c.  Peningkatan Penerapan Teknologi PertanianPerkebunan. d. Peningkatan Pemasaran Hasil  Produksi PertanianPerkebunan.
e. Peningkatan Produksi Pertanian Perkebunan. f.  Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
g. Pengembangan Agribisnis Usulan. h. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.
i.  Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan. j.  Peningkatan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular.
k.  Penyidikan dan Pemetaan Sebaran Penyakit Hewan Menular. l.  Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit menular.
m. Pembangunan sarana prasarana pasar produksi hasil peternakan n. Pengembangan Kemitraan.
2. Urusan Ketahanan Pangan
Ketersediaan  bahan  pokok  untuk  dikonsumsi  oleh  masyarakat Kabupaten  Garut  pada  tahun  2009  secara  umum  mengalami  surplus
seperti  beras  surplus  sebanyak  77,81  kgkapitatahun,  jagung  sebanyak 487,02  kgkapitatahun,  umbi-umbian  sebanyak  34,48  kgkapitatahun,
buah-buahan  mengalami  surplus  sebanyak  106,78  kgkapitatahun, kacang-kacangan  65,20    kgkapitatahun,  sayuran  mengalami  surplus
sebesar  362,77  kgkapitatahun  dan  buah-buahan  mengalami  surplus 106,78  kgkapitatahun.  Sementara  itu,  untuk  pencapaian  konsumsi
ternak  selama  tahun  2009  masing-masing  menunjukkan  peningkatan yang  cukup  signifikan  bila  dibandingkan  tahun  2008,  yakni  konsumsi
daging  mencapai 31,6,  telur  51,9  dan  susu  1,8.  Namun  jika dilihat
dari  tingkat  konsumsi  perkapitatahun,  dibandingkan  dengan  norma  gizi, angka pencapaiannya masih rendah.
Ketersediaan  bahan  pangan  untuk  konsumsi  yang  cukup  tersebut, baik  secara  kuantitas  maupun  secara  kualitas  memberikan  dampak
positif  terhadap  berbagai  faktor  pembangunan,  yaitu  terhadap kemudahan distribusi dalam menjamin efisiensi, daya dorong tumbuhnya
sektor  lain,  tingkat  kesehatan  masyarakat,  dan  akan  terhindarnya  dari kerawanan  pangan  di  suatu  daerah  akibat  kelangkaan  bahan  pangan.
Namun  demikian  surplus  ketersediaan  pangan  tersebut  tentunya  harus bersinergi dengan upaya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat.
Kondisi  ini  akan  merupakan  faktor  yang  fundamental  dalam
pembangunan daerah. Kebijakan:
a. Meningkatkan    pembangunan  sistem  ketahanan  pangan  dan pengembangan penyuluhan pertanian.
Strategi:
a.  Pemberdayaan  masyarakat  dalam  pembangunan  ketahanan  pangan dan Pengembangan Penyuluhan Pertanian.
Program Kerja:
a.  Peningkatan Ketahanan Pangan.
3. Urusan Kehutanan
Berkenaan  dengan  pembinaan  hutan,  produksi  hutan  dan pengelolaan  lingkungan,  baik  di  dalam  maupun  di  luar  kawasan  hutan,
mencapai hasil berupa produksi hutan rakyat pada tahun 2009 sebanyak
38.580,95  meter  kubik  meningkat  dari    tahun  2008  sebanyak  17.796,33 meter kubik.  Selain itu dilaksanakan rehabilitasi hutan produksi di 9 BKPH
seluas  112,10  hektar.  Kebijakan  hutan  kemasyarakatan  social  forestry dalam  bentuk  sistem  pengelolaan  hutan  bersama  masyarakat  PHBM
pada  tahun  2009  dilaksanakan  pengembangan  di  sembilan  desa  pada lima
kecamatan, dengan
komoditas tanaman
kopi. Adapun
pengembangan aneka usaha kehutanan berupa sutera alam, jamur kayu, lebah madu, anyaman, burung walet dan meubeler. Keberhasilan kegiatan
rehabilitasi  lahan  kritis  menjadi  seluas  31.554  hektar  tidak  terlepas  dari pembinaan  kelembagaan  dan  pemberdayaan  masyarakat  dalam
penanggulangannya.
Kebijakan:
a.  Meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil kehutanan.
Strategi:
a.  Meningkatkan peran dan kemampuan usaha petani. b.  Mengembangkan aneka usaha non kayu sekitar hutan.
Program Kerja:
a.  Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. b.  Program Pembinaan dan penertiban Industri Hasil Hutan.
4. Urusan Kebudayaan Kebijakan: