6. Sarana dan fasilitas baik jumlah dan kualitasnya tidak memenuhi tuntutan tugas
pekerjaan. 7.
Tidak adanya SOP atau tidak memadainya SOP perusahaan
2.1.3 Dampak Beban Kerja
Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Hal
ini didukung oleh penelitian Suciari 2006 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.
Persentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari pramu kamar dengan kategori beban kerja sekali mencapai 100, sedangkan beban kerja kategori berat
mencapai 79 dan beban kerja sedang 30. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau
mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan
yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu
sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat
menimbulkan stress kerja Manuaba, 2000.
2.1.4 Penilaian Beban Kerja
Universitas Sumatera Utara
Ketika melakukan suatu pekerjaan atau bekerja kita memerlukan energi yang berasal dari hasil pembakaran. Energi yang diperlukan semakin besar seiring dengan
semakin berat jenis pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu jumlah oksigen dan kalori yang digunakan oleh tubuh saat bekerja, timbulnya panas dari tubuh sejalan
dengan kenaikan suhu tubuh serta kecepatan penguapan lewat keringat juga merupakan indikator beban kerja fisiologis, namun indikator ini masih dipengaruhi
pula oleh keadaan cuaca kerja. Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman
merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi
sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti
peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat sering terapar zat
berbahaya yang mempengaruhi kesehatan dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan
banyak lagi dampak negatif lainnya. Perhitungan beban kerja dapat dilakukan melalui observasi langsung terhadap
pekerjaan yang dilakukan. Simamora 2006 teknik analisis beban kerja workload analysis memerlukan penggunaan pedoman penyusunan staf, standar dalam upaya
mengidentifikasi kebutuhan sumber daya manusia. Ilyas 2004 mengatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
beban kerja dapat dihitung secara sederhana dengan menanyakan langsung kepada petugas yang bertugas tentang beban kerja yang dilaksanakan.
WISN adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban kerja pekerjaan nyata. Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan
yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan professional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan Depkes, 2004. Metode ini dapat diterapkan pada
semua kategori tenaga, baik medis, paramedis, maupun non medis. Menurut Ilyas 2004, beban kerja dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan perawat pada waktu
kerja baik kegiatan langsung, tidak langsung dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. Sumber daya manusia yang tersedia berkaitan
erat dengan beban kerja.
Keunggulan metode WISN menurut Depkes antara lain: 1.
Mudah dilaksanakan karena menggunakan data yang dikumpulkan atau didapat dari laporan kegiatan rutin masing-masing unit pelayanan.
2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer kesehatan
disemua tingkatan dapat memasukkannya ke dalam perencanaan kesehatan. 3.
Hasil perhitungannya dapat segera diketahui sehingga dapat segera dimanfaatkan hasil perhitungan tersebut oleh manajer kesehatan disemua tingkatan dalam
mengambil kebijakan atau keputusan
Universitas Sumatera Utara
4. Metode perhitungan ini dapat digunakan bagi berbagai jenis ketenagaan, termasuk
tenaga non kesehatan 5.
Hasil perhitungannya realistis, sehingga memberikan kemudahan dalam menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber daya lainnya
Kelemahan metode WISN diantaranya: Input data yang diperlukan bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi
kegiatan rutin satuan kerja atau institusi di mana tenaga yang dihitung berkerja, maka kelengkapan pencatatan data dan kerapihan penyimpanan data mutlak harus
dilakukan dalam mendapatkan keakuratan hasil perhitungan jumlah tenaga secara maksimal.
Menurut Shipp 1998, langkah perhitungan tenaga berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu:
1. Menetapkan waktu kerja tersedia
Tujuannya adalah agar diperoleh waktu kerja efektif selama satu tahun untuk masing-masing kategori SDM yang bekerja di suatu unit atau institusi Rumah Sakit.
Rumusnya adalah
Keterangan: Waktu Kerja Tersedia= A-{B+C+D+E} x F
Universitas Sumatera Utara
A= hari kerja jumlah hari kerjaminggu B= cuti tahunan
C= pendidikan dan pelatihan D= hari libur nasional
E= ketidakhadiran kerja sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran kerja selama kurun waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan atau tanpa alasan
F= waktu kerja waktu kerja dalam satu hari 2.
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung Tujuannya adalah diperoleh unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar Rumah Sakit.
Informasi yang diperlukan didapatkan dari: a. Data pegawai yang bekerja pada tiap unit kerja di rumah sakit
b. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan jabatan fungsional SDM Kesehatan c. Standar Profesi, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur SOP pada
tiap unit kerja Rumah Sakit 3. Menyusun standar beban kerja
Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya waktu rata-rata dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh unit masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Rumusnya adalah
Data yang diperlukan antara lain: a. Waktu yang tersedia
b. Bagan struktur organisasi c. Kegiatan pokok
d. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok e. Standar profesi
f. Menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan 4. Menyusun standar kelonggaran
Tujuannya adalah untuk diperoleh faktor-faktor kelonggaran setiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang tidak
terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokokpelayanan.
Penyusunan standar kelonggaran dapat dilakukan melalui pengamatan dan wawancara tentang:
a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terlibat langsung dengan pelayanan kepada pasien b. Frekuensi tiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu dan bulan
c. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk meyelesaikan kegiatan Standar Beban Kerja=
Standar Kelonggaran=
Universitas Sumatera Utara
5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja Tujuannya adalah agar diperoleh jumlah dan jenis kategori SDM yang
dibutuhkannya untuk menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan selama kurun waktu satu tahun Depkes, 2004
Rumus perhitungan kebutuhan tenaga yaitu:
Data yang diperlukan: a. Waktu yang tersedia
b. Standar beban kerja c. Standar kelonggaran
d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama 1 tahun Metode yang paling akurat untuk peramalan jangka pendek adalah dengan
menggunakan informasi mengenai beban kerja work load yang sesungguhnya berdasarkan analisisi pekerjaan terhadap beban kerja yang perlu disesuaikan. Teknik
analisis beban kerja work load analysis ini memerlukan penggunaan rasio atau pedoman penyusunan staf standar untuk menentukan kebutuhan personalia
Simamora, 1992.
2.2 Perawat