13 Hubungan ini menjadi relevan bagi anak dalam meningkatkan motivasi dan prestasi
akademik. Anak yang memiliki hubungan gaya kelekatan aman dengan orangtua membuat mereka merasa yakin akan kompetensi akademik mereka. Mereka juga lebih positif dalam
menerima kompetensinya, sebagai wujud dari kekuatan dan keamanan hubungan kelekatan Eccles Midgley, 1990. Hal ini setara dengan Jacobsen Hoffman 1997 yang
mengatakan bahwa hubungan kelekatan yang kuat dengan orangtua berhubungan dengan penerimaan yang baik terhadap kompetensi yang dimiliki. Anak yang mampu menerima
kemampuan yang dimiliki, menurut Frey Carlock dalam Malhi, 1998, merupakan anak yang memiliki ciri konsep diri akademis yang positif. Mereka menyadari dengan baik
kekuatan dan kelemahannya, dan yakin akan kemampuannya untuk berkembang dan memperbaiki diri.
Jadi diasumsikan bahwa siswa dengan gaya kelekatan aman akan memiliki konsep diri akademis yang positif. Sedangkan siswa dengan gaya kelekatan menghindar dan cemas
cenderung memiliki konsep diri akademis yang negatif. Hal inilah yang membuat peneliti ingin melihat bagaimana konsep diri akademis ditinjau dari gaya kelekatan siswa.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan konsep diri akademis ditinjau dari gaya
kelekatan siswa.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
kajian ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan terutama yang berhubungan dengan konsep diri akademis dan gaya kelekatan.
Universitas Sumatera Utara
14 2.
Manfaat praktis Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan pada dunia pendidikan, manfaatnya
antara lain sebagai berikut: a.
Untuk pihak sekolah, diharapkan dapat menjadi masukan mengenai pentingnya konsep diri akademis pada siswa.
b. Untuk orangtua, terutama yang memiliki anak-anak, diharapkan dapat dijadikan
informasi mengenai gaya kelekatan dan konsep diri akademis yang dimiliki anak. c.
Untuk para siswa, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai konsep diri akademis yang dimiliki dalam pencapaian prestasi
belajarnya.
D. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disajikan dalam beberapa bab, sistematika sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas:
Latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Di sini digambarkan tentang berbagai tinjauan literatur mengenai konsep
diri akademis dan juga gaya kelekatan siswa.
Bab II merupakan landasan teori, yang terdiri atas:
Teori mengenai teori konsep diri akademis dan gaya kelekatan. Adapun teori yang dimaksud meliputi pengertian, perkembangan, aspek-aspek, faktor-faktor yang
mempengaruhi, serta jenis-jenisnya. Di sini juga dijelaskan hubungan konsep diri dengan gaya kelekatan siswa. Juga terdapat hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini. Bab III merupakan metodologi penelitian, yang terdiri atas:
Universitas Sumatera Utara
15 Identifikasi variabel penelitian, sampel penelitian, metode pengumpulan data,
prosedur penelitian, dan metode analisis data untuk pengujian hipotesis yang digunakan peneliti dalam penelitian. Adapun variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah konsep diri akademis, sedangkan variabel bebasnya adalah gaya kelekatan. Sampel penelitian adalah siswa SD IKAL Medan. Alat ukur yang digunakan adalah
skala, yaitu skala konsep diri akademis dan skala gaya kelekatan. Teknik analisa yang digunakan adalah Anova.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang gambaran sampel penelitian, hasil utama penelitian, dan hasil tambahan, serta pembahasan hasil penelitian sesuai dengan teori
yang berkaitan.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil-hasil penelitian yang kemudian akan dikemukakan saran-saran bagi pihak sekolah, orangtua, dan juga bagi penelitian
di masa mendatang dengan tema yang serupa.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Diri Akademis 1. Pengertian konsep diri
Cara pandang individu tentang dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena
konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi Calhoun Acocella, 1990. Konsep diri dianggap sebagai pemegang peranan kunci dalam
pengintegrasian kepribadian individu di dalam memotivasi tingkah laku serta di dalam kesehatan mental Burns,1993. Konsep diri merupakan suatu asumsi-asumsi mengenai
skema diri mengenai kualitas personal yang meliputi penampilan fisik, trait kondisi psikis, dan kadang-kadang juga berkaitan dengan tujuan dan motif utama Baron Byrne, 1994.
Pengharapan mengenai diri menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa dia cenderung akan sukses.
Sebaliknya jika individu berpikir dirinya tidak bisa maka cenderung akan gagal. Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman baik pikiran, perasaan,
persepsi dan tingkah laku individu Calhoun Acocella, 1990. Lebih lanjut Calhoun Acocella 1990 menyatakan bahwa konsep diri sebagai gambaran mental individu yang
terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan tentang diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri.
Centi 1993 mengungkapkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan mengenai bagaimana individu melihat dirinya sebagai pribadi, bagaimana
individu merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana individu menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana diharapkan. Perasaan atas diri merupakan penilaian terhadap
diri self evaluation dan harapan terhadap diri merupakan cita-cita diri self ideal.
Universitas Sumatera Utara
17 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gagasan
tentang diri sendiri yang berisikan mengenai pengetahuan, pengharapan, dan penilaian terhadap diri sendiri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman yang meliputi pikiran,
perasaan, persepsi, dan tingkah laku individu. Dapat juga dikatakan bahwa konsep diri mencakup self evaluation dan self ideal seseorang.
2. Pengertian Konsep diri akademis
Untuk membantu siswa dalam menampilkan seluruh potensi yang dimiliki, maka siswa perlu memiliki konsep diri yang positif, khususnya dalam konsep diri akademis Gage
Berliner, 1990. Konsep diri akademis dapat dikatakan sebagai konsep diri yang khusus berhubungan dengan kemampuan akademis siswa. Skaalvik 1990 merumuskan konsep diri
akademis sebagai perasaan umum individu dalam melakukan yang terbaik di sekolah dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh.
Hattie dalam Kavale Mostert, 2004 mendefinisikan konsep diri akademis sebagai penilaian individu dalam bidang akademis. Penilaian tersebut meliputi kemampuan dalam
mengikuti pelajaran dan berprestasi dalam bidang akademis, prestasi yang dicapai individu, dan aktivitas individu di sekolah atau di dalam kelas. Huit 2004 juga menjelaskan bahwa
konsep diri akademis menunjukkan seberapa baik performa individu di sekolah atau seberapa baik dirinya belajar. Menurut Byrne dalam Marsh, 2000, konsep diri akademis merupakan
salah satu komponen dalam peningkatan prestasi akademis. Marsh 2003 mengungkapkan bahwa konsep diri akademis dapat membuat individu
menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan
mengevaluasi kemampuannya. Calsyn Kenny dalam Marsh, 2003 juga menambahkan bahwa peningkatan konsep diri akademis dapat dilakukan dengan peningkatan kemampuan
akademis. Jadi konsep diri akademis memiliki hubungan timbal balik dengan kemampuan akademis siswa.
Universitas Sumatera Utara
18 Dari uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri
akademis merupakan persepsi umum individu yang mencakup sikap, perasaan, dan penilain individu terhadap kemampuan akademis yang dimiliki. Penilaian akademis yang dimaksud
merupakan kemampuan dalam mengikuti pelajaran dan berprestasi dalam bidang akademis, prestasi yang dicapai individu, aktivitas individu di sekolah atau di dalam kelas. Konsep diri
akademis juga turut mempengaruhi prestasi akademis.
3. Perkembangan konsep diri akademis
Konsep diri akademis adalah salah satu komponen konsep diri yang secara khusus berkaitan dengan masalah akademis. Jadi, seperti halnya konsep diri secara umum, konsep
diri akademis bukan merupakan sesuatu yang dibawa individu pada saat kelahirannya. Namun, bersamaan dengan kematangan yang dicapai, baik dalam kognisi, emosi, maupun
sosial, konsep diri akademis akan mulai terbentuk Deaux, 1992. Menurut Willey dalam Calhoun Acocella, 1990, dalam perkembangan konsep
diri, yang menjadi sumber pokok perkembangan konsep diri akademis adalah interaksi individu dengan orang lain. Baldwin . Holmes dalam Calhoun Acocella, 1990 konsep
diri adalah hasil belajar individu melalui hubungan dengan orang lain. Yang dimaksud dengan ”orang lain” menurut Calhoun Acocella 1990 adalah:
a. Orang tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami seseorang dan yang paling kuat. Informasi yang diberikan orang tua kepada anaknya lebih menancap daripada
informasi yang doberikan orang lain dan berlangsung terus sampai dewasa. Coopersmith dalam Calhoun Acocella, 1990 mengutarakan bahwa anak-anak yang tidak
mempunyai orang tua atau anak yang disia-siakan, akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan informasi tentang dirinya sendiri sehingga menjadi penyebab utama anak
menjadi berkonsep diri negatif.
Universitas Sumatera Utara
19 b.
Kawan sebaya Peran yang diukir dalam kelompok sebaya sangat berpengaruh terhadap pandangan
individu mengenai dirinya sendiri. c.
Masyarakat. Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang didapat seorang anak, seperti siapa
bapaknya, ras, agama, dan lain-lain.
4. Aspek-aspek konsep diri akademis
Frey Carlock dalam Malhi, 1998 mengungkapkan bahwa aspek-aspek konsep diri tidak berbeda dengan konsep diri, yaitu adanya pengetahuan, harapan, dan penilaian individu
mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengetahuan
Pengetahuan meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademis, individu dapat saja memiliki pikiran-pikiran mengenai
kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai, dan sebagainya Frey Carlock dalam Malhi, 1998. Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu
kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang dimasukkannya ke dalam potret diri mentalnya. Akhirnya dalam membandingkan dirinya dengan anggota
kelompok, individu menjuluki dirinya dengan orang lain.
b. Harapan
Ketika individu mempunyai satu set pandangan lain, yaitu tentang siapa dirinya, ia juga mempunyai satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan ia akan menjadi apa di
masa depan. Frey Carlock dalam Malhi, 1998 menyatakan bahwa individu memiliki harapan mengenai kemampuan akademis yang dimiliki seperti halnya harapan terhadap
Universitas Sumatera Utara
20 dirinya secara keseluruhan. Harapan atau tujuan individu, tentunya akan membangkitkan
kekuatan yang mendorong dirinya untuk mengembanngkan kemampuannya tersebut. c.
Penilaian individu Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Menurut Frey
Carlock dalam Malhi, 1998 bersamaan dengan penilaian ini, misalnya saya lamban, tidak menarik, kikuk, cerdas, dan sebagainya, akan timbul perasaan-perasaan dalam diri individu
terhadap dirinya sendiri. Hasil pengukuran ini disebut dengan harga diri. Jika dihubungkan dengan bidang akademisnya, menurut Marsh 2003, hal ini berarti seberapa besar individu
menyukai kemampuan akademisnya.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri akademis
Menurut Marsh 1993, ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri akademis, yaitu:
a. Faktor eksternal, yang meliputi:
1 Lingkungan keluarga; Marsh 1993 menyatakan bahwa ada kaitan yang
positif antara keyakinan orangtua dan keyakinan anak terhadap kemampuannya. Hubungan ini meningkat selama masa sekolah dasar.
2 Iklim kelas; menurut Hoge dalam Graham, 2002, konsep diri akademis yang
positif lebih ditemukan pada siswa-siswa yang menekankan kerjasama dan saling tergantung di antara mereka dibandingkan dengan siswa-siswa dalam kelas yang
menekankan kompetisi. 3
Guru; Dorongan dari guru dan pemberian otonomi yang lebih besar terhadap siswa berhubungan dengan konsep diri akademis yang lebih positif Graham, 2002.
4 Teman sebaya; Pandangan individu mengenai kemampuannya juga didapat
dari pengaruh teman sebaya Huitt, 2004. 5
Kurikulum
Universitas Sumatera Utara
21 b.
Faktor internal, yang meliputi keyakinan, kompetensi personal, dan keberhasilan personal. Dalam penelitian Burnett, dkk 1998 ditemukan bahwa prestasi yang baik
akan menumbuhkan keyakinan pada individu akan kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan konsep diri akademis.
6. Jenis-jenis konsep diri akademis
Frey Carlock dalam Malhi, 1998 menyatakan konsep diri akademis terbagi atas konsep diri akademis positif dan konsep diri akademis negatif. Siswa yang memiliki konsep
diri akademis yang positif akan membawa perasaan nyaman bagi siswa dalam menjalankan tugas belajarnya. Untuk siswa dengan konsep diri akademis negatif memiliki kecenderungan
yang lebih besar dalam berbuat kecurangan dalam tes daripada siswa dengan konsep diri akademis positif. Ini dikarenakan siswa yang memiliki konsep diri akademis positif
umumnya cukup mampu menerima dirinya apa adanya. Mereka menyadari dengan baik kekuatan dan kelemahannya untuk berkembang dan memperbaiki diri.
7. Pentingnya konsep diri akademis
Marsh 2003 menyatakan bahwa konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya
konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagai mana, individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya. Berdasarkan competence motivation theory yang
dikemukakan oleh Harter dalam Wong, 2002, dukungan yang diperoleh siswa dan penerimaan terhadap kompetensi siswa berkontribusi secara signifikan dalam setiap
performansi. Lebih lanjut dikatakan bahwa pentingnya untuk mempersiapkan siswa dengan lingkungan di mana kompetensi mereka dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Jadi,
siswa yang percaya bahwa mereka ”bisa” akan berusaha keras menjadi lebih baik dan memungkinkan untuk mencapai nilai yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
22 Naurah 2008 juga menjelaskan bahwa konsep diri yang positif akan membuat siswa
mampu untuk menggunakan segala potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dengan jalan mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, mengadakan hubungan baik dengan
teman sekelasnya yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Sebaliknya, konsep diri yang negatif tidak akan membuat siswa menggunakan potensi dan kemampuannya dengan
optimal karena mereka tidak memahami segala potensinya sehingga menimbulkan sifat mengganggu teman, memperolok-olokkan guru dan sengaja mencari perhatian yang dapat
menyebabkan proses belajar mengajar terganggu.
B. Gaya Kelekatan 1. Pengertian gaya kelekatan