Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Kerangka Konseptual Jenis Penelitian

kejenuhan dalam melayani pasien hemodialisa, terkadang sesekali perawat mengalami rasa tegang dan cemas. Ilyas 2004 mengatakan beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan keletihan,kelelahan Berdasarkan fenomena yang ada untuk itu maka dibutuhkan penelitian untuk menganalisa beban kerja perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu bagaimanakah pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.

1.4 Hipotesis

a. Ada pengaruh faktor internal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa rumah sakit umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015. b. Ada pengaruh faktor ekternal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa rumah sakit umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015. Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan, khusunya penambahan jumlah perawat ruang hemodialisa. 2. Sebagai bahan masukan untuk kajian lebih lanjut bagi mahasiswa FKM USU tentang analisa beban kerja perawat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. 3. Untuk melatih dan menguji serta kemampuan berfikir penulis didalam penulisan karya ilmiah dengan menggunakan teori-teori yang ada. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja 2.1.1 Pengertian Beban Kerja Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari- hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Prihartono dan Purwondoko 2006 mengartikan beban kerja lebih merujuk pada seberapa tinggi persentase penggunaan waktu kerja produktif dan non produktif yang dilakukan karyawan jam kerjanya dengan tetap memperhitungkan kelonggaran karyawan. Beban yang timbul ini sebagai dampak dari dikenakannya pekerjaan adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan pada seseorang pemegang jabatan dalam wujud ukuran-ukuran pemakaian waktu kerja dan tingkat beban psiko- fisik. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, Universitas Sumatera Utara mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya Manuaba, 2000. Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu yang tertentu Munandar, 2001. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Mereka mungkin ada yang lebih cocok dengan beban kerja fisik, mental atau sosial, namun sebagai persamaan, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu sesuai dengan kapasitas sewajarnya. Beban kerja yang semakin besar menyebabkan waktu seseorang dapat bekerja tanpa mengalami kelelahan atau gangguan semakin pendek. Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja. Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dari kepuasan kerja Groenewegen dan Hutten, 1991. Gillies 1996 mengatakan bahwa untuk menentukkan beban kerja tenaga keperawatan, setidaknya ada empat yang harus diketahui: Universitas Sumatera Utara 1 Jumlah Pasien Yang Masuk Pelayanan di rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa atau pasien. Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan di sebuah rumah sakit, ditentukan juga oleh jumlah pasien yang datang sebagai pengguna. Sehingga perhitungan kebutuhan tenaga yang akan diperlukan, senantiasa berdasarkan jumlah pasien. Tenaga keperawatan, dimana merupakan sumber data manusia terbanyak yang berada di rumah sakit terlebih di ruang rawat inap, dan jumlah pasien yang dirawat dihitung berdasarkan Bed Occupancy Rate BOR baik dihitung harian, bulanan bahkan tahunan. Perhitungan ini dapat dilakukan di masing-masing ruangan dan ada juga perhitungan secara keseluruhan rumah sakit itu sendiri. Ilyas 2004 menunjukkan bahwa untuk melayani pasien dan berapa lama waktu untuk menyelesaikan tugas dapat diketahui berdasarkan banyaknya jumlah pasien. Jumlah ini akan menentukan besarnya beban kerja perawat. Beban kerja tersebut dapat dihitung yaitu waktu kumulatif per hari yang dibutuhkan perawat untuk sejumlah pelayanan. 2 Kondisi Pasien Beban kerja seorang perawat dapat pula ditentukan oleh tingkat ketergantungan pasien. Edwaston dalam Gillies 1996 pengelompokkan pasien berdasarkan kebutuhan keperawatan klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantungan pasien ini dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungan pada perawat atau lama waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan Universitas Sumatera Utara keperawatan sesuai kebutuhan pasien. Tujuan pengelompokkan ini dijadikan sebagai informasi perkiraan beban kerja perawat. Klasifikasi ketergantungan pasien dapat dilihat melalui observasi terhadap pasien melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam periode waktu tertentu selama perawatan, seperti: makan, minum, kebersihan diri, eliminasi, aktivitas, perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan. 3 Jenis Kegiatan atau Tindakan Keperawatan Beban kerja seorang perawat dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukannya. Menurut Gillies 1996 dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 bentuk jenis kegiatan yang dilakukannya yaitu: a. Kegiatan perawatan langsung Merupakan aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologi dan spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus dan memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen. b. Kegiatan perawatan tidak langsung Merupakan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dan ini merupakan kegiatan persiapan untuk melengkapi tindakan keperawatan langsung. Kegiatan yang dimaksud antara lain administrasi pasien, Universitas Sumatera Utara menyiapkan obat-obatan, menyiapkan alat, melakukan kordinasi dan konsultasi demi kepentingan pasien, dan kegiatan kurir yang berkaitan dengan kepentingan pasien, kegiatan pengembangan keperawatan misalnya membaca buku keperawatan, diskusi antar sesama perawat atau dengan atasan maupun tim kesehatan lain terhadap pekembangan dan kondisi pasien, kegiatan pengembangan organisasi rumah sakit seperti pertemuan dengan pimpinan rumah sakit. c. Kegiatan non keperawatan Kegiatan ini non produktif antara lain: istirahat, menonton televisi, tidur, menerima dan menelepon untuk urusan pribadi, membaca koran dan majalah, menerima tamu pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat dari waktu kerja selesai. Serta kegiatan pribadi, terkait aktivitas sehari-hari semisal makan, minum kekamar mandi, ganti pakaian dan sembahyang. 4 Rata-rata waktu untuk melaksanakan tindakan keperawatan. Lamanya hari perawatan dan masing-masing tindakan keperawatan akan mempengaruhi beban kerja perawat. Semakin lama seorang pasien di rawat, itu berarti akan makin banyak diperlukan tindakan keperawatan, maka berdampak pada beban kerja perawat semakin meningkat. Tindakan keperawatan yang akan dilakukan, diperlukan lama waktu yang bervariasi atau berbeda antara masing-masing pasien tergantung kondisi dari pasien itu sendiri. Contoh tindakan observasi untuk pasien dengan pemasangan infus, pasien dengan pemasangan infus dikarenakan Universitas Sumatera Utara kekurangan cairan, sehingga waktu observasi yang dibutuhkan juga akan berbeda, dengan demikian mempengaruhi beban kerja perawat. Menurut Ilyas 2004, Pada penelitian beban kerja obyektif dapat dikelompokkan kegiatan personel, yaitu: 1. Kegiatan Langsung, yaitu kegiatan pokok pelayanan keperawatan kepada pasien secara langsung seperti observasi pasien, memberi suntikan, dan lain-lain. 2. Kegiatan Tidak Langsung, yaitu kegiatan penunjang pelayanan keperawatan, seperti mengisi papan status, memberikan ruangan, meliputi kasa, sterilisasi alat kesehatan dan mengikuti latihan. 3. Kegiatan Adminsitrasi, yaitu kegiatan administrasi keperawatan seperti pendataan pasien baru, membuat inventarisasi obat dan alat kesehatan, membuat laporan dinas, dan lain-lain. 4. Kegiatan Pribadi, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan dan keperluan pribadi seperti shalat, mandi, menelepon keluarga. 5. Sela Waktu, yaitu waktu-waktu luang diantara 2 kegiatan ataupun pada saat responden tidak melakukan kegaitan lain, seperti duduk, bercakap-cakap, beristirahat. Dari 5 kegiatan tersebut dikelompokkan menjadi kegiatan produksi yang meliputi kegiatan langsung, kegiatan administrasi dan kegiatan lain-lain kemudian kelompok kegiatan non produktif, yaitu kegiatan pribadi dan sela waktu. Untuk mengukur beban kerja dilihat dari jumlah waktu yang digunakan untuk kegiatan produktif Universitas Sumatera Utara dibagi dengan jumlah waktu kerja keseluruhan dalam satu shift. Beban kerja dikatakan tinggi bila proporsi mencapai 80 atau lebih dari keseluruhan waktu kerja Ilyas, 2004.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Manuaba 2000 menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti : 1. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan. 2. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang. 3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis. b. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat Universitas Sumatera Utara dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatik jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, faktor psikis motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan. Menurut Nursalam 2011 beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat antara lain: 1. Jumlah pasien yang dirawat setiap haribulantahun di unit tersebut 2. Kondisi dan tingkat ketergantungan pasien 3. Rata-rata hari keperawatan 4. Pengukuran keperawatan langsung, keperawatan tidak langsung dan pendidikan kesehatan. 5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien. 6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan. Menurut Prihartono Purwandoko 2006 permasalahan internal suatu perusahaan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pembebanan kerja disebabkan, antara lain: 1. Tidak jelasnya tujuan dan strategi perusahaan bagi anggota organisasiperusahaan 2. Belum dijalankannya sistem kerja individu SKI 3. Ketidaktepatan dalam pemilihan struktur organisasi 4. Tidak memadainya kapabilitas sumber daya manusia perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugas perusahaan 5. Kurangnya trust diantara atasan dan bawahan serta antar unit kerja Universitas Sumatera Utara 6. Sarana dan fasilitas baik jumlah dan kualitasnya tidak memenuhi tuntutan tugas pekerjaan. 7. Tidak adanya SOP atau tidak memadainya SOP perusahaan

2.1.3 Dampak Beban Kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Hal ini didukung oleh penelitian Suciari 2006 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar. Persentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari pramu kamar dengan kategori beban kerja sekali mencapai 100, sedangkan beban kerja kategori berat mencapai 79 dan beban kerja sedang 30. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja Manuaba, 2000.

2.1.4 Penilaian Beban Kerja

Universitas Sumatera Utara Ketika melakukan suatu pekerjaan atau bekerja kita memerlukan energi yang berasal dari hasil pembakaran. Energi yang diperlukan semakin besar seiring dengan semakin berat jenis pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu jumlah oksigen dan kalori yang digunakan oleh tubuh saat bekerja, timbulnya panas dari tubuh sejalan dengan kenaikan suhu tubuh serta kecepatan penguapan lewat keringat juga merupakan indikator beban kerja fisiologis, namun indikator ini masih dipengaruhi pula oleh keadaan cuaca kerja. Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat sering terapar zat berbahaya yang mempengaruhi kesehatan dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya. Perhitungan beban kerja dapat dilakukan melalui observasi langsung terhadap pekerjaan yang dilakukan. Simamora 2006 teknik analisis beban kerja workload analysis memerlukan penggunaan pedoman penyusunan staf, standar dalam upaya mengidentifikasi kebutuhan sumber daya manusia. Ilyas 2004 mengatakan bahwa Universitas Sumatera Utara beban kerja dapat dihitung secara sederhana dengan menanyakan langsung kepada petugas yang bertugas tentang beban kerja yang dilaksanakan. WISN adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban kerja pekerjaan nyata. Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan professional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan Depkes, 2004. Metode ini dapat diterapkan pada semua kategori tenaga, baik medis, paramedis, maupun non medis. Menurut Ilyas 2004, beban kerja dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan perawat pada waktu kerja baik kegiatan langsung, tidak langsung dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. Sumber daya manusia yang tersedia berkaitan erat dengan beban kerja. Keunggulan metode WISN menurut Depkes antara lain: 1. Mudah dilaksanakan karena menggunakan data yang dikumpulkan atau didapat dari laporan kegiatan rutin masing-masing unit pelayanan. 2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer kesehatan disemua tingkatan dapat memasukkannya ke dalam perencanaan kesehatan. 3. Hasil perhitungannya dapat segera diketahui sehingga dapat segera dimanfaatkan hasil perhitungan tersebut oleh manajer kesehatan disemua tingkatan dalam mengambil kebijakan atau keputusan Universitas Sumatera Utara 4. Metode perhitungan ini dapat digunakan bagi berbagai jenis ketenagaan, termasuk tenaga non kesehatan 5. Hasil perhitungannya realistis, sehingga memberikan kemudahan dalam menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber daya lainnya Kelemahan metode WISN diantaranya: Input data yang diperlukan bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi kegiatan rutin satuan kerja atau institusi di mana tenaga yang dihitung berkerja, maka kelengkapan pencatatan data dan kerapihan penyimpanan data mutlak harus dilakukan dalam mendapatkan keakuratan hasil perhitungan jumlah tenaga secara maksimal. Menurut Shipp 1998, langkah perhitungan tenaga berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu: 1. Menetapkan waktu kerja tersedia Tujuannya adalah agar diperoleh waktu kerja efektif selama satu tahun untuk masing-masing kategori SDM yang bekerja di suatu unit atau institusi Rumah Sakit. Rumusnya adalah Keterangan: Waktu Kerja Tersedia= A-{B+C+D+E} x F Universitas Sumatera Utara A= hari kerja jumlah hari kerjaminggu B= cuti tahunan C= pendidikan dan pelatihan D= hari libur nasional E= ketidakhadiran kerja sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran kerja selama kurun waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan atau tanpa alasan F= waktu kerja waktu kerja dalam satu hari 2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung Tujuannya adalah diperoleh unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar Rumah Sakit. Informasi yang diperlukan didapatkan dari: a. Data pegawai yang bekerja pada tiap unit kerja di rumah sakit b. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan jabatan fungsional SDM Kesehatan c. Standar Profesi, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur SOP pada tiap unit kerja Rumah Sakit 3. Menyusun standar beban kerja Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya waktu rata-rata dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh unit masing-masing. Universitas Sumatera Utara Rumusnya adalah Data yang diperlukan antara lain: a. Waktu yang tersedia b. Bagan struktur organisasi c. Kegiatan pokok d. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok e. Standar profesi f. Menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan 4. Menyusun standar kelonggaran Tujuannya adalah untuk diperoleh faktor-faktor kelonggaran setiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokokpelayanan. Penyusunan standar kelonggaran dapat dilakukan melalui pengamatan dan wawancara tentang: a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terlibat langsung dengan pelayanan kepada pasien b. Frekuensi tiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu dan bulan c. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk meyelesaikan kegiatan Standar Beban Kerja= Standar Kelonggaran= Universitas Sumatera Utara 5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja Tujuannya adalah agar diperoleh jumlah dan jenis kategori SDM yang dibutuhkannya untuk menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan selama kurun waktu satu tahun Depkes, 2004 Rumus perhitungan kebutuhan tenaga yaitu: Data yang diperlukan: a. Waktu yang tersedia b. Standar beban kerja c. Standar kelonggaran d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama 1 tahun Metode yang paling akurat untuk peramalan jangka pendek adalah dengan menggunakan informasi mengenai beban kerja work load yang sesungguhnya berdasarkan analisisi pekerjaan terhadap beban kerja yang perlu disesuaikan. Teknik analisis beban kerja work load analysis ini memerlukan penggunaan rasio atau pedoman penyusunan staf standar untuk menentukan kebutuhan personalia Simamora, 1992.

2.2 Perawat

Nursalam 2007, mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan Kebutuhan Tenaga= + Standar Kelonggaran Universitas Sumatera Utara yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberian dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia. Tenaga perawat merupakan tenaga yang relatif besar dirumah sakit dan paling banyak berinteraksi dengan pasien maupun keluarganya. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu fungsi independen dan dependen. Kegiatan yang dependen berat dalam melaksanakan kegiatannya perawat berhubungan dengan profesi lainnya seperti menyuntik, memasang infus dan lain- lain. Sedangkan kegiatan independen adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh perawat tanpa tergantung dengan profesi lainnya, misalnya melaksanakan prosedur dan teknik perawatan pasien.

2.2.1 Perawat Hemodialisa

Perawat instalasi hemodialisa adalah perawat yang memiliki kompetensi untuk merawat pasien hemodialisa dibawah pengawasan dokter. Dalam menjalankan tugasnya, perawat instalasi hemodialisa memiliki asuhan keperawatan, yaitu: Haryati, 2010 1. Anamnesa a. Biodata pasien dan penanggung jawaban pasien Universitas Sumatera Utara b. Riwayat keperawatan berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya serta riwayat penyakit keluarga 2. Pemeriksaan fisik berupa aktifitasfrekuensi istirahat, sirkulasi, eliminasi, nutrisicairan, neurosensori, nyerirasa nyaman, respirasi, keamanan, seksual dan pemeriksaan fisik head to foot 3. Pengkajian psikososio spiritual yang mencakup integritas, interaksi sosial dan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan penatalaksaannya 4. Pengkajian hasil diagnostik

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen Berdasarkan kerangka konsep diatas variable independen yaitu faktor internal Faktor Somatis dan Faktor Psikis dan faktor eksternal Tugas, Organisasi Kerja dan Lingkungan Kerja sedangkan variable dependen adalah beban kerja. Faktor Internal 1. Faktor Somatis 2. Faktor Psikis Beban Kerja Faktor Eksternal 1. Tugas 2. Organisasi Kerja 3. Lingkungan Kerja Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat aktifitas atau kegiatan secara menyeluruh dari perawat pelaksana dan dilakukan wawancara dengan perawat hemodialisa untuk menggali informasi tentang faktor internal dan eksternal dalam rangka menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian