Hubungan Konsep Diri Akademis dengan Gaya Kelekatan

30 1990. Konsep diri ini terus berkembang sepanjang hidup, tetapi cenderung berkembang sepanjang garis yang dibentuk pada awal masa kanak-kanak Calhoun Acocella, 1990. Ini juga ditekankan oleh Shaffer 2002 yang menjelaskan bahwa pada awal masa kanak-kanak, individu mulai membangun konsep dirinya yakni satu set keyakinan mengenai karakteristik mereka. Pada usia 8 – 11 tahun anak mulai menggambarkan dirinya berdasarkan karakternya. Mereka mulai mengurangi penekanan terhadap perilakunya dan mulai menonjolkan kemampuannya. Misalnya ”saya dapat mengerjakan dengan baik”. Mereka juga mulai menggambarkan dirinya berdasarkan sifat-sifat psikologis. Hal tersebut dimulai dari penggambaran kualitas secara umum seperti ”pintar” dan “bodoh”. Selanjutnya pada usia remaja, penggambaran diri mereka berubah. Contoh “saya tidak terlalu pintar dalam matematika”, “saya senang dengan pelajaran sejarah”.

D. Hubungan Konsep Diri Akademis dengan Gaya Kelekatan

Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan awal untuk anak selama masa SD. Pengaruh keluarga tersebut terutama didapat dari ibu karena memiliki frekuensi yang besar dalam berinteraksi dengan anak mereka meliputi merawat dan melakukan tugas rumah tangga. Apabila dalam interaksi ibu memperlakukan anak dengan cara yang responsif, konsisten, dan penuh perhatian, maka kelekatannya akan terbentuk dan berkembang dengan baik Cahyani, 1999. Kelekatan yang berkembang dengan baik menurut Helmi 1999 dapat memunculkan model mental yang positif. Piaget dalam Kaplan, 2000 menyatakan bahwa dalam belajar anak juga harus dapat melakukan representasi mental dengan sebaik-baiknya. Penyerapan, pengolahan, dan penyimpanan kesan yang terorganisasi dengan baik akan mempengaruhi kekuatan ingatan. Kesalahan penyerapan, pengolahan, dan penyimpanan kesan-kesan yang didapat dari hasil belajar akan menyebabkan kerusakan representasi mental. Oleh karena itu terjadi kerancuan skema sehingga memunculkan konsep diri yang negatif Kaplan, 2000. Universitas Sumatera Utara 31 Telah dijelaskan bahwa konsep diri akademis merupakan pandangan pandangan individu mengenai kemampuan akademis. Pandangan anak terhadap kemampuannya berhubungan dengan kepercayaan orang dewasa terhadap anak. Eccles 1993 menyatakan bahwa keyakinan siswa akan kemampuannya dipengaruhi oleh penilaian dari guru dan orangtua. Informasi yang diberikan orangtua terhadap anaknya lebih menancap daripada informasi yang diberikan orang lain Calhoun Acocella, 1990. Oleh karena itu perlu adanya interaksi yang baik antara orangtua dan anak. Interaksi yang berkualitas tidak hanya menuntut kedekatan secara fisik, tetapi juga berkaitan dengan perasaan afeksi antara orangtua dan anak Malik, 2003 yang disebut oleh Ainsworth dalam Ervika, 2005 dengan istilah kelekatan. Anak yang memiliki hubungan gaya kelekatan aman dengan orang tua membuat mereka merasa yakin akan kompetensi akademik mereka. Jacobsen Hoffman 1997 mengatakan bahwa hubungan kelekatan yang kuat dengan orang tua berhubungan dengan penerimaan yang baik terhadap kompetensi yang dimiliki. Perasaan anak tentang dirinya selama di sekolah bisa mempengaruhi perkembangan konsep dirinya terutama konsep diri akademisnya Swann, dalam Elabum Vaughan, 2001. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa anak yang memiliki gaya kelekatan aman mempunyai konsep diri akademis yang positif. Lebih lanjut dikatakan oleh Jacobsen Hoffman 1997 bahwa anak yang memiliki hubungan kelekatan cemas dan menghindar pada dasarnya mengembangkan penilaian dan harapan terhadap diri sebagai orang yang kurang percaya diri dan kurang mengetahui kompetensi yang dimilikinya sehingga dikatakan memiliki konsep diri akademis yang negatif.

E. Hipotesa Penelitian