BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit menurut World Health Organization 1957 adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis, berfungsi memberikan pelayanan
kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana pelayanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biosisial. Menurut
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1204MENKESSKX2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan Depkes RI, 2004. Rumah sakit memiliki salah satu pelayanan terhadap orang sakit yang mengalami
penyakit atau gangguan terhadap ginjal mereka. Pelayanan tersebut adalah pelayanan hemodialisa. Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan eksresi dalam tubuh yang tidak mampu lagi diolah oleh ginjal. Biasanya pasien yang menjalani perawatan hemodialisa adalah pasien dengan gagal
ginjal kronis GGK. Tujuan dari terapi ini adalah untuk memperpanjang nyawa
Universitas Sumatera Utara
pasien dan menjaga kestabilan hidup sampai ginjal dapat berfungsi kembali. Secara umum, konsep dari perawatan hemodialisa adalah mengalirkan darah pasien yang
penuh dengan toksin dan limbah nitrogen di dialiser untuk dibersihkan, lalu dialirkan kemabli ke tubuh pasien. Prosesnya terbagi menjadi 3 yaitu difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi. Selama menjalani perawatan, ada beberapa komplikasi ynag mungkin timbul, yaitu hipertensi, hipovolemia kedinginanmenggigil, demam, sakit kepala
dan kram otot Nurini, Ismonah dan Purnomo 2011. Dalam menjalankan proses dialisa dibutuhkan perawat yang membantu
menjalankan dan memasangkan alat-alat yang akan digunakan. Departemen Kesehatan mendefinisikan perawat adalah seseorang yang memberikan pelayanan
kesehatan secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Dalam proses dialisa seorang perawat sangat dibutuhkan ketelitian dan ketepatan dalam pemasangan alat-alat. Adapun tugas dan tanggung jawab perawat
hemodialisa yaitu, Menyiapkan mesin dan peralatan hemodialisis mulai dari bloodpump, sistem pengaturan larutan dilisat, sistem pemantauan mesin terdiri dari
blood circuit dan dilihat sirkuit dan berbagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bikarbonate,
control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor serta melakukan pemeriksaan tekanan darah dan berat badan pasien dialisa.
Universitas Sumatera Utara
WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun 1995-2025 sebesar 41,4 atau secara global lebih dari 500 juta
orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah. Di Indonesia berdasarkan Pusat
Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sebanyak 50 orang per satu juta penduduk, 60nya
adalah usia dewasa dan usia lanjut. Menurut Depkes RI 2009 hingga saat ini Indonesia terdapat 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan
penanganan cuci darah. Data PT Askes tahun 2009 menunjukkan insiden gagal ginjal di Indonesia mencapai 350 per 1 juta penduduk, saat ini terdapat sekitar 70.000
pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan cuci darah. Nursalam 2011, mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Karena pelayanan
keperawatan dinilai sangat penting, diperlukan suatu sistem yang mampu menjamin keefektifan asuhan keperawatan, yang tersedia dalam area praktek yang memudahkan
perawat dalam mengambil keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara aman. Penghitungan beban kerja perawat dinilai semakin penting karena menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh International Council of Nurse ICN, dikatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa peningkatan beban kerja perawat dalam menangani 4 orang pasien menjadi 6 orang pasien mengakibatkan peningkatan sebesar 14 kemungkinan terjadinya
kelalaian atau bahkan kematian pasien yang dirawatnya. Munandar, 2001 mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana
pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan
seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja
psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana
tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya Manuaba, 2000.
Beban kerja yang diterima perawat akan menyebabkan mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada pasien menjadi tidak maksimal. Akibat lanjut dari
tingginya beban kerja adalah penurunan kinerja kerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Ilyas 2004 mengatakan beban kerja perawat yang tinggi
dapat menyebabkan keletihan,kelelahan. Lebih lanjut Ilyas menyebutkan keletihan,kelelahan perawat terjadi bila perawat bekerja lebih dari 80 dari waktu
kerja mereka. Menurut Azwar 1996 kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
Universitas Sumatera Utara
setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting. Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas bahwa pelayanan
keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit.
Kusmiati 2003, menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat
mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Beban Kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Beban kerja perawat yang tinggi berdampak terhadap penurunan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sarah Andini 2013 di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan diketahui bahwa proporsi waktu produktif yang
dihabiskan responden dalam satu shift sebesar 83,51, sedangkan jumlah kegiatan produktif yang dilakukan oleh responden selama 8 shift adalah sebesar 85,67. Hal
ini mengindikasikan bahwa perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan telah melewati titik optimum karena telah melewati 80 Ilyas,2004.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan didapati jumlah data jumlah kunjungan hemodialisa selama tahun 2014 sebanyak
16.198 kunjungan pasien. Jumlah ini naik sebanyak dua kali lipat dibanding tahun 2013 yang berjumlah 8.002 kunjungan pasien dialisa. Pada bulan januari 2015
terdapat 1.448 kunjungan pasien dialisa dan pada bulan februari 2015 terdapat 1.302 kunjungan pasien dialisa. Jumlah perawat Instalasi hemodialisa saat ini hanya
berjumlah 20 orang perawat dengan jumlah mesin dialisa yang mencapai 53 mesin dialisa. Dalam satu hari satu mesin digunakan oleh 2 atau 3 orang pasien sehingga
rata-rata per hari terdapat 60 orang pasien yang melakukan dialisa di ruang hemodialisa.
Ruang hemodialisa RSU Dr. Pirngadi dibagi atas 5 ruangan yang terdiri dari Ruang A1 memiliki 16 mesin hemodialisa dengan 4 orang perawat, RA2 memiliki 10
mesin dengan orang 3 orang perawat, Ruang B memiliki 10 mesin dengan 4 orang perawat, Ruang Bbraun memiliki 8 mesin dengan 3 perawat dan Ruang isolasi
memiliki 4 mesin dengan 1 orang perawat. Masih ada ruang yang memiliki mesin hemodialisa tetapi tidak berada diruang hemodialisa seperti Ruang VIP memiliki 5
mesin dan Ruang Icu memiliki 1 mesin. Dilihat dari jumlah mesin dan perawat di tiap ruangan dapat diambil rata-rata bahwa 1 orang perawat menangani 4 orang pasien
dialisa. Setelah melakukan wawancara kepada perawat di ruang hemodialisa diketahui
bahwa perawat mengalami kelelahan dan keletihan fisik, timbulnya rasa bosan dan
Universitas Sumatera Utara
kejenuhan dalam melayani pasien hemodialisa, terkadang sesekali perawat mengalami rasa tegang dan cemas. Ilyas 2004 mengatakan beban kerja perawat
yang tinggi dapat menyebabkan keletihan,kelelahan Berdasarkan fenomena yang ada untuk itu maka dibutuhkan penelitian untuk
menganalisa beban kerja perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
1.2 Permasalahan Penelitian