Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Makrozoobenthos

1976, hlm: 134, beberapa Mollusca dapat hidup dan berkembang dengan baik pada berbagai jenis substrat yang memiliki ketersediaan nutrisi yang berlimpah, kandungan oksigen terlarut dalam air tinggi, dan pH yang normal. Sedangkan yang paling sedikit didapatkan adalah dari filum Arthropoda dari kelas Crustaceae sebanyak 2 genus . sedikitnya jumlah genus dari filum Arthropoda dari kelas Crustaceae yang didapatkan karena kondisi perairan yang kurang mendukung bagi kehidupan genus tersebut. Menurut Kasry 1996 dalam Agus, 2008 di lokasi penelitian menunjukkan bahwa genus tersebut lebih aktif pada malam hari atau bersifat nokturnal, karena genus tersebut lebih suka membenamkan diri di perairan berlumpur ataupun berpasir sehingga penyebaran genus tersebut tidak merata. Menurut Hutchinson 1993 dalam Yeanny 2007, hlm; 39, Gastropoda merupakan hewan yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik pada berbagai jenis substrat yang memiliki ketersediaan makanan dan kehidupannya selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik kimia perairan. Menurut Handayani et al.,2000 dalam Tiorinse 2009, hlm: 62, Gastropoda merupakan organisme yang mempunyai kisaran penyebaran yang luas di substrat berbatu, berpasir maupun berlumpur tetapi organisme ini cenderung menyukai substrat dasar pasir dan sedikit berlumpur.

3.2 Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Makrozoobenthos

Berdasarkan jumlah makrozoobenthos yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian Lampiran H , maka didapatkan nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran seperti terlihat pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Nilai Kepadatan Populasi indm 2 , Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Makrozoobenthos di Setiap Stasiun Penelitian No GENUS Stasiun I Stasiun II Stasiun III K indm 2 KR FK K indm 2 KR FK K ind 2 KR FK 1 Amesodesma - - - 11,11 6,52 55,55 - - - 2 Anadara - - - - - - 6,17 6,84 22,22 Universitas Sumatera Utara 3 Anomia - - - 17,28 10,14 66,66 - - - 4 Argopecten - - - 14,81 8,69 66,66 - - - 5 Bedeva - - - - - - 9,87 10,95 44,44 6 Cerethidea 30,86 17,85 88,88 19,75 11,59 66,66 11,11 12,33 55,55 7 Cymatium 22,22 12,85 22,22 - - - 12,34 13,69 55,55 8 Hemifusus 8,64 5,00 33,33 - - - - - - 9 Litophage - - - 13,58 7,97 66,66 - - - 10 Littorina - - - 35,80 21,01 77,77 18,51 20,54 66,66 11 Murex 11,11 6,42 55,55 - - - 6,17 6,84 22,22 12 Neriita 27,16 15,71 77,77 11,11 6,52 33,33 9,87 10,95 44,44 13 Nodilitorina 13,58 7,85 44,44 - - - - - - 14 Palaemonetes 7,40 4,28 44,44 22,22 13,04 66,66 - - - 15 Pugilina 13,58 7,85 33,33 - - - - - - 16 Scylla 4,93 2,85 44,44 7,40 4,34 44,44 - - - 17 Siphonalia 9,87 5,71 55,55 9,87 5,79 44,44 8,64 9,59 55,55 18 Telescopium 8,64 5,00 44,44 7,40 4,34 44,44 7,40 8,21 44,44 19 Volema 14,81 8,57 55,55 - - - - - - ∑Taksa 12 11 9 Total 172,8 100 170,33 100 90,08 100 Keterangan: Stasiun I = Daerah Kontrol Stasiun II = Areal Pemukiman Stasiun III = Daerah Pemukiman Pada stasiun I nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang tertinggi didapatkan pada genus Cerethidea dari kelas Gastropoda sebesar 30,86 indm 2 K, 17,85 KR dan 88,88 FK. Hal ini dikarenakan kondisi Faktor - faktor perairan yang sesuai dengan pertumbuhan Cerethidea yaitu substrat dasar perairan yang berupa lumpur dengan kandungan organik substrat sebesar 0,67 yang memiliki banyak nutrisi bagi makrozoobenthos, sehingga dapat mendukung kehidupannya. Hynes 1976, hlm: 8 dalam Wargadinata 1995, hlm : 14, menyatakan bahwa Cerethidea adalah genus yang menyukai habitat yang berlumpur dan berpasir. Nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah pada stasiun I adalah pada genus Scylla sebesar 4,93 indm 2 K, 2,85 KR, dan 44,44 FK. Rendahnya nilai genus Scylla yang didapatkan karena genus ini lebih aktif pada malam hari. Pada tingkat juvenile kepiting jarang kelihatan di daerah bakau pada siang hari, karena lebih suka membenamkan diri di perairan berlumpur ataupun berpasir, Kasry, 1996 dalam Agus, 2008. Kepiting termasuk golongan hewan nocturnal, karena kepiting beraktivitas pada malam hari. Kepiting ini bergerak sepanjang malam untuk mencari pakan bahkan dalam semalam kepiting ini mampu bergerak mencapai 219 – 910 meter. Universitas Sumatera Utara Pada stasiun II nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang tertinggi didapatkan pada genus Littorina dari kelas Gastropoda dengan nilai 35,80 indm 2 K, 21,01 KR dan 77,77 FK. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi perairan yang mendukung bagi kehidupan genus tersebut, Seperti suhu perairan sebesar 29 o C, hal ini sangat sesuai untuk mendukung ketersediaan jumlah oksigen terlarut pada perairan tersebut. Pada stasiun II nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah didapatkan pada genus Scylla dan Telescopium dengan nilai yang sama untuk masing –masing genus yaitu 7,40 indm 2 K, 4,34 KR dan 44,44 FK. Hal ini karena faktor persaingan dengan genus –genus lain yang jauh lebih tinggi kepadatannya. Faktor ini tentu saja dapat menekan jumlah kepadatan makrozoobenthos yang tidak mampu bersaing dengan genus – genus lainnya. Kimbal 1999, hlm: 1038 mengatakan bahwa bila dua spesis bergantung pada pada sumber- tertentu, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut. Sumber yang paling sering diperebutkan adalah makanan. Pada stasiun III nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, dan frekuensi kehadiran yang tertinggi didapatkan pada genus Littorina dari kelas Gastropoda dengan nilai 18,51 indm 2 K, 20,54 KR, dan 66,66 FK. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi perairan yang mendukung bagi kehidupan genus tersebut. Kondisi perairan yang dangkal dengan substrat dasar yang berpasir cocok bagi kehidupan genus tersebut. Kamal 2005, hlm: 6 mengatakan bahwa Littorina merupakan spesies dominan yang menempati suatu perairan yang berpasir. Pada stasiun III nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah didapatkan pada genus Anadara dan Murex dengan nilai yang sama untuk masing – masing genus yaitu 6,17 indm 2 K, 6,84 KR dan 22,22 FK. Menurut Nontji 1993: 33, kelompok bivalvia sebagai organisme bentik umum dijumpai di perairan laut terutama di daerah pesisir pantai atau daerah intertidal. Selanjutnya Handayani et al., 2000 dalam Tiorinse 2009, hlm: 62 menjelaskan bahwa Gastropoda merupakan organisme yang mempunyai kisaran Universitas Sumatera Utara penyebaran yang luas di substrat berbatu, berpasir maupun berlumpur, tetapi organisme tersebut cenderung menyukai substrat dasar pasir dan sedikit berlumpur Dari ketiga stasiun penelitian, menunjukkan bahwa genus makrozoobenthos yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di perairan Pulau Kampai, yaitu pada genus Cerethidea. Genus tersebut dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di seluruh stasiun penelitian, karena memiliki kisaran toleransi yang luas, dan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai pH pada setiap stasiun yaitu 7,5-7,8 yang cukup tinggi. Menurut Cole 1983, adanya perbedaan nilai pH disuatu perairan disebabkan karena adanya penambahan atau kehilangan CO 2 melalui proses fotosintesis yang menyebabkan perubahan pH. Ada beberapa genus makrozoobenthos yang terdapat hanya satu stasiun penelitian, misalnya Hemifusus, Nodilittorina, Pugilina dan Volema terdapat pada satasiun I, hal ini dikarenakan pada stasiun I merupakan daerah kontrol mangrove dimana genus tersebut hanya dapat hidup pada substrat yang berlumpur. Pada Amesodesma, Anomia, Argopecten, Litophage hanya terdapat pada stasiun II, hal ini dikarenakan pada stasiun II merupakan areal pertambakan dimana areal pertambakan tersebut banyak mengandung nutrisi dari sisa-sisa pakanan ikan, sehingga dapat mendukung kehidupan genus tersebut. Menurut Nontji 1993: 33, kelompok bivalvia sebagai organisme bentik umum dijumpai di perairan laut terutama di daerah pesisir pantai atau daerah intertidal. Pada Anadara dan Bedeva terdapat pada stasiun III. Hal ini disebabkan kisaran toleransi genus tersebut sangat sempit untuk kehidupan makrozoobenthos, sehingga hanya dapat hidup pada habitat tertentu yang dapat mendukung kehidupan genus tersebut Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3 Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian. Berdasarkan nilai kepadatan relatif dan frekwensi kehadiran makrozoobenthos yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian, seperti pada tabel 3.3 maka dapat dikelompokkan makrozoobenthos yang memiliki KR 10 dan FK 25 seperti pada tabel 3.3 di bawah ini Tabel 3.3 Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian. NO GENUS Stasiun I Stasiun II Stasiun III KR FK KR FK KR FK 1 Anomia 10,14 66,66 2 Bedeva 10,95 44,44 3 Cerethidea 17,85 88,88 11,59 66,66 12,33 55,55 4 Cymatium 13,69 55,55 5 Littorina 21,01 77,77 20,54 66,66 6 Nerita 15,71 77,77 10,95 44,44 7 Palaemonetes 13,04 66,66 Jumlah Genus 2 4 5 Dari tabel 3.3 dapat dilihat bahwa genus makrozoobenthos yang memiliki KR 10 dan FK 25 pada Stasiun I terdapat 2 genus yaitu Cerethidea dan Nerita, Stasiun II terdapat 4 genus yaitu Anomia, Cerethidea, Littorina, dan Palaemonetes. Sedangkan pada Stasiun III terdapat 5 genus yaitu Bedeva, Cerethidea, Cymatium, Littorina, dan Nerita, Pada stasiun II dan III genus yang dapat hidup dengan baik pada habitatnya yakni genus Anomia, Bedeva, Cerethidea, Cymatium, Littorina, Nerita, Palaemonetes. Sedangkan genus Cerethidea, merupakan genus yang dapat hidup dan berkembang biak dengan baik di setiap lokasi penelitian. Barus 2004, hlm: 126 menjelaskan, suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai dengan perkembangan suatu organisme apabila nilai KR 10 dan FK 25 . Menurut Lock William 1981, hlm: 99, suatu individu akan dapat hidup pada habitat yang mampu menyuplai kehidupannya, jika penyuplaian akan kebutuhan kehidupannya sedikit atau minim akan berakibat spesies tersebut tidak dapat mempertahankan kehidupannya. Universitas Sumatera Utara

3.4 Nilai Indeks Keanekaragaman H’, dan Indeks Keseragaman E