Latar Belakang Kesimpulan dan Saran 34

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lautan seperti juga danau dapat digambarkan dalam istilah zona, dan banyak persamaan di antara keduanya tapi sayangnya ada pemisahan istilah yang digunakan untuk masing-masing. Pinggiran lautan disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara, dan di daerah tropik dan subtropik, ada rawa mangrove dan gosong karang. Beberapa dari habitat ini, misalnya rawa pantai adalah sangat produktif. Lautan yang relative dangkal yang meluas kepinggiran selat benua dinamakan zona neritik. Zona oseonik terdapat diatas lembah lautan. Produktivitas primer di zona niretik dan zona oseanik bergantung pada algae planktonik yang hidup sejauh sinar matahari dapat menembusnya. Aktivitas ini mendukung kehidupan zooplankton yang pada gilirannya mendukung kehidupan organisme konsumen sekunder dan konsumen lainnya yang lebih tinggi, seperti ikan Kimbal, 1983, hlm: 977-978. Dalam ekosistem perairan tawar, pesisir, dan lautan berbagai jasad hidup biotik dan lingkungan fisik abiotik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Dua komponen ini saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi pertukaran zat energi diantara keduanya. Komponen abiotik merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan hidup organisme. Dalam ekosistem pesisir, komponen abiotik tersebut terdiri dari unsur dan senyawa organik, senyawa organik dan iklim, diantaranya adalah terhadap organisme benthos Dahuri, 2003, hlm: 64. Universitas Sumatera Utara Menurut Payne 1986, hlm: 75 benthos merupakan organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Makrozoobenthos adalah hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan makrozoobenthos lebih banyak ditemukan di perairan yang tenang lentik dari pada di perairan yang mengalir lotik. Barus 2004, hlm: 33 menjelaskan bahwa organisme yang termasuk dalam kategori benthos ada yang bersifat sesil melekat maupun vagil bergerak bebas. Berdasarkan sifat hidupnya dibedakan antara fitobenthos, yaitu organisme benthos yang bersifat tumbuhan, dan zoobenthos yaitu organisme benthos yang bersifat hewan. Kelompok ini masih dibedakan menjadi epifauna, yaitu benthos yang hidupnya di atas substrat dasar perairan, dan infauna yaitu benthos yang hidupnya terbenam di dalam substrat dasar perairan. Susunan substrat dasar penting bagi organisme yang hidup di zona dasar perairan, seperti benthos, baik pada air diam maupun pada air yang mengalir Michael, 1984, hlm: 140. Substrat dasar merupakan faktor utama yang mempengaruhi kehidupan, perkembangan dan keanekaragaman makrozoobentos Hynes, 1979, hlm: 8. Menurut Seki 1982, hlm: 56 komponen organik utama yang terdapat di dalam air adalah asam amino, protein, karbohidrat dan lemak. Komponen lain asam organik, hidrokarbon, vitamin, dan hormon juga ditemukan perairan. Hanya 10 dari materi organik tersebut yang mengendap sebagai substrat ke dasar perairan. Disamping adanya senyawa organik, substrat dasar yang berupa batu-batu pipih dan batu kerikil merupakan lingkungan hidup yang baik bagi makrozoobenthos sehingga mempunyai kepadatan dan keanekaragaman yang besar Odum, 1994, hlm: 385. Selanjutnya Koesbiono 1979, hlm: 26 mengatakan bahwa dasar perairan berupa pasir dan sedimen halus merupakan lingkungan hidup yang kurang baik untuk hewan benthos. Universitas Sumatera Utara Benthos mencakup biota menempel, merayap dan meliang di dasar laut. Kelompok biota ini hidup di dasar perairan mulai dari garis pasut sampai dasar abisal. Contoh biota menempel ialah sepon, teritip, dan tiram; biota lain adalah kepiting dan udang karang; dan biota meliang adalah jenis kerang tertentu. Selain pembagian seperti yang diterangkan sebelumnya, biota laut dibagi menurut cara makannya. Mereka yang dapat menghasilkan makanan sendiri dinamakan biota autotrof autotrophic. Termasuk di dalam ini adalah tumbuh-tumbuhan. Mereka dapat menghasilkan makanan tanpa tergantung pada biota lain dengan berfotosintesis. Mereka yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri dinamakan biota heterotrof heterotrophic, dan semua hewan adalah heterotrof Romimohtarto Juwana, 2001, hlm: 51-52. Berdasarkan siklus hidupnya benthos dibagi menjadi holobenthos, yaitu kelompok benthos yang seluruh hidupnya bersifat benthos, dan merobnethos, yaitu kelompok benthos yang hanya bersifat benthos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya. Misalnya sejenis Echinodermata yang bersifat plankton pada stadia larva dan menjadi hewan benthos setelah mencapai bentuk dewasa. Sedangkan berdasarkan ukuran tubuhnya benthos dapat dibagi menjadi makrobenthos dengan ukuran 2 mm, meiobenthos 0,2-2 mm, dan mikrobenthos 0,2 mm Barus, 2004, hlm: 33. Cummins 1975 dalam Sinambela, 1994 hlm: 29, menjelaskan bahwa hewan makrozoobenthos pada fase dewasa berukuran paling kecil 3-5 mm. organisme makrozoobenthos yang tertahan pada saringan berukuran 1,0 mm terdiri dari makrofitobenthos dan makrozoobenthos. Makrozoobenthos dapat dimasukkan kedalam jenis hewan makroinvertebrata. Taksa utama dari kelompok ini umumnya adalah insekta, chaetopoda, crustaceae, dan nematoda. Umumnya benthos yang sering dijumpai di suatu perairan adalah dari taksa crustaceae, molusca, insecta dan sebagainya. Benthos tidak saja berperan sebagai penyusun komunitas perairan tetapi juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu perairan. Beberapa alasan dalam pemilihan benthos sebagai indikator kualitas pada suatu ekosistem perairan, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Pergerakannya yang sangat terbatas lambat, sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel. b. Ukuran tubuh relatif besar sehingga mudah untuk diidentifikasi. c. Hidup di dasar perairan serta relatif diam sehinga secara terus menerus terdedah oleh kondisi air sekitarnya. d. Pendedahan yang terus-menerus mengakibatkan benthos sangat terpengaruh oleh berbagai perubahan lingkungan yang mempengaruhi kondisi air tersebut. e. Perubahan faktor-faktor lingkungan ini akan mempengaruhi keanekaragaman komunitas benthos Barus, 2004, hlm: 34-35. Banyaknya bahan pencemar dapat memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan, yaitu dapat membunuh spesies tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan spesies lain. Jika air tercemar ada kemungkinan terjadi pergeseran dari jumlah yang banyak dengan populasi yang sedang menjadi jumlah spesies yang sedikit tetapi populasinya tinggi. Oleh karena itu, penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggap sebagai suatu pencemaran Sastrawijaya, 1991, hlm: 85. Perairan Pulau Kampai memiliki luas ± 10.000 Ha, dan secara administrasi termasuk ke dalam Desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu yang berada di gugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat, propinsi Sumatera Utara. Pulau Kampai ini berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama Kabupaten Langkat yang memiliki jarak ± 5 jam dari kot a medan. Di peraiaran Pulau Kampai terdapat berbagai aktivitas manusia, antara lain: kegiatan domestikrumah tangga mandi, cuci dan kakaus, pertambakan ikan, dan pembuangan limbah industri yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberadaan benthos di dalam ekosistem perairan yang selanjutnya juga akan mempengaruhi faktor fisik kimia dan biota air lainnya. Berkaitan dengan keadaan tersebut maka dilakukan penelitian tentang ”Keanekaragaman Makrozoobenthos di Perairan Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara”. Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan