan sedangkan di bawahnya terdapat air laut. Penetrasi cahaya memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi berlawanan dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana semakin rendah penetrasi cahaya maka semakin tinggi kekeruhan terjadi, sehingga akan mempengaruhi keberadaan makrozoobenthos. pH memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi berlawanan dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampasi 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun yang sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan meyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam terutama ion Aluminium Barus, 2004, hlm: 61. BOD 5 memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi berlawanan dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana aliran air Universitas Sumatera Utara berpengaruh terhadap kelarutan udara dan garam-garam dalam air sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme air khususnya makrozoobenthos. Wardhana 2004, hlm: 93 menyatakan bahwa peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. DO dan kejenuhan oksigen memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi searah dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana semakin tinggi nilai DO dan kejenuhan oksigen, tingkat keanekaragaman benthos juga tinggi. Kejenuhan oksigen berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota air termasuk makrozoobenthos, sebab semakin tinggi nilai kejenuhan oksigen mendekati 100 pada kisaran suhu tertentu berarti kandungan oksigen terlarut mendekati maksimum, dengan demikian makrozoobenthos melakukan fungsi fisiologis dan biologisnya dengan baik. Fluktuasi kadar oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan hewan air Suin, 2002, hlm: 58-59. Hewan maupun tumbuhan air memerlukan oksigen untuk proses respirasi dan kelangsungan hidupnya Soegianto, 2005, hlm: 95. Kadar organik substrat memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi searah dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana keberadaan senyawa organik akan mempengaruhi tingkat keanekaragaman makrozoobenthos, semakin tinggi nilai kandungan organik substrat maka keanekaragaman makrozoobenthos juga tinggi, tinggi rendah nilai kandungan substrat organik di pengaruhi oleh nilai BOD 5, Kehadiran spesies dalam suatu komunitas makrozoobenthos didukung oleh kandungan organik yang tinggi, akan tetapi belum tentu menjamin kelimpahan makrozoobenthos tersebut, karena tipe substrat ikut menentukan Welch, 1980, hlm: 57. TDS memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi berlawanan dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana kandungan senyawa prganik yang tinggi akan menimbulkan gangguan terhadap organisme air khususnya makrozoobenthos. Universitas Sumatera Utara BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat Keanekaragaman Makrozoobenthos di Perairan Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu kabupaten Langkat Sumatera utara dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Makrozoobenthos yang didapatkan sebanyak 19 genus terdiri dari 14 famili, 8 ordo, 3 kelas dan 2 filum. b. Pada stasiun I Makrozoobenthos yang didapatkan sebanyak 12 genus terdiri dari 9 famili, 4 ordo, 2 kelas dan 2 filum. c. Pada stasiun II Makrozoobenthos yang didapatkan sebanyak 11 genus terdiri dari 10 famili, 8 ordo, 3 kelas dan 2 filum. d. Pada stasiun III Makrozoobenthos yang didapatkan sebanyak 9 genus terdiri dari 7 famili, 5 ordo, 2 kelas dan 1 filum e. Nilai kepadatan tertinggi pada Littorina sebesar 35,80 indm 2 , 21,01 KR dan 77,77 FK Stasiun I, dan terendah pada genus Scylla sebesar 4,93 indm 2 K, 2,85 KR dan 44,44 FK Stasiun I. f. Indeks Keanekaragam H’ tertinggi pada stasiun I sebesar 2,334 dan terendah pada stasiun III sebesar 2,126. g. Indeks Keseragaman E tertinggi pada stasiun III sebesar 0,967 dan terendah pada stasiun I yaitu sebesar 0,939. h. Indeks Similaritas atau IS pada stasiun Penelitian yang mempunyai kriteria mirip adalah I dengan II, I dengan III, dan II dengan III. i. Suhu, Salinitas, Penetrasi, pH, DO, BOD, Kejenuhan Oksigen, dan TDS, berkorelasi sangat kuat terhadap keanekaragaman makrozoobenthos. Universitas Sumatera Utara

4.2 Saran