nasional, atau bahkan sampai skala internasional. Kendala umum yang dihadapi untuk dapat mengembangkan potensi tersebut adalah sulitnya
menumbuhkan minat para investor baik lokal maupun internasional untuk menanamkan investasi di kabupaten garut yang infrastrukturnya terlihat
masih sangat minim.
Kebijakan:
a. Meningkatkan akses dan distribusi perdagangan. b. Meningkatnya Sistem Perdagangan.
Strategi:
a. Mengupayakan ketersediaan dan keamanan komoditas perdagangan yang memadai.
b. Revitalisasi pasar tradisional.
Program Kerja:
a. Perlindungan konsumen dan Pengamanan Perdagangan. b. Peningkatan effisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
c. Peningkatan dan pengembangan ekspor. d. Pembinaan pedagang kakilima dan asongan.
e. Pengembangan SDM aparatur perdagangan. f. Pengembangan Sistem Perdagangan Dalam Negeri.
9. Urusan Koperasi dan UKM
Pemerintah Kabupaten
Garut senantiasa
memperhatikan keberadaan koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah UKM dalam
rangka mewujudkan misi meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, beberapa sasaran pelaksanaan pembangunan daerah yang
telah dicapai sampai dengan tahun 2009 diantaranya meningkatnya indeks daya beli menjadi 64,52 poin dari sasaran sebesar 61 poin;
meningkatnya kontribusi peran koperasi, usaha mikro kecil dan menengah
serta Baitul
Mal Wat
Tamwil terhadap
PDRB; terselenggaranya pengembangan dan penguatan koperasi, usaha mikro,
kecil dan menengah, badan usaha milik daerah dan lembaga keuangan daerah; serta berkembangnya usaha kepariwisataan.
Berkenaan dengan perkembangan usaha kecil menengah, jumlah UKM mengalami peningkatan 3,9, yakni dari 12.277 unit pada tahun
2008 menjadi 12.768 unit. Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap oleh kegiatan UKM pada tahun 2009 sebanyak 32.736 orang, meningkat
sebesar 11,4 dari tahun 2008 sebanyak 29.386 orang. Sementara itu keberhasilan pembangunan BMT yang dicapai pada
tahun 2009 berjumlah 68 unit meningkat sebesar 6,25 bila dibandingkan tahun 2008 berjumlah 64 unit. Disamping itu, kemampuan
modal BMT meningkat sebesar 2,68, volume usaha meningkat sebesar 9,6, serta sisa hasil usaha SHU mengalami peningkatan sebesar
5,7. Keberhasilan pembangunan perkoperasian yang telah dicapai pada
tahun 2009 antara lain dapat dilihat dari peningkatan jumlah koperasi sebesar 2,59 mencapai 1.225 unit dari tahun 2008 sebanyak 1.194 unit,
dengan jumlah anggota sebanyak 230.446 orang. Jumlah modal usaha mengalami kenaikan sebesar 12,47; volume usaha meningkat 11,55;
serta jumlah sisa hasil usaha SHU naik 27,01.
Berkat dorongan dan motivasi serta berbagai kebijakan dalam pembinaan dan pengembangan KUMKM, beberapa prestasi yang telah
diraih pada tahun 2009 diantaranya Penghargaan Koperasi Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat diraih oleh Koperasi Bina Usaha SMKN I
Garut. Disamping itu KUMKM di Kabupaten Garut telah mendapat kepercayaan untuk dijadikan tempat magang, praktek lapangan studi
banding oleh KUMKM lainnya baik lokal, regional dan nasional. KUMKM dimaksud diantaranya: KUD Mandiri Bayongbong, KUD Mandiri
Cisurupan, KPGS Cikajang, Primkopti, KSP Raharja, KPRI Sasakadana, Kopkar Telkom, Kopkar Dodol Picnic, PD. Dodol Pusaka, Sentra
Penyamakan dan kerajinan kulit Garut. Dalam rangka mengembangkan usaha berskala kecil dan
menengah selama tahun 2009, pemerintah Kabupaten Garut telah melakukan berbagai upaya, diantaranya melalui promosi, pembinaan
kelembagaan, pengembangan usaha daerah, dan program penyertaan modal pemerintah.
Kebijakan:
a. Meningkatkan peran
KUMKM dalam
perekonomian daerah,
khususnya yang berbasis agribisnis agroindustri, kelautan dan pariwisata.
Strategi:
a. Menguatkan kelembagaan usaha, kapasitas SDM, sistem pembiayaan dan peluang pasar KUMKM.
Program Kerja:
a. Penciptaan iklim usaha- usaha KUMKM yang kondusif. b. Pengembangan kewirausahaan, dan keunggulan kompetitif KUMKM.
c. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi KUMKM. d. Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.
e. Pembinaan dan pengembangan BUMD dan Lembaga Keuangan Non- Perbankan.
10. Urusan Penanaman Modal