Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal Terhadap Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

(1)

SKRIPSI

OLEH:

MEILIZA ROHIMMAH

NIM : 111000164

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

TERHADAP BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI

HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

MEILIZA ROHIMMAH

NIM : 111000164

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI HEMODIALISA RUMAH

SAKIT Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2015 Yang disiapkan dan dipertahankan oleh:

MEILIZA ROHIMMAH 111000164

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing


(4)

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah pasien dialisa akan menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan oleh perawat. Peningkatan beban kerja kemungkinan akan menyebabkan terjadinya kelalaian dalam melayani pasien yang dirawatnya. Beban kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Untuk itu diteliti pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSU Dr. Pirngadi Medan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi beban kerja perawat secara langsung menggunakan kuesioner untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal serta wawancara tidak terstruktur untuk melihat korelasi antara data yang diterima dengan pernyataan perawat. Perawat yang akan menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 20 orang perawat.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa 18 orang perawat memiliki beban kerja rendah sedangkan 2 orang perawat memiliki beban kerja tinggi. Pengaruh yang signifikan terhadap beban kerja perawat adalah pengaruh eksternal tugas. Rata-rata waktu produktif selama satu shift adalah 389,89 menit dengan rata-rata waktu produktif sebesar 313,42 menit dan rata-rata waktu non produktif sebesr 76,47 menit. Kegiatan produktif yang dilakukan responden adalah 601 kegiatan dan kegiatan non produktif adalah sebanyak 169 kegiatan. Hasil perhitungan WISN didapatkan total kebutuhan tenaga di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi sebanyak 1 orang.

Hasil penelitian yang menyatakan beban kerja rendah ternyata bukan berarti tidak adanya beban kerja perawat karena ternyata ada pengaruh signifikan terhadap faktor eskternal tugas yang dirasakan oleh perawat. Diharapkan untuk mengurangi beban kerja terhadap tugas perawat dapat diturunkan dengan menambahkan jumlah perawat sebanyak 1 orang atau mengurangi tugas perawat yang kemungkinan berasal dari kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan atau tugas tambahan.

Kata Kunci : Beban Kerja, Perawat Hemodialisa, Faktor Internal dan Eksternal


(5)

ABSTRACT

The increasing number of patients on dialysis led to high nurse workload. Increase in workload is likely to lead to negligence in serving patient. The workload influence by many things such as the patient's condition which constantly changing, total average hours of care services needed to provide direct care to patients and additional tasks that must be done by a nurse that can interfere with the work performance. Due to this issue, it required to investigate the impact of internal and external factors toward nurse workload in Hemodialisa Installation RSU Dr. Pirngadi Medan.

In this research, directly observation on nurses’ workload is used through questionnaires to see the impact of internal and external factors as well as unstructured interviews to see the correlation between data is received through nurses’ statements. There are 20 nurses included as a part of the research.

Results from this research stated that 18 nurses have a low work load while 2 nurses have a high workload. A significant impact on the workload of nurses is the duty of external duty. On average productive time during one shift is 389.89 minutes with an average of 313.42 minutes of productive time and 76.47 of non-productive times. A productive activity done by respondents is 601 activities and non-productive activity is as much as 169 activities. By WISN calculation, it is obtained the total power requires in Hemodialisa Hospital Installation Dr.Pirngadi by 1 person.

Results of research confirming that the low workload does not mean there is no presence of workload for nurses as there is significant impact in external

duty factors perceived by nurses. It is expected to reduce nurses’ work load by

adding in one nurse or reduce nurse task which possible come from complexity of the task, difficult level of the task, job responsibilities or extra duties.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR ISTILAH ... xiv

RIWAYAT HIDUP ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja ... 8

2.1.1 Pengertian Beban Kerja ... 8

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 13

2.1.3 Dampak Beban Kerja ... 15

2.1.4 Penilaian Beban Kerja ... 16

2.2 Perawat ... 22

2.2.1 Perawat Hemodialisa ... 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2 Waktu Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1 Populasi ... 24

3.3.2 Sampel ... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4.1 Data Primer ... 25

3.4.2 Data Sekunder ... 25

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 25

3.5.1 Variabel ... 25


(7)

3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen ... 28

3.6.2 Pengukuran Variabel Independen ... 28

3.7 Metode Analisa Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan ... 35

4.2 Motto, Visi dan Misi RSUD Dr.Pirngadi Medan ... 38

4.2.1 Motto ... 38

4.2.2 Visi dan Misi ... 38

4.3 Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan ... 39

4.3.1 Struktur Organisasi ... 39

4.3.2 Karakteristik Perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan ... 40

4.4 Hasil Pengamatan Analisa Beban Kerja Perawat Di Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan ... 42

4.5 Jumlah Waktu Produktif dan Non Produktif Responden ... 49

4.6 Perhitungan Workload Indicator Staffing Need (WISN) ... 53

4.6.1 Waktu Kerja Tersedia ... 53

4.6.2 Standar Kegiatan Pokok ... 54

4.6.3 Rata-rata Waktu Perkegiatan ... 55

4.6.4 Standar Beban Kerja ... 56

4.6.5 Standar Kelonggaran ... 57

4.6.6 Kebutuhan Tenaga Perawat ... 57

4.7 Hasil Data Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 58

4.8 Analisis Univariat ... 59

4.8.1 Umur ... 59

4.8.2 Jenis Kelamin ... 60

4.8.3 Status Perkawinan ... 60

4.8.4 Stauts Kepegawaian ... 60

4.8.5 Masa Kerja ... 61

4.8.6 Faktor Internal Psikis ... 61

4.8.7 Faktor Eksternal ... 62

4.9 Analisis Bivariat ... 62

4.10 Matrik Hasil Interview Tidak Terstruktur ... 64

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Beban Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan ... 66

5.2 Uji Spearman Faktor Internal dan Eksternal Beban Kerja ... 67

5.3 Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Beban Kerja ... 68

5.4 Analisa Pengaruh Tugas Terhadap Beban Kerja ... 69

5.5 Analisa Hasil Wawancara Tidak Terstruktur ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 73


(8)

6.2.2 Bagi Peneliti ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Definisi Operasional ... 24

Table 4.1 Karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa ... 40

Tabel 4.2 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa ... 41

Table 4.3 Data analisa beban kerja perawat Instalasi Hemodialisa ... 44

Tabel 4.4 Rangkuman kegiatan responden dalam satu shift ... 48

Tabel 4.5 Proporsi waktu produktif dan non produktif responden ... 49

Tabel 4.6 Proporsi kegiatan produktif langsung responden ... 50

Tabel 4.7 Tabel proporsi kegiatan produktif tidak langsung responden ... 51

Tabel 4.8 Beban Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan .... 52 Tabel 4.9 Distribusi kategori beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan ... 53

Tabel 4.10 Tabel waktu kerja tersedia ... 54

Tabel 4.11 Standar kegiatan pokok perawat Instalasi hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan ... 54

Tabel 4.12 Rata-rata waktu per kegiatan pokok Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan ... 55


(9)

Tabel 4.13 Standar beban kerja p erawat Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan .. 56

Tabel 4.14 Standard kelonggaran Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.

Pirngadi Medan ... 57

Tabel 4.15 Kebutuhan tenaga perawat Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 57

Tabel 4.16 Kategori Faktor internal dan eksternal ... 58

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Umur ... 59

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Status Perkawinan ... 60

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian ... 61

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Masa Kerja ... 61

Tabel 4.22 Statistik Deskriptif Faktor Internal Psikis ... 61

Tabel 4.23 Statistik Deskriptif Faktor Eksternal ... 62

Tabel 4.24 Analisis Korelasi antara Faktor Eksternal (Tugas, Lingkungan Kerja, dan Organisasi Kerja) dengan Beban Kerja ... 63

Tabel 4.25 Analisis Korelasi antara Faktor Internal Psikis (Persepsi, Kepercayaan, Keinginan, Motivasi, dan Kepuasan) dengan Beban Kerja (Uji Pearson) ... 63


(10)

Gambar 4.3.1 Struktur Organisasi Intalasi Hemodialisa ……… 39


(11)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

BOR : Bed Occupancy Rate

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ESRD : End-Stage Renal Disease

ICN : International Council of Nurse

IRSPI : Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia RSU : Rumah Sakit Umum

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat SDM : Sumber Daya Manusia SKI : Sistem Kerja individu

SOP : Standart Operating Procedure RIS : Republik Indonesia Sementara RSU : Rumah Sakit Umum

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah USU : Universitas Sumatera Utara WHO : World Health Organization WISN : Workload Indicator Staffing Need


(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Meiliza Rohimmah

Tempat Lahir : Medan Tanggal Lahir : 05 Mei 1994 Suku Bangsa : Padang

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. Safri

Suku Bangsa Ayah : Padang

Nama Ibu : Alfitri Awarni

Suku Bangsa Ibu : Padang Laki-laki / Perempuan : Perempuan

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD / Tamat Tahun : SD Negeri 106815 Tahun 1999 – Tahun 2005

2. SMP / Tamat Tahun : SMP Swasta Harapan Mandiri Tahun 2005 - Tahun 2008 3. SMA / Tamat Tahun : SMA Swasta Dharmawangsa Tahun 2008 – Tahun 2011 4. Lama studi di FKM USU : 3 Tahun 10 Bulan Tahun 2011- Tahun 2015


(13)

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah pasien dialisa akan menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan oleh perawat. Peningkatan beban kerja kemungkinan akan menyebabkan terjadinya kelalaian dalam melayani pasien yang dirawatnya. Beban kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Untuk itu diteliti pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSU Dr. Pirngadi Medan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi beban kerja perawat secara langsung menggunakan kuesioner untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal serta wawancara tidak terstruktur untuk melihat korelasi antara data yang diterima dengan pernyataan perawat. Perawat yang akan menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 20 orang perawat.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa 18 orang perawat memiliki beban kerja rendah sedangkan 2 orang perawat memiliki beban kerja tinggi. Pengaruh yang signifikan terhadap beban kerja perawat adalah pengaruh eksternal tugas. Rata-rata waktu produktif selama satu shift adalah 389,89 menit dengan rata-rata waktu produktif sebesar 313,42 menit dan rata-rata waktu non produktif sebesr 76,47 menit. Kegiatan produktif yang dilakukan responden adalah 601 kegiatan dan kegiatan non produktif adalah sebanyak 169 kegiatan. Hasil perhitungan WISN didapatkan total kebutuhan tenaga di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi sebanyak 1 orang.

Hasil penelitian yang menyatakan beban kerja rendah ternyata bukan berarti tidak adanya beban kerja perawat karena ternyata ada pengaruh signifikan terhadap faktor eskternal tugas yang dirasakan oleh perawat. Diharapkan untuk mengurangi beban kerja terhadap tugas perawat dapat diturunkan dengan menambahkan jumlah perawat sebanyak 1 orang atau mengurangi tugas perawat yang kemungkinan berasal dari kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan atau tugas tambahan.

Kata Kunci : Beban Kerja, Perawat Hemodialisa, Faktor Internal dan Eksternal


(14)

ABSTRACT

The increasing number of patients on dialysis led to high nurse workload. Increase in workload is likely to lead to negligence in serving patient. The workload influence by many things such as the patient's condition which constantly changing, total average hours of care services needed to provide direct care to patients and additional tasks that must be done by a nurse that can interfere with the work performance. Due to this issue, it required to investigate the impact of internal and external factors toward nurse workload in Hemodialisa Installation RSU Dr. Pirngadi Medan.

In this research, directly observation on nurses’ workload is used through questionnaires to see the impact of internal and external factors as well as unstructured interviews to see the correlation between data is received through nurses’ statements. There are 20 nurses included as a part of the research.

Results from this research stated that 18 nurses have a low work load while 2 nurses have a high workload. A significant impact on the workload of nurses is the duty of external duty. On average productive time during one shift is 389.89 minutes with an average of 313.42 minutes of productive time and 76.47 of non-productive times. A productive activity done by respondents is 601 activities and non-productive activity is as much as 169 activities. By WISN calculation, it is obtained the total power requires in Hemodialisa Hospital Installation Dr.Pirngadi by 1 person.

Results of research confirming that the low workload does not mean there is no presence of workload for nurses as there is significant impact in external

duty factors perceived by nurses. It is expected to reduce nurses’ work load by

adding in one nurse or reduce nurse task which possible come from complexity of the task, difficult level of the task, job responsibilities or extra duties.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana pelayanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biosisial.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).

Rumah sakit memiliki salah satu pelayanan terhadap orang sakit yang mengalami penyakit atau gangguan terhadap ginjal mereka. Pelayanan tersebut adalah pelayanan hemodialisa. Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan eksresi dalam tubuh yang tidak mampu lagi diolah oleh ginjal. Biasanya pasien yang menjalani perawatan hemodialisa adalah pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK). Tujuan dari terapi ini adalah untuk memperpanjang nyawa


(16)

pasien dan menjaga kestabilan hidup sampai ginjal dapat berfungsi kembali. Secara umum, konsep dari perawatan hemodialisa adalah mengalirkan darah pasien yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen di dialiser untuk dibersihkan, lalu dialirkan kemabli ke tubuh pasien. Prosesnya terbagi menjadi 3 yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Selama menjalani perawatan, ada beberapa komplikasi ynag mungkin timbul, yaitu hipertensi, hipovolemia (kedinginan/menggigil, demam, sakit kepala dan kram otot) (Nurini, Ismonah dan Purnomo 2011).

Dalam menjalankan proses dialisa dibutuhkan perawat yang membantu menjalankan dan memasangkan alat-alat yang akan digunakan. Departemen Kesehatan mendefinisikan perawat adalah seseorang yang memberikan pelayanan kesehatan secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Dalam proses dialisa seorang perawat sangat dibutuhkan ketelitian dan ketepatan dalam pemasangan alat-alat. Adapun tugas dan tanggung jawab perawat hemodialisa yaitu, Menyiapkan mesin dan peralatan hemodialisis mulai dari bloodpump, sistem pengaturan larutan dilisat, sistem pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dilihat sirkuit dan berbagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bikarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor serta melakukan pemeriksaan tekanan darah dan berat badan pasien dialisa.


(17)

WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun 1995-2025 sebesar 41,4 % atau secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah. Di Indonesia berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sebanyak 50 orang per satu juta penduduk, 60%nya adalah usia dewasa dan usia lanjut. Menurut Depkes RI 2009 hingga saat ini Indonesia terdapat 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan penanganan cuci darah. Data PT Askes tahun 2009 menunjukkan insiden gagal ginjal di Indonesia mencapai 350 per 1 juta penduduk, saat ini terdapat sekitar 70.000 pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan cuci darah.

Nursalam (2011), mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Karena pelayanan keperawatan dinilai sangat penting, diperlukan suatu sistem yang mampu menjamin keefektifan asuhan keperawatan, yang tersedia dalam area praktek yang memudahkan perawat dalam mengambil keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara aman. Penghitungan beban kerja perawat dinilai semakin penting karena menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh International Council of Nurse (ICN), dikatakan


(18)

bahwa peningkatan beban kerja perawat dalam menangani 4 orang pasien menjadi 6 orang pasien mengakibatkan peningkatan sebesar 14% kemungkinan terjadinya kelalaian atau bahkan kematian pasien yang dirawatnya.

(Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).

Beban kerja yang diterima perawat akan menyebabkan mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada pasien menjadi tidak maksimal. Akibat lanjut dari tingginya beban kerja adalah penurunan kinerja kerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Ilyas (2004) mengatakan beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan keletihan,kelelahan. Lebih lanjut Ilyas menyebutkan keletihan,kelelahan perawat terjadi bila perawat bekerja lebih dari 80% dari waktu kerja mereka.

Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri


(19)

setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting. Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit.

Kusmiati (2003), menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Beban Kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Beban kerja perawat yang tinggi berdampak terhadap penurunan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sarah Andini (2013) di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan diketahui bahwa proporsi waktu produktif yang dihabiskan responden dalam satu shift sebesar 83,51%, sedangkan jumlah kegiatan produktif yang dilakukan oleh responden selama 8 shift adalah sebesar 85,67%. Hal ini mengindikasikan bahwa perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan telah melewati titik optimum karena telah melewati 80% (Ilyas,2004).


(20)

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan didapati jumlah data jumlah kunjungan hemodialisa selama tahun 2014 sebanyak 16.198 kunjungan pasien. Jumlah ini naik sebanyak dua kali lipat dibanding tahun 2013 yang berjumlah 8.002 kunjungan pasien dialisa. Pada bulan januari 2015 terdapat 1.448 kunjungan pasien dialisa dan pada bulan februari 2015 terdapat 1.302 kunjungan pasien dialisa. Jumlah perawat Instalasi hemodialisa saat ini hanya berjumlah 20 orang perawat dengan jumlah mesin dialisa yang mencapai 53 mesin dialisa. Dalam satu hari satu mesin digunakan oleh 2 atau 3 orang pasien sehingga rata-rata per hari terdapat 60 orang pasien yang melakukan dialisa di ruang hemodialisa.

Ruang hemodialisa RSU Dr. Pirngadi dibagi atas 5 ruangan yang terdiri dari Ruang A1 memiliki 16 mesin hemodialisa dengan 4 orang perawat, RA2 memiliki 10 mesin dengan orang 3 orang perawat, Ruang B memiliki 10 mesin dengan 4 orang perawat, Ruang Bbraun memiliki 8 mesin dengan 3 perawat dan Ruang isolasi memiliki 4 mesin dengan 1 orang perawat. Masih ada ruang yang memiliki mesin hemodialisa tetapi tidak berada diruang hemodialisa seperti Ruang VIP memiliki 5 mesin dan Ruang Icu memiliki 1 mesin. Dilihat dari jumlah mesin dan perawat di tiap ruangan dapat diambil rata-rata bahwa 1 orang perawat menangani 4 orang pasien dialisa.

Setelah melakukan wawancara kepada perawat di ruang hemodialisa diketahui bahwa perawat mengalami kelelahan dan keletihan fisik, timbulnya rasa bosan dan


(21)

kejenuhan dalam melayani pasien hemodialisa, terkadang sesekali perawat mengalami rasa tegang dan cemas. Ilyas (2004) mengatakan beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan keletihan,kelelahan

Berdasarkan fenomena yang ada untuk itu maka dibutuhkan penelitian untuk menganalisa beban kerja perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu bagaimanakah pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.

1.4 Hipotesis

a. Ada pengaruh faktor internal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa rumah sakit umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.

b. Ada pengaruh faktor ekternal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa rumah sakit umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.


(22)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan, khusunya penambahan jumlah perawat ruang hemodialisa.

2. Sebagai bahan masukan untuk kajian lebih lanjut bagi mahasiswa FKM USU tentang analisa beban kerja perawat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

3. Untuk melatih dan menguji serta kemampuan berfikir penulis didalam penulisan karya ilmiah dengan menggunakan teori-teori yang ada.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja

2.1.1 Pengertian Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Prihartono dan Purwondoko (2006) mengartikan beban kerja lebih merujuk pada seberapa tinggi persentase penggunaan waktu kerja produktif dan non produktif yang dilakukan karyawan jam kerjanya dengan tetap memperhitungkan kelonggaran karyawan. Beban yang timbul ini sebagai dampak dari dikenakannya pekerjaan (adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan) pada seseorang pemegang jabatan dalam wujud ukuran-ukuran pemakaian waktu kerja dan tingkat beban psiko-fisik.

Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat,


(24)

mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).

Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu yang tertentu (Munandar, 2001). Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Mereka mungkin ada yang lebih cocok dengan beban kerja fisik, mental atau sosial, namun sebagai persamaan, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu sesuai dengan kapasitas sewajarnya. Beban kerja yang semakin besar menyebabkan waktu seseorang dapat bekerja tanpa mengalami kelelahan atau gangguan semakin pendek.

Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja. Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dari kepuasan kerja (Groenewegen dan Hutten, 1991).

Gillies (1996) mengatakan bahwa untuk menentukkan beban kerja tenaga keperawatan, setidaknya ada empat yang harus diketahui:


(25)

1) Jumlah Pasien Yang Masuk

Pelayanan di rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa atau pasien. Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan di sebuah rumah sakit, ditentukan juga oleh jumlah pasien yang datang sebagai pengguna. Sehingga perhitungan kebutuhan tenaga yang akan diperlukan, senantiasa berdasarkan jumlah pasien. Tenaga keperawatan, dimana merupakan sumber data manusia terbanyak yang berada di rumah sakit terlebih di ruang rawat inap, dan jumlah pasien yang dirawat dihitung berdasarkan Bed Occupancy Rate (BOR) baik dihitung harian, bulanan bahkan tahunan. Perhitungan ini dapat dilakukan di masing-masing ruangan dan ada juga perhitungan secara keseluruhan rumah sakit itu sendiri. Ilyas (2004) menunjukkan bahwa untuk melayani pasien dan berapa lama waktu untuk menyelesaikan tugas dapat diketahui berdasarkan banyaknya jumlah pasien. Jumlah ini akan menentukan besarnya beban kerja perawat. Beban kerja tersebut dapat dihitung yaitu waktu kumulatif per hari yang dibutuhkan perawat untuk sejumlah pelayanan.

2) Kondisi Pasien

Beban kerja seorang perawat dapat pula ditentukan oleh tingkat ketergantungan pasien. Edwaston dalam Gillies (1996) pengelompokkan pasien berdasarkan kebutuhan keperawatan klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantungan pasien ini dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungan pada perawat atau lama waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan


(26)

keperawatan sesuai kebutuhan pasien. Tujuan pengelompokkan ini dijadikan sebagai informasi perkiraan beban kerja perawat. Klasifikasi ketergantungan pasien dapat dilihat melalui observasi terhadap pasien melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam periode waktu tertentu selama perawatan, seperti: makan, minum, kebersihan diri, eliminasi, aktivitas, perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan.

3) Jenis Kegiatan atau Tindakan Keperawatan

Beban kerja seorang perawat dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukannya. Menurut Gillies (1996) dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 bentuk jenis kegiatan yang dilakukannya yaitu:

a. Kegiatan perawatan langsung

Merupakan aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologi dan spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus dan memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen.

b. Kegiatan perawatan tidak langsung

Merupakan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dan ini merupakan kegiatan persiapan untuk melengkapi tindakan keperawatan langsung. Kegiatan yang dimaksud antara lain administrasi pasien,


(27)

menyiapkan obat-obatan, menyiapkan alat, melakukan kordinasi dan konsultasi demi kepentingan pasien, dan kegiatan kurir yang berkaitan dengan kepentingan pasien, kegiatan pengembangan keperawatan misalnya membaca buku keperawatan, diskusi antar sesama perawat atau dengan atasan maupun tim kesehatan lain terhadap pekembangan dan kondisi pasien, kegiatan pengembangan organisasi rumah sakit seperti pertemuan dengan pimpinan rumah sakit.

c. Kegiatan non keperawatan

Kegiatan ini non produktif antara lain: istirahat, menonton televisi, tidur, menerima dan menelepon untuk urusan pribadi, membaca koran dan majalah, menerima tamu pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat dari waktu kerja selesai. Serta kegiatan pribadi, terkait aktivitas sehari-hari semisal makan, minum kekamar mandi, ganti pakaian dan sembahyang.

4) Rata-rata waktu untuk melaksanakan tindakan keperawatan.

Lamanya hari perawatan dan masing-masing tindakan keperawatan akan mempengaruhi beban kerja perawat. Semakin lama seorang pasien di rawat, itu berarti akan makin banyak diperlukan tindakan keperawatan, maka berdampak pada beban kerja perawat semakin meningkat. Tindakan keperawatan yang akan dilakukan, diperlukan lama waktu yang bervariasi atau berbeda antara masing-masing pasien tergantung kondisi dari pasien itu sendiri. Contoh tindakan observasi untuk pasien dengan pemasangan infus, pasien dengan pemasangan infus dikarenakan


(28)

kekurangan cairan, sehingga waktu observasi yang dibutuhkan juga akan berbeda, dengan demikian mempengaruhi beban kerja perawat.

Menurut Ilyas (2004), Pada penelitian beban kerja obyektif dapat dikelompokkan kegiatan personel, yaitu:

1. Kegiatan Langsung, yaitu kegiatan pokok pelayanan keperawatan kepada pasien secara langsung seperti observasi pasien, memberi suntikan, dan lain-lain.

2. Kegiatan Tidak Langsung, yaitu kegiatan penunjang pelayanan keperawatan, seperti mengisi papan status, memberikan ruangan, meliputi kasa, sterilisasi alat kesehatan dan mengikuti latihan.

3. Kegiatan Adminsitrasi, yaitu kegiatan administrasi keperawatan seperti pendataan pasien baru, membuat inventarisasi obat dan alat kesehatan, membuat laporan dinas, dan lain-lain.

4. Kegiatan Pribadi, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan dan keperluan pribadi seperti shalat, mandi, menelepon keluarga.

5. Sela Waktu, yaitu waktu-waktu luang diantara 2 kegiatan ataupun pada saat responden tidak melakukan kegaitan lain, seperti duduk, bercakap-cakap, beristirahat.

Dari 5 kegiatan tersebut dikelompokkan menjadi kegiatan produksi yang meliputi kegiatan langsung, kegiatan administrasi dan kegiatan lain-lain kemudian kelompok kegiatan non produktif, yaitu kegiatan pribadi dan sela waktu. Untuk mengukur beban kerja dilihat dari jumlah waktu yang digunakan untuk kegiatan produktif


(29)

dibagi dengan jumlah waktu kerja keseluruhan dalam satu shift. Beban kerja dikatakan tinggi bila proporsi mencapai 80% atau lebih dari keseluruhan waktu kerja (Ilyas, 2004).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :

1. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.

2. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat


(30)

dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatik (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

Menurut Nursalam (2011) beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat antara lain:

1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut 2. Kondisi dan tingkat ketergantungan pasien

3. Rata-rata hari keperawatan

4. Pengukuran keperawatan langsung, keperawatan tidak langsung dan pendidikan kesehatan.

5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien.

6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan. Menurut Prihartono & Purwandoko (2006) permasalahan internal suatu perusahaan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pembebanan kerja disebabkan, antara lain:

1. Tidak jelasnya tujuan dan strategi perusahaan bagi anggota organisasi/perusahaan 2. Belum dijalankannya sistem kerja individu (SKI)

3. Ketidaktepatan dalam pemilihan struktur organisasi

4. Tidak memadainya kapabilitas sumber daya manusia perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugas perusahaan


(31)

6. Sarana dan fasilitas baik jumlah dan kualitasnya tidak memenuhi tuntutan tugas pekerjaan.

7. Tidak adanya SOP atau tidak memadainya SOP perusahaan

2.1.3 Dampak Beban Kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Hal ini didukung oleh penelitian Suciari (2006) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar. Persentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari pramu kamar dengan kategori beban kerja sekali mencapai 100%, sedangkan beban kerja kategori berat mencapai 79% dan beban kerja sedang 30%.

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja (Manuaba, 2000).


(32)

Ketika melakukan suatu pekerjaan atau bekerja kita memerlukan energi yang berasal dari hasil pembakaran. Energi yang diperlukan semakin besar seiring dengan semakin berat jenis pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu jumlah oksigen dan kalori yang digunakan oleh tubuh saat bekerja, timbulnya panas dari tubuh sejalan dengan kenaikan suhu tubuh serta kecepatan penguapan lewat keringat juga merupakan indikator beban kerja fisiologis, namun indikator ini masih dipengaruhi pula oleh keadaan cuaca kerja.

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terapar zat berbahaya yang mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.

Perhitungan beban kerja dapat dilakukan melalui observasi langsung terhadap pekerjaan yang dilakukan. Simamora (2006) teknik analisis beban kerja (workload analysis) memerlukan penggunaan pedoman penyusunan staf, standar dalam upaya mengidentifikasi kebutuhan sumber daya manusia. Ilyas (2004) mengatakan bahwa


(33)

beban kerja dapat dihitung secara sederhana dengan menanyakan langsung kepada petugas yang bertugas tentang beban kerja yang dilaksanakan.

WISN adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban kerja pekerjaan nyata. Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan professional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan (Depkes, 2004). Metode ini dapat diterapkan pada semua kategori tenaga, baik medis, paramedis, maupun non medis. Menurut Ilyas (2004), beban kerja dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan perawat pada waktu kerja baik kegiatan langsung, tidak langsung dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. Sumber daya manusia yang tersedia berkaitan erat dengan beban kerja.

Keunggulan metode WISN menurut Depkes antara lain:

1. Mudah dilaksanakan karena menggunakan data yang dikumpulkan atau didapat dari laporan kegiatan rutin masing-masing unit pelayanan.

2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer kesehatan disemua tingkatan dapat memasukkannya ke dalam perencanaan kesehatan. 3. Hasil perhitungannya dapat segera diketahui sehingga dapat segera dimanfaatkan

hasil perhitungan tersebut oleh manajer kesehatan disemua tingkatan dalam mengambil kebijakan atau keputusan


(34)

4. Metode perhitungan ini dapat digunakan bagi berbagai jenis ketenagaan, termasuk tenaga non kesehatan

5. Hasil perhitungannya realistis, sehingga memberikan kemudahan dalam menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber daya lainnya

Kelemahan metode WISN diantaranya:

Input data yang diperlukan bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi kegiatan rutin satuan kerja atau institusi di mana tenaga yang dihitung berkerja, maka kelengkapan pencatatan data dan kerapihan penyimpanan data mutlak harus dilakukan dalam mendapatkan keakuratan hasil perhitungan jumlah tenaga secara maksimal.

Menurut Shipp (1998), langkah perhitungan tenaga berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu:

1. Menetapkan waktu kerja tersedia

Tujuannya adalah agar diperoleh waktu kerja efektif selama satu tahun untuk masing-masing kategori SDM yang bekerja di suatu unit atau institusi Rumah Sakit. Rumusnya adalah

Keterangan:


(35)

A= hari kerja (jumlah hari kerja/minggu) B= cuti tahunan

C= pendidikan dan pelatihan D= hari libur nasional

E= ketidakhadiran kerja (sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran kerja selama kurun waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan atau tanpa alasan) F= waktu kerja (waktu kerja dalam satu hari)

2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung

Tujuannya adalah diperoleh unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar Rumah Sakit.

Informasi yang diperlukan didapatkan dari:

a. Data pegawai yang bekerja pada tiap unit kerja di rumah sakit

b. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan jabatan fungsional SDM Kesehatan c. Standar Profesi, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada tiap unit kerja Rumah Sakit

3. Menyusun standar beban kerja

Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh unit masing-masing.


(36)

Rumusnya adalah

Data yang diperlukan antara lain: a. Waktu yang tersedia

b. Bagan struktur organisasi c. Kegiatan pokok

d. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok e. Standar profesi

f. Menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan 4. Menyusun standar kelonggaran

Tujuannya adalah untuk diperoleh faktor-faktor kelonggaran setiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

Penyusunan standar kelonggaran dapat dilakukan melalui pengamatan dan wawancara tentang:

a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terlibat langsung dengan pelayanan kepada pasien b. Frekuensi tiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu dan bulan

c. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk meyelesaikan kegiatan Standar Beban Kerja=

Standar Kelonggaran=


(37)

5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja

Tujuannya adalah agar diperoleh jumlah dan jenis / kategori SDM yang dibutuhkannya untuk menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan selama kurun waktu satu tahun (Depkes, 2004)

Rumus perhitungan kebutuhan tenaga yaitu:

Data yang diperlukan: a. Waktu yang tersedia b. Standar beban kerja c. Standar kelonggaran

d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama 1 tahun

Metode yang paling akurat untuk peramalan jangka pendek adalah dengan menggunakan informasi mengenai beban kerja (work load) yang sesungguhnya berdasarkan analisisi pekerjaan terhadap beban kerja yang perlu disesuaikan. Teknik analisis beban kerja (work load analysis) ini memerlukan penggunaan rasio atau pedoman penyusunan staf standar untuk menentukan kebutuhan personalia (Simamora, 1992).

2.2 Perawat

Nursalam (2007), mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

Kebutuhan Tenaga=


(38)

yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberian dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia.

Tenaga perawat merupakan tenaga yang relatif besar dirumah sakit dan paling banyak berinteraksi dengan pasien maupun keluarganya. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu fungsi independen dan dependen. Kegiatan yang dependen berat dalam melaksanakan kegiatannya perawat berhubungan dengan profesi lainnya seperti menyuntik, memasang infus dan lain-lain. Sedangkan kegiatan independen adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh perawat tanpa tergantung dengan profesi lainnya, misalnya melaksanakan prosedur dan teknik perawatan pasien.

2.2.1 Perawat Hemodialisa

Perawat instalasi hemodialisa adalah perawat yang memiliki kompetensi untuk merawat pasien hemodialisa dibawah pengawasan dokter. Dalam menjalankan tugasnya, perawat instalasi hemodialisa memiliki asuhan keperawatan, yaitu: (Haryati, 2010)

1. Anamnesa


(39)

b. Riwayat keperawatan berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya serta riwayat penyakit keluarga

2. Pemeriksaan fisik berupa aktifitas/frekuensi istirahat, sirkulasi, eliminasi, nutrisi/cairan, neurosensori, nyeri/rasa nyaman, respirasi, keamanan, seksual dan pemeriksaan fisik head to foot

3. Pengkajian psikososio spiritual yang mencakup integritas, interaksi sosial dan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan penatalaksaannya

4. Pengkajian hasil diagnostik

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Berdasarkan kerangka konsep diatas variable independen yaitu faktor internal (Faktor Somatis dan Faktor Psikis) dan faktor eksternal (Tugas, Organisasi Kerja dan Lingkungan Kerja) sedangkan variable dependen adalah beban kerja.

Faktor Internal

1. Faktor Somatis 2. Faktor Psikis

Beban Kerja

Faktor Eksternal

1. Tugas

2. Organisasi Kerja 3. Lingkungan Kerja


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat aktifitas atau kegiatan secara menyeluruh dari perawat pelaksana dan dilakukan wawancara dengan perawat hemodialisa untuk menggali informasi tentang faktor internal dan eksternal dalam rangka menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dimulai pada bulan April - Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat berjumlah 20 orang diruang Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.


(41)

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel pengamatan yang diobservasi menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 20 orang perawat.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi, kuesioner dan wawancara perawat di Instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil laporan kegiatan di ruang instalasi hemodialisa RSU Dr. Pirngadi mengenai data perawat hemodialisa, uraian tugas, data profil rumah sakit dan data-data terkait jam kerja, waktu kerja dan hal-hal lain yang berkaitan dengan ruang hemodialisa.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variable independen faktor internal (Faktor Somatis dan Faktor Psikis) dan faktor eksternal (Tugas, Organisasi Kerja dan Lingkungan Kerja) dan variabel dependen adalah beban kerja.


(42)

3.5.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur

1 Tugas Kegiatan yang dilakukan perawat selama waktu jam

kerja Menggali informasi yang diharapkan kepada responden dengan kuesioner dan wawancara Informasi yang berasal dari responden terkait tugas yang diterima perawat di instalasi

hemodialisa

2 Organisasi Kerja

Sistem kerja perawat di instalasi hemodialisa meliputi lamanya waktu kerja, shift kerja dan sistem

kerja Menggali informasi yang diharapkan kepada responden dengan kuesioner dan wawancara Informasi yang berasal dari responden terkait organisasi kerja perawat di instalasi

hemodialisa

3 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja perawat hemodialisa berupa lingkungan Menggali informasi yang diharapkan kepada Informasi yang berasal dari responden terkait


(43)

fisik, kimiawi, biologis dan psikologis responden dengan kuesioner dan wawancara

lingkungan kerja di instalasi hemodialisa

4 Faktor Somatis

Faktor yang berasal dari internal responden meliputi jenis kelamin, usia,

dan status gizi

Menggali informasi yang diharapkan kepada responden dengan kuesioner dan wawancara Informasi yang berasal dari responden terkait faktor somatis di instalasi hemodialisa

5 Faktor Psikis

Faktor yang merupakan psikis dari

responden meliputi motivasi, persepsi, keinginan, dan kepuasan. Menggali informasi yang diharapkan kepada responden dengan kuesioner dan wawancara Informasi yang berasal dari responden terkait

faktor psikis di instalasi hemodialisa

6 Beban Kerja Sejumlah pekerjaan yang dilakukan perawat pelaksaan di

ruang hemodialisa

Observasi Jenis dan Waktu Kegiatan


(44)

selama jam kerja

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen (beban kerja) didasarkan dari 20 pengamatan (observasi) dengan menggunakan tabel proses dari kegiatan produktif (langsung dan tidak langsung) serta kegiatan non produktif yang selanjutnya dikategorikan berdasarkan kegiatan perawat dan ditabulasi setelah itu digunakan metode WISN untuk melihat standar beban kerja dan kebutuhan perawat.

3.6.2 Pengukuran Variabel Independen

1. Faktor Internal

a. Faktor Somatik didasarkan kepada karakteristik individu perawat di ruang instalasi hemodialisa yang akan dikategorikan berdasarkan dengan variabel faktor somatic. b. Faktor Psikis

1. Variabel Motivasi

Pengukuran variabel motivasi didasarkan atas 10 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5 b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 2


(45)

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 25 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 25 2. Variabel Persepsi

Pengukuran variable persepsi didasarkan atas 7 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5 b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 17,5 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 17,5 3. Variabel Kepercayaan

Pengukuran variable kepercayaan didasarkan atas 4 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5 b. Setuju diberi skor 4


(46)

d. Tidak setuju diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 10 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 10 4. Variabel Keinginan

Pengukuran variabel keinginan didasarkan atas 4 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5 b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 10 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 10 5. Variabel Kepuasan

Pengukuran variabel kepusasan didasarkan atas 5 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5 b. Setuju diberi skor 4


(47)

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 12,5 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 12.5

2. Faktor Eksternal

a. Variabel Tugas

Pengukuran variabel tugas didasarkan atas 13 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1 b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 4 e. Sangat tidak setuju diberi skor 5 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor < median skor 32,5 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 32,5 b. Variabel Organisasi Kerja


(48)

Pengukuran variabel organisasi kerja didasarkan atas 10 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1 b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 4 e. Sangat tidak setuju diberi skor 5 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor < median skor 25 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 25 c. Variabel Lingkungan Kerja

1. Lingkungan Kerja Fisik

Pengukuran Lingkungan kerja fisik didasarkan atas 5 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1 b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 4 e. Sangat tidak setuju diberi skor 5 Selanjutnya dikategorikan:


(49)

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 12,5 2. Lingkungan Kerja Biologis

Pengukuran Lingkungan kerja biologis didasarkan atas 5 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5 b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 12,5 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 12,5 3. Lingkungan Kerja Kimiawi

Pengukuran Lingkungan kerja kimiawi didasarkan atas 4 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5 b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju diberi skor 1 Selanjutnya dikategorikan:


(50)

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 10 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 10 4. Lingkungan Kerja Psikologis

Pengukuran Lingkungan kerja psikologis didasarkan atas 6 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1 b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3 d. Tidak setuju diberi skor 4 e. Sangat tidak setuju diberi skor 5 Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor < median skor 15 b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 15

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

1. Penghitungan standar beban kerja dan kebutuhan perawat dengan menggunakan metode WISN setelah itu,

2. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variable independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

3. Analisis bivariat, yaitu untuk melihat hubungan variable independen dengan dependen menggunakan uji spearman pada taraf kepercayaan 95% (p<0.05).


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Rumah sakit pirngadi didirikan tanggal 11 Agustus 1928 oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gementa zieken Huis yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang anak berumur 10 tahun bernama Maria Constantia Macky, anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai Direktur Dr. W. Bays.

Rumah Sakit ini direbut Jepang dan berganti nama dengan Syuritsu Byusono Ince dan sebagai direktur dipercayakan kepada putra Indoensia Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro yang akhirnya dijadikan menjadi nama rumah sakit ini.

Rumah Sakit Umum Pirngadi langsung diambil alih dan diurus oleh Pemerintah Negara Bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara (RIS) setelah Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara bagian RIS dihapus semua dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 akibat pergolakan politik yang sangat cepat saat itu. Rumah Sakit Umum pirngadi diambil alih dan diurus oleh Pemerintah Pusat/Kementrian Kesehatan di Jakarta.

Rumah Sakit Pirngadi mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah proses pendirian Fakultas Kedokteran USU dalam periode tahun 1950 sampai dengan


(52)

Rumah Sakit sebagai pendukung. Pada umumnya saat itu para dokter yang bekerja di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi ini kebangsaan Belanda dan Indonesia sendiri.

Rumah Sakit umum Dr. Pirngadi berubah status dari Rumah Sakit pendidikan menjadi Rumah Sakit Tempat Pendidikan dengan ditetapkannya RSU H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran USU pada Januari 1993 sehingga dengan status ini Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi dengan fasilitas dan kapasitas yang dimiliki disamping masih digunakan unutk pendidikan para calon dokter dari Fakultas Kedokteran USU, juga membuka diri untuk mendidik para calon dokter dari Fakultas lain baik yang ada di Provinsi Sumatera Utara maupun Sumatera Barat dan Lampung

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi ini tidak memiliki data yang pasti kapan diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan pada tangal 27 Desember 2001.

Pemerintah Kota Medan mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk kemajuan Rumah Sakit Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang, hal ini diwujudkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 202 tanggal 6 September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi restrukturisasi Organisasi, Personil dan Manajemen dimana sebagai Direktur diangkat Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan diikuti pembenahan Sarana, Prasarana dan Pengadan Peralatan-peralatan canggih sebagai pendukung pelayanan. Pada era ini pula sejarah


(53)

mencatat suatu gebrakan besar dan berani Bapak Walikota Medan dengan melakukan pembangunan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi 8 (delapan) tingkat dilengkapi dengan peralatan canggih, yang peletakan batu pertamanya telah dilaksanakan 4 Maret 2004 dan mulai dioperasikan tanggal 16 April 2005.

Berdasarkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dalam pelaksanaan pendidikan, maka Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengjaukan peningkatan status dari Rumah Sakit Tempat pendidikan menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Berdasarkan rekomendasi dari ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), maka selanjutnya dilaksanakan penilaian kelayakan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menjadi Rumah Sakit Pendidikan oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur Bina Pelayanan

Medik Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sek. Ditjen. Bina Pelayanaan Medik. Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.

Urutan Pimpinan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah sebagai berikut:

1. Dr. W. Bays 1930 – 1939

2. Dr. A. A. Messing 1930 – 1942 3. Dr. Raden Pirngadi Gonggoputro 1942- 1947


(54)

4. Dr. Ahmad Sofyan 1947- 1955 5. Dr. H. A. Darwis Datu Batu Besar 1955 – 1958 6. Dr. Mohammad Arifin 1958 – 1965 7. Dr. Paruhum Daulay 1965 – 1969 8. Dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM 1969 – 1983 9. Dr. J. E. Sudibyo, Sp.B 1983 – 1986 10. Dr. Raharjo Slamet, Sp.KJ 1986 – 1990 11. Prof. Dr. Rizal Basjrah Lubis, Sp.THT 1990 – 1998 12. Dr. Alogo Siregar, Sp.A 1998 – 2002 13. Dr. H. Sjahrial Anas, MHA 2002 – 2009 14. Dr. Dewi Fauziah Syahnan, Sp.THT 2009 - 2012 15. Dr. H. Amran Lubis, Sp.Jp, (K), FIHA 2012 – 2014 16. Dr. Edwin Effendi, MSc 2014 - sekarang

4.2 Motto, Visi dan Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan 4.2.1 Motto

Motto dari rumah sakit ini adalah Aegroti Salus Lex Suprema (Kepentingan penderita adalah yang utama).

4.2.2 Visi dan Misi

Visi rumah sakit ini adalah menjadi rumah sakit pusat rujukan dan unggulan di Sumatera Bagian Utara Tahun 2015.


(55)

Misi RSUD Dr. Pirngadi adalah:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang professional

4.3 Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan 4.3.1 Struktur Organisasi

Berikut adalah struktur organisasi di instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan:

DIREKTUR

RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

WADIR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

KA. INSTALASI HEMODIALISA Dr. TENGKU ABRAHAM, SpPD

KONSULTAN SENIOR NEFROLOGI Prof.Dr.HARUN RASYID

LUBIS,SpPD-KGH

DOKTER PENANGGUNG JAWAB HEMODIALISIS

Dr.ABDURRAHIM RASYID LUBBIS,SpPd-KGH

DOKTER PELAKSANA HEMODIALISIS Dr.ABDURRAHIM RASYID


(56)

4.3.2 Karaktersitik Perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan

Berikut adalah karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan:

Tabel 4.1 Karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa NAMA (KODE) UMUR

(Tahun) JENIS KELAMIN (P/L) BERAT BADAN (Kg) TINGGI BADAN (cm) STATUS KAWIN STATUS PEGAWAI MASA KERJA (TAHUN)

Elrada (EL) 39 P 65 155 Kawin PNS 9

Suratik (SU) 39 P 50 150 Kawin Non-PNS 9

Budiana (BU) 35 P 60 155 Kawin Non-PNS 11

Hermina (HE) 37 P 65 160 Kawin PNS 10

Suada Rahmah (SR)

36 P 80 160 Kawin PNS 14

Novi Sondang (NS)

30 P 57 155 Belum

Kawin

Non-PNS 7

Tri Ervina (TE) 34 P 60 152 Kawin PNS 10

Marthaena (M) 55 P 60 158 Kawin PNS 34

Muhammad Ali (MA)

35 L 80 165 Kawin PNS 12

Juliana (JU) 34 P 42 156 Kawin Non-PNS 10

Nova Arianty (NA)

34 P 60 155 Kawin Non-PNS 6

Fadilah (FA) 27 P 56 155 Kawin Non-PNS 6

Christina (CH) 32 P 80 160 Kawin Non-PNS 9

Endah (EN) 22 P 50 169 Belum

Kawin

Non-PNS 1

Syamlidar (SY) 53 P 65 155 Kawin PNS 29

Encep (EN) 42 L 70 175 Kawin PNS 15

Bakhtiar Sinaga (BS)

45 L 67 170 Kawin PNS 25

Dewi Andriani (DA)

36 P 60 160 Kawin PNS 15

KHAIRANI HASYIM,AMk

PERAWAT HD/CAPD ADMINSITRASI ELLLLIS NURLINDA SITORUS M.NOPIN,SE RANI KARLINA,Amd TEKNISI SUMARDI DAVID S


(57)

Siti Hawa (SH) 37 P 70 153 Kawin PNS 10

Lince Hutapea (LH)

54 P 58 150 Kawin PNS 32

Berdasarkan data karakteristik diatas, dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin, 15% (3 orang) tenaga kesehatan di Intalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan adalah laki-laki, sedangkan jumlah perempuan 85% (17 orang ) perempuan. Berdasarkan usia, 18 tenaga perawat berusia diatas 30 tahun, sedangkan sisanya sebesar 2 perawat berusia dibawah 30 tahun. Diketahui bahwa rata-rata berat badan perawat Instalasi Hemodialisa yaitu 62,75 kg dengan tinggi badan 158,4 cm. Berdasarkan status perkawinan, 90% (18 orang) perawat telah kawin, sedangkan sisanya 10% (2 orang) belum kawin.Berdasarkan Status Kepegawaian 40% (8 orang) perawat berstatus Non-PNS, sedangkan 60% (12 orang) perawat berstatus PNS. Berdasarkan pengalaman kerja di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan, diketahui 7 perawat bekerja selama kurang dari 10 tahun, sedangkan sisanya sebesar 13 bekerja selama lebih dari 10 tahun.

Dalam melakukan tugasnya, setiap minggu Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan melakukan pergantian shift perawat. Berikut ini adalah shift perawat periode 18 Mei – 23 Mei 2015 :

Tabel 4.2 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan periode 18 Mei – 23 Mei 2015

SHIFT PAGI

SHIFT SORE

RUANG A1 RUANG A2 RUANG B1 RUANG ISOLASI

MA M BS HE LH

DA EN EL JU

SY SU CR BU

TE EN SR NS


(58)

Berdasarkan jumlah dan shift perawat maka sampel penelitian adalah seluruh perawat Instalasi Hemodialisa (Total Sampling) yaitu 20 orang perawat. Responden untuk depth interview yang awalnya akan dilakukan kepada seluruh perawat mengalami kendala karena sebagian besar perawat menolak untuk melakukan wawancara, sehingga dari 20 perawat Instalasi Hemodialisa hanya 3 perawat yang bersedia untuk melakukan depth interview. Adapun informan yang berhasil diwawancarai adalah responden MA, TE, dan JU.

4.4 Hasil Pengamatan Analisa Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa RSU51 Dr.pirngadi Medan

Pengamatan beban kerja mengalami kendala, seharusnya data proses analisa beban kerja diisikan langsung oleh perawat namu pada saat akan dilakukan pengamatan, kepala ruangan instalasi Hemodialisa tidak memberikan izin karena akan mengganggu dan menambah beban kerja perawat. Akhirnya data proses analisa beban kerja dilakukan langsung oleh peneliti dibantu oleh 3 orang relawan dengan pembagian 1 orang menganalisa 1 orang perawat dalam satu shift.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa kegiatan perawat di Instalasi Hemodialisa cenderung homogen dan rutin.Kegiatan perawatan hemodialisa oleh 20 responden, dapat terlihat bahwa variasi waktu yang dihabiskan oleh masing-masing responden untuk masing-masing kegiatan sangat kecil karena variasi kegiatannya sendiri pun juga tidak banyak.Pasien hemodialisa pun sudah dijadwalkan secara rutin (dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu


(59)

senin-kamis, selasa-jumat dan rabu-sabtu).Beberapa kegiatan yang berbeda yang dilakukan oleh beberapa responden menunjukkan kewajiban yang berbeda yang diemban oleh masing-masing perawat pada shiftnya masing-masing. Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti, jam kerja perawat yang seharusnya sesuai dengan shift (shift pagi 07.00-14.30 WIB dan shift sore 14.30 -20.00 WIB), ternyata lebih panjang karena banyak persiapan yang harus dilakukan untuk memulai dan menyudahi perawatan hemodialisa, seperti misalnya aktivasi mesin membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit sehingga jika perawatan direncanakan akan mulai pukul 07.00 WIB, maka setidaknya mesin harus dinyalakan pada pukul 06.30 WIB. Rata-rata jumlah pasien dalam sehari dalam 2 shift adalah 60 pasien.

Berikut adalah rangkuman dari kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing responden dalam shift kerja gabungan (pagi dan sore) yang kemudian diambil rata-ratanya. Adapun ketentuan dari pengambilan kegiatan yang terhitung adalah kegaitan yang dilakukan oleh minimal 1 orang responden dengan 1 orang peneliti. Jika dalam satu penilaian waktu (15 menit) responden melakukan suatu kegiatan lebih dari satu kali, maka rata-ratanya dihitung terlebih dahulu.


(60)

Jenis Kegiatan Responden rata-rata standar deviasi

SU FA TE NS SH NA SR LH JU M SY DA BS CH EC MA EN HE EL BU

Kegiatan Perawatan

Produktif Langsung

Jumlah Waktu (Menit)

Memasang alat pada

pasien

15 47.5 50.5 22.5 25 52.5 45 27.5 10 22.5 27.5 31.25 45 37.5 87.5 87.5 38.75 37.5 47.5 17.5 38.775 20.75339224

Mengukur tekanan

darah pasien

15 6.75 5 7.5 5 7.85 4.144273157

Observasi pasien dialisa dan

pasien komplikasi

15 7.5 27. 5

15 22.5 45 12.5 52.5 45 11.25 112.5 7.5 42.5 22.5 22.5 12.5 29.60 26.480019

Membantu perawat lain mengerjak an pasien lain

7.5 37.5 41.7 5

27.5 12. 5

15 10 17.5 15 15 7.5 22.5 30 15 5 7.5 15 17.75 10.7150595

Konsultasi dengan pasien seputar keluhan yang dirasakan

52.5 36.2 5

26.2 5

7.5 41.25 17.5 27.5 37.5 5 15 7.5 15 22.5 15 20 23.08 13.77324874

Menghenti kan perawatan hemodialis

a pasien

52.5 27.5 45 7.5 41.25 37.5 52.5 45 22.5 37.5 67.5 45 30 35 30 45 22.5 27.5 37.29 13.84160661

Mempersia pkan


(61)

Injeksi Heparin

Iv/oppo

28 35 27.

5

21.25 15 22.5 30 7.5 22.5 12.5 52.5 45 42.5 15 32.5 5 25.89 13.50400211

Menyiapka n dan membagik

an obat pasien

30 22.5 7.5 7.5 7.5 15 10.60660172

Operasi Pemasanga

n Double lumen dan

semino

90 90 90

Kegiatan Perawatan Produktif Tidak Langsung Menyiapka n dan menyusun rekam medik pasien

15 7.5 5 7.5 120 42.5 52.5 127.5 52.5 30 35 97.5 12.5 12.5 44.10 42.10343425

Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialis a

12.5 7.5 28.75 5 10 21.25 12.5 7.5 13.125 8.017837257

Sterilisasi dan cuci alat pasca pemasanga n alat 10 5 82. 5

5 120 45 120 79.58 46.2173308

Aktivasi mesin untuk rinsing

7.5 3.75 46.2 5

15 15 7.5 15 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 5 11.73 11.02244941

Mengaktiv asi kembali mesin yang


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Beban kerja perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi beban tergolong

rendah dengan total 18 perawat atau 90% perawat memiliki beban kerja rendah

2. Faktor eksternal tugas dan kepuasan \ yang berpengaruh signifikan terhadap beban kerja perawat. Hal ini didukung dengan hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan peneliti dimana responden mengatakan bahwa tugas da kepuasan memiliki andil dalam rasa beban kerja yang mereka rasakan.

3. Waktu non produktif yang dilakukan oleh perawat cukup lama dilihat dari hasil penelitian yaitu rata-rata waktu kegiatan produktif masing-masing responden adalah sebesar 281,75 menit atau 5 jam 9 menit dan kegiatan non produktif adalah sebesar 2 jam 38 menit.

4. Standar beban kerja perawatan telah sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien, yang meliputi: pertama berapa besaran waktu seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan pokok dan kedua berapa beban sebenarnyya dapat dikerjakan seseorang pada suatu kegiatan pokok selama satu tahun dengan rata-rata waktu yang dibakukan.


(2)

74

5. Instalasi Hemodialisa berdasarkan perhitungan WISN membutuhkan tambahan perawat sebanyak satu orang tetapi saat ini sepertinya belum dibutuhkan dikarenakan beban kerja perawat yang masih rendah.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Instalasi Hemodialisa

1. Kepala ruangan instalasi hemodialisa dapat memperbaiki dan menjalankan manajemen tugas pokok dan standar kerja perawat yang sesuai dengan standar rumah sakit.

2. Perawat instalasi hemodialisa dapat memanfaatkan waktu luang dengan baik untuk meningkatkan keefektifitasan waktu kerja.

6.2.2 Bagi Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor eksternal tugas perawat Instalasi Hemodialisa Rsu Dr.Pirngadi Medan. Hal ini dianggap penting untuk meningkatkan kualitas pelayanankeperawatan, perencanaan Rumah Sakit dan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Sarah. 2013. Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan Di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Berdasarkan Beban Kerja dan Kompetensi Kerja. Tesis, Universitas Indonesia.

Azrul, Azwar. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Cronin, J. J. & Taylor S. A. 1992. Measuring Service Quality: A Reexamination and Extension. Journal of Marketing hal 55-68..

Depkes RI. 1993. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Perawatan Rumah Sakit. Depkes Dharma Wangsa. Jakarta.

Gillies, D.A. 1996. Nursing Managmenet, 2nd Ed. WB. Saunders. New York. Grandjean. 1988. Fiting The Task To The Man. The Text Book Of Occupational

Ergonomic 4th Edition Taylor and France. Philadelphia.

Groenowegen P.P, Hutten JBF. 1991. Workload and Job Satisfaction Among General Practitioner, Journal Soc Sci Med, diakses tanggal 15 mei 2011 dari : htpp://www.sciencedirect.com/science/article/pii/027795369190878

Haryati, Eko. 2010. Asuhan Keperawatan Chronic Renal Failure. Bahan Kuliah. Renal Unit RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta.

Ilyas, Y. 2004. Perencanaan Sumber DayaManusia Rumah Sakit. Teori Metoda dan Formula. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI. Jakarta.

Jauhari. 2005. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Beban Kerja Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005. Tesis, Universitas Sumatera Utara.

Kawonal, Y. 2006. Standar Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia. Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Kusmiati. 2003. Hubungan Persepsi Beban Kerja dan Stres Kerja Perawat. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Manuaba, A. 2000. Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam Wygnysoebroto. S & Wiranto, S.E. PT Gun Widya. Surabaya.


(4)

76

Marquis, B.L & Houstun. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi.EGC. Jakarta

Munandar, A. S. 2001. Stres dan Keselamatan Kerja. UI press. Jakarta. Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. UI press. Jakarta.

Nurini, Ismonah dan Purnomo. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Meningkatkan Kepatuhan Hemodialisa Kepada Pasien Chronic Kidney Disease (KDC) di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Skripsi Imu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional Edisi II. Salemba Medika. Jakarta.

Palestin, B. 2006. Fungsi Perawat Spesialis Agar Terhindar Dari Masalah Etik Maupun Hukum. Jurnal Keperawatan dan Penelitian Kesehatan.

Prihartono dan Purwondoko, G. 2006. Pemetaan Kebutuhan Pegawai Dengan Pendekatan Pengukuran dan Analisis Beban Kerja. PT. Indonesia Tower. Sabarguna, BS. 2006. Sistem Bantu Keputusan Untuk Quality Management.

Konsorsium RS Islam Jateng& DIY. Yogyakarta.

Shipp, Peter, J. 1998. Workload Indicator of Staffing Need (WISN) A Manual For Implementation. Switzerland: WHO.

Simamora, H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. STIE YKPN. Yogyakarta.

Suciari, Tetra. 2006. Analisis Postur Kerja dan Beban Kerja Pramu Kamar Terhadap Keluhan Low Back Pain di Hotel X Medan. Tesis Sekolah Pascasarjana USU.

Tawi, Mirza. 2008. Hak Pasien dan Perawat. https://syehaceh.wordpress.com/2008/ 06/18/hak-pasien-dan-perawat/. (Online: 13 Oktober 2011)


(5)

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah pasien dialisa akan menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan oleh perawat. Peningkatan beban kerja kemungkinan akan menyebabkan terjadinya kelalaian dalam melayani pasien yang dirawatnya. Beban kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Untuk itu diteliti pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSU Dr. Pirngadi Medan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi beban kerja perawat secara langsung menggunakan kuesioner untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal serta wawancara tidak terstruktur untuk melihat korelasi antara data yang diterima dengan pernyataan perawat. Perawat yang akan menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 20 orang perawat.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa 18 orang perawat memiliki beban kerja rendah sedangkan 2 orang perawat memiliki beban kerja tinggi. Pengaruh yang signifikan terhadap beban kerja perawat adalah pengaruh eksternal tugas. Rata-rata waktu produktif selama satu shift adalah 389,89 menit dengan rata-rata waktu produktif sebesar 313,42 menit dan rata-rata waktu non produktif sebesr 76,47 menit. Kegiatan produktif yang dilakukan responden adalah 601 kegiatan dan kegiatan non produktif adalah sebanyak 169 kegiatan. Hasil perhitungan WISN didapatkan total kebutuhan tenaga di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi sebanyak 1 orang.

Hasil penelitian yang menyatakan beban kerja rendah ternyata bukan berarti tidak adanya beban kerja perawat karena ternyata ada pengaruh signifikan terhadap faktor eskternal tugas yang dirasakan oleh perawat. Diharapkan untuk mengurangi beban kerja terhadap tugas perawat dapat diturunkan dengan menambahkan jumlah perawat sebanyak 1 orang atau mengurangi tugas perawat yang kemungkinan berasal dari kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan atau tugas tambahan.

Kata Kunci : Beban Kerja, Perawat Hemodialisa, Faktor Internal dan Eksternal


(6)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The increasing number of patients on dialysis led to high nurse workload. Increase in workload is likely to lead to negligence in serving patient. The workload influence by many things such as the patient's condition which constantly changing, total average hours of care services needed to provide direct care to patients and additional tasks that must be done by a nurse that can interfere with the work performance. Due to this issue, it required to investigate the impact of internal and external factors toward nurse workload in Hemodialisa Installation RSU Dr. Pirngadi Medan.

In this research, directly observation on nurses’ workload is used through questionnaires to see the impact of internal and external factors as well as unstructured interviews to see the correlation between data is received through nurses’ statements. There are 20 nurses included as a part of the research.

Results from this research stated that 18 nurses have a low work load while 2 nurses have a high workload. A significant impact on the workload of nurses is the duty of external duty. On average productive time during one shift is 389.89 minutes with an average of 313.42 minutes of productive time and 76.47 of non-productive times. A productive activity done by respondents is 601 activities and non-productive activity is as much as 169 activities. By WISN calculation, it is obtained the total power requires in Hemodialisa Hospital Installation Dr.Pirngadi by 1 person.

Results of research confirming that the low workload does not mean there is no presence of workload for nurses as there is significant impact in external

duty factors perceived by nurses. It is expected to reduce nurses’ work load by

adding in one nurse or reduce nurse task which possible come from complexity of the task, difficult level of the task, job responsibilities or extra duties.