28
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan USU. Kemudian peneliti menjumpai mahasiswa dan menjelaskan
maksud dan tujuan dari penelitian. Mahasiswa yang tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghargai haknya. Mahasiswa yang bersedia untuk
diteliti maka peneliti memberikan informed consent untuk dibaca dan ditandatangani. Kemudian mahasiswa yang sudah menandatangani informed
consent akan diberi kuesioner untuk diisi. Setelah memperoleh seluruh data responden, maka data dikumpulkan untuk diolah.
8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan
data, kemudian data yang sesuai diberi kode coding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan entry data
ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS.
8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan prosedur yang dilakukan untuk menganalisa data dari variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian
Polit Hungger, 1995. Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen yaitu
efikasi diri dan variabel dependen yaitu kesiapan IPE. Analisa univariat ini ditampilkan berupa distribusi frekuensi dan persentase.
Universitas Sumatera Utara
29
8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen terhadap dependen. Pada penelitian ini dilakukan analisis
dengan menggunakan uji statistik korelasi spearman rank. Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya.
Tabel 4.4 Panduan interpretasi hasil uji hipotesa berdasarkan kekuatan
korelasi,nilai p, dan arah korelasinya No.
Parameter Nilai
Interpretasi 1.
Kekuatan korelasi 0,00-0,199
0,20-0,399 0,40-0,599
0,60-0,799 0,80-1,000
Sangat lemah Lemah
Sedang Kuat
Sangat kuat 2.
Nilai p P 0,05
P 0,05 Terdapat korelasi yang bermakna
antara dua variabel yang diuji Tidak terdapat korelasi yang bermakna
antara dua variabel yang diuji 3.
Arah korelasi + positif
- negatif Searah, semakin besar nilai suatu
variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya
Berlawanan arah, semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai
variabel lainnya.
Universitas Sumatera Utara
30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan efikasi diri dengan kesiapan Interprofessional Education IPE mahasiswa
keperawatan dan pendidikan dokter USU. Penelitian ini dimulai pada 3 April sampai dengan tanggal 8 Juni di fakultas keperawatan dan pendidikan dokter USU
dengan jumlah responden 160 orang.
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu distribusi karakteristik data demografi responden, efikasi diri mahasiswa semester akhir FKep dan FK,
kesiapan interprofessional education IPE mahasiswa semester akhir FKep dan FK, serta mengidentifikasi ada tidaknya hubungan efikasi diri dengan kesiapan
interprofessional education IPE mahasiswa semester akhir FKep dan FK.
5.1.1 Distribusi Karakteristik Data Demografi Responden
Deskripsi karakteristik mahasiswa terdiri dari jenis kelamin, usia, semester, dan fakultas. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat
distribusi demografi dari mahasiswa saja dan tidak akan dianalisis terhadap hubungan efikasi diri dengan kesiapan IPE mahasiswa FKep dan FK. Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 128 80, mayoritas usia mahasiswa adalah
20 tahun yaitu sebanyak 63 39,4, mayoritas mahasiswa berada pada semester 6 yaitu sebanyak 127 79,4, dan sebanyak 127 79,4 adalah mahasiswa fakultas
kedokteran.
Universitas Sumatera Utara
31 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik
Mahasiswa N=160 No
Karakteristik Frekuensi
Persentase 1.
Jenis Kelamin Laki- laki
32 20
Perempuan 128 80
Total 160
100 2.
Usia 18
1 0.6
19 11
6.9 20
63 3.4
21 56
35.0 22
28 17.5
23 1
0.6 Total
160 100
3. Semester
Enam 127
79.4 Delapan
33 20.6
Total 160
100 4.
Fakultas Keperawatan
33 20.6
Kedokteran 127
79.4 Total
160 100
Sumber : Data Primer
5.1.2 Efikasi diri mahasiswa FKep dan FK
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 mahasiswa keperawatan, sebanyak 23 mahasiswa 69,7 memiliki efikasi diri tinggi, dan dari 127
mahasiswa kedokteran, sebanyak 68 mahasiswa 53,5 memiliki efikasi diri yang tinggi. Berdasarkan hasil analisa data sebanyak 160 mahasiswa keperawatan
dan kedokteran tersebut maka distribusi frekuensi dan persentase efikasi diri dapat dilihat pada tabel 5.2
Universitas Sumatera Utara
32 Tabel 5.2
Distribusi frekuensi dan persentase efikasi diri mahasiswa fakultas keperawatan dan pendidikan dokter usu n=160
Efikasi Diri Keperawatan
Kedokteran Total
f F
Tinggi 23
69.7 69
54.3 57.5
Sedang 10
30.3 58
45.7 42.5
Total 33
100 127
100 100
Sumber: Data Primer Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase efikasi diri berdasarkan 4
indikator n=160 Efikasi Diri
Keperawatan Kedokteran
Total f
F Kognitif
Tinggi Sedang
23 69.7
74 58.3
60.6 10
30.3 53
41.7 39,4
Total 33
100 127
100 100
Motivasi Tinggi
Sedang 26
78.7 100
78.8 78.7
7 21.3
27 21.2
21.3 Total
33 100
127 100
100 Afektif
Tinggi Sedang
29 87.9
105 82.7
83.7 4
12.1 22
17.3 16.3
Total 33
100 127
100 100
Selektif Tinggi
Sedang 20
60.6 97
76.4 73.2
12 36.4
27 21.3
24.3 Rendah
1 3.0
3 2.3
2.5 Total
33 100
127 100
100 Sumber: Data Primer
5.1.3 Kesiapan Interprofessional Education IPE Mahasiswa FKep dan FK
Data distribusi frekuensi kesiapan IPE pada 160 mahasiswa keperawatan dan pendidikan dokter yang di jelaskan dalam tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari
33 mahasiswa keperawatan, sebanyak 32 97,0 memiliki kesiapan IPE yang tinggi, dan dari 127 mahasiswa kedokteran, sebanyak 122 96,1 memiliki
kesiapan IPE yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
33 Dari hasil analisis data distribusi frekuensi dan persentase tersebut
diketahui bahwa mayoritas mahasiswa, baik mahasiswa keperawatan maupun mahasiswa kedokteran memiliki kesiapan yang tinggi terhadap Interprofessional
Education IPE.
Data distribusi
frekuensi dan
persentase kesiapan
Interprofessional Education IPE dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan IPE mahasiswa fakultas
keperawatan dan pendidikan dokter usu n=160 Kesiapan IPE
Keperawatan Kedokteran
Total F
F Tinggi
32 97.0
122 96.1
96.3 Sedang
1 3.0
5 3.9
3.7 Total
33 100
127 100
100 Sumber: Data Primer
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan IPE berdasarkan 3
indikator n=160 Kesiapan IPE
Keperawatan Kedokteran
Total F
f Identitas profesi
Tinggi Sedang
31 93.9
121 95.3
95.0 2
6.1 6
4.7 5.0
Total 33
100 127
100 100
Kerjasama dalam kolaborasi Tinggi
Sedang 32
97.0 123
96.9 96.8
1 3.0
4 3.1
3.2 Total
33 100
127 100
100 Peran dan Tanggung jawab
Tinggi Sedang
27 81.8
119 93.7
91.3 6
18.2 8
6.3 8.7
Total 33
100 127
100 100
Sumber : Data Primer
Universitas Sumatera Utara
34
5.1.4 Hubungan Efikasi diri dengan Kesiapan Interprofessional Education
IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU
Analisis hubungan efikasi diri dengan kesiapan interprofessional
education IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU, diukur
dengan menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil analisa data yang dilakukan dengan uji korelasi spearman rank didapat koefisien korelasi r
hubungan efikasi diri dengan kesiapan interprofessional education IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU yaitu r 0,332 dengan
tingkat signifikan p 0,000 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan efikasi diri dengan kesiapan
Interprofessional Education IPE dengan kekuatan hubungannya lemah dan positif.
Tabel 5.6 Hasil analisa hubungan efikasi diri dengan kesiapan interprofessional education IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter
USU n=160. Variabel
r p
Efikasi diri 0,332
0,000 Kesiapan IPE
α = 0,01 2-tailed
Sumber: Data Primer
Universitas Sumatera Utara
35
5.2 Pembahasan
5.2.1 Efikasi diri mahasiswa semester akhir ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU
Teori sosial kognitif Bandura mengemukakan efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam menghadapi masalah, mencari
solusi, dan meningkatkan kesiapan kerja pada calon tenaga kerja, serta menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi dirinya dan
berperilaku Bandura, 1986. Bandura juga menyatakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu dalam memperkirakan kemampuan dirinya dalam
melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Dengan memiliki keyakinan bahwa dirinya
memiliki kemampuan maka akan menimbulkan pada diri seseorang bahwa ia pun siap untuk bekerjasama karena ia yakin ia memiliki kemampuan.
Efikasi diri seperti yang diungkapkan oleh Bandura 1986 merupakan mekanisme psikologis yang penting dalam self influence, yaitu mempengaruhi
diri. Bandura menyatakan: Jika orang tidak yakin bahwa mereka dapat menghasilkan efek yang dinginkan dan mencegah hal yang tidak dinginkan
dengan tindakan mereka, maka mereka memiliki sedikit dorongan untuk dapat menjalin suatu hubungan kerjasama. Efikasi diri merupakan faktor penting dalam
kesiapan bekerjasama seseorang, karena apapun yang menjadi faktor kesiapan bekerjasama, berakar dari keyakinan utama untuk membuahkan hasil yang
diinginkan. Efikasi diri juga merupakan keyakinan terhadap kemampuan seseorang untuk menggerakkan motivasi, sumber-sumber kognitif, dan
Universitas Sumatera Utara
36 serangkaian tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dari
situasi yang dihadapi. Hasil analisa data mengenai efikasi diri mahasiswa semester akhir ilmu
keperawatan dan pendidikan dokter USU, terhadap 33 mahasiswa keperawatan dan 127 mahasiswa kedokteran menunjukkan bahwa pada mahasiswa
keperawatan terdapat 69,7 mahasiswa dalam kategori efikasi diri tinggi, 30,3 mahasiswa dalam kategori efikasi diri sedang. Dan pada mahasiswa kedokteran
terdapat 54,3 mahasiswa dalam kategori efikasi diri tinggi, 45,7 mahasiswa dalam kategori efikasi diri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar
mahasiswa, baik mahasiswa keperawatan maupun kedokteran memiliki efikasi diri yang cukup tinggi.
Pengkuran efikasi diri menggunakan 27 pernyataan. Dari pernyataan tersebut diketahui jawaban mahasiswa yang paling tinggi adalah terkait dengan
Afektif. Sementara nilai terendah berada pada indikator selektif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pada indikator kognitif dan afektif pada item soal
1,2,3,4,5,6,7,8,16,17,18,19,20,21,22,23,24, mahasiswa keperawatan memiliki skor yang lebih tinggi daripada kedokteran, sementara pada indikator motivasi dan
selektif pada item soal 9,10,11,12,13,14,15,25,26,27 mahasiswa kedokteran memiliki skor yang lebih tinggi daripada mahasiswa keperawatan.
Tindakan diatur oleh pikiran manusia. Kebanyakan perilaku manusia bertujuan dan diatur oleh pemikiran-pemikiran yang mewujudkan tujuan-tujuan
yang bernilai. Efikasi diri yang lebih tinggi pada mahasiswa keperawatan diasumsikan bahwa mahasiswa keperawatan lebih mampu memikirkan cara-cara
Universitas Sumatera Utara
37 yang digunakan, dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, serta mengatur tantangan tujuan yang lebih tinggi untuk diri individu dan komitmen individu yang lebih kuat. Melalui proses kognitif,
individu bukan hanya dinilai dari intelektual atau kepintaran melainkan dengan pemikaran akan cara-cara yang akan digunakan dalam mengatasi masalah.
Penelitian yang dilakukan Ramachandran 2004 menunjukkan bahwa individu yang memiliki pemikiran akan keyakinan efikasi diri yang tinggi membayangkan
skenario-skenario sukses yang memberikan tuntunan yang positif dan dukungan untuk prestasi performance. Sejalan dengan penelitian tersebut, secara kognitif
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran dan orientasi mahasiswa untuk menghadapi situasi yang menekan dengan strategi pengelolaan
diri yang efektif yang menjadi dasar penilian tingkat keyakinan efikasi diri yang dimiliki mahasiswa. Hal ini dapat dilihat pada analisis data bahwa sebanyak
69,7 mahasiswa keperawatan dan 58,3 mahasiswa kedokteran memiliki kognitif yang tinggi.
Efikasi diri memainkan peran dalam pengaturan diri dari motivasi. Individu memotivasi dirinya dan menuntun tindakannya lebih dulu dengan
pemikiran ke masa depan. Individu menyusun tujuan-tujuan untuk dirinya dan merencanakan bagian-bagian tindakan yang dirancang untuk mewujudkan masa
depan. Keyakinan akan efikasi diri mempengaruhi motivasi dalam beberapa cara : efikasi diri menentukan tujuan yang ditetapkan individu untuk dirinya, berapa
banyak usaha yang dikeluarakan berapa lama individu bertahan dalam meghadapi kesukaran, dan ketabahan individu untuk suatu kegagalan Bandura, 1997. Secara
Universitas Sumatera Utara
38 motivasi, penelitian ini memunjukkan adanya motivasi yang tinggi pada
mahasiswa, yang dapat dilihat dari analisis data bahwa sebanyak 78,8 mahasiswa keperawatan dan 78,7 mahasiswa kedokteran memiliki motivasi
yang tinggi. Ramachandran 2004 menemukan bahwa ketika mahasiswa kesehatan dihadapkan dengan rintangan dan kegagalan, individu yang mempunyai
keraguan akan kemampuannya akan mengurangi usahanya atau segera berhenti. Sedangkan, individu yang mempunyai keyakinan yang kuat akan kemampuannya
akan berusaha sekuat tenaga lebih keras lagi ketika mengalami kegagalan. Ketekunan yang kuat mempengaruhi pencapaian prestasi.
Efikasi diri terbentuk melalui afektif seseorang. Efikasi diri berpengaruh pada stress dan depresi manusia. Efikasi diri berperan dalam mengontrol pikiran-
pikiran yang menghasilkan stress dan depresi. Keyakinan akan efikasi diri juga memainkan perannya dalam mengontrol stressor yang membangkitkan kecemasan
Bandura 1997 dalam Siregar 2012. Dari analisis data diketahui bahwa afektif mahasiswa keperawatan lebih tinggi dari kedokteran. Peneliti mengamsusikan
bahwa mahasiswa keperawatan lebih mampu dalam mengontrol pikiran yang menghasilkan stress dan depresi daripada mahasiswa kedokteran. Ramachandran
2004 menemukan bahwa individu yang percaya bahwa dirinya sanggup mengontrol ancaman-ancaman, tidak mengalami gangguan pikiran. Sedangkan,
individu yang percaya bahwa dirinya tidak sanggup mengontrol ancaman- ancaman mengalami pembangkitan kecemasan yang tinggi yang berpengaruh
pada tingkat efikasi diri seseorang. Sejalan dengan hal tersebut, pada penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
39 ditemukan bahwa 87,9 mahasiswa keperawatan dan 82,7 mahasiswa
kedokteran memiliki afektif yang tinggi. Keyakinan akan kemampuan diri mempengaruhi tipe-tipe aktivitas dan
lingkungan yang individu pilih. Ramachandran 2004 mengemukakan bahwa individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi cendeng selektif dalam memilih
lingkungan dan pilihan yang baik. Pada penelitian ini, diperole data bahwa sebanyak 60,6 mahasiswa keperawatan dan 76,4 mahasiswa kedokteran
memiliki tingkat selektif yang tinggi. Proses selektif akan mempengaruhi tingkat efikasi diri seseorang. Siregar 2012, menemukan bahwa pilihan seseorang
terhadap suatu aktivitas atau lingkungan menggambarkan keyakinan diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Frank Pajares 2002, menjelaskan bahwa ada banyak penelitian yang membuktikan bahwa self efficacy memberikan sentuhan pada setiap aspek
kehidupan orang. Apakah itu mereka berpikir produktif, kelemahan diri, pesimis atau optismis. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya self efficacy pada diri
seseorang akan semakin meningkatkan keyakinannya pada kemampuan dirinya. Karena dengan tidak memiliki self efficacy maka individu tersebut akan tidak
yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan. Rizvi, dkk 2005 menemukan bahwa keyakinan akan kemampuan dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapan seseorang
terhadap lingkungan yang baru. Penelitian yang dilakukan Diyan, dkk 2008 tentang hubungan efikasi diri
dengan tindakan kolaborasi di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi
Universitas Sumatera Utara
40 diri dan tindakan kolaborasi perawat RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan. Semakin tinggi efikasi diri tugas perawat, semakin tinggi motivasi perawat dalam melaksanakan kolaborasi.
Sejalan dengan hal tersebut, pada penelitian ini ditemukan bahwa efiaksi diri memiliki hubungan positif dengan kesiapan IPE mahasiswa ilmu keperawatan
dan pendidikan dokter USU. Efikasi diri merupakan suatu kepribadian yang diperlukan untuk memecahkan masalah baik masalah pribadi, sosial, dan
pekerjaan serta membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas. Efikasi diri yang baik diperlukan oleh mahasiswa semester akhir keperawatan dan kedokteran
untuk siap memasuki dunia profesi. Hal ini dikarenakan ketika mahasiswa semester akhir keperawatan dan kedokteran memiliki efikasi diri yang tinggi
maka mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan untuk bekerja sama dengan profesi lainnya dirumah sakit yang tinggi pula dan sebaliknya ketika
mahasiswa semester akhir keperawatan dan kedokteran memiliki efikasi diri yang rendah maka kesiapan untuk bekerjasama dengan tim profesi lainnya pun akan
rendah.
5.2.2 Kesiapan Interprofessional Education IPE mahasiswa semester akhir
Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU
Hasil analisa data mengenai kesiapan IPE mahasiswa semester akhir ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU, terhadap 33 mahasiswa keperawatan
dan 127 mahasiswa kedokteran menunjukkan bahwa pada mahasiswa keperawatan terdapat 97,0 mahasiswa dalam kategori kesiapan IPE tinggi, 3,0
mahasiswa dalam kategori efikasi diri sedang. Dan pada mahasiswa kedokteran
Universitas Sumatera Utara
41 terdapat 96,1 mahasiswa dalam kategori kesiapan IPE tinggi, 3,9 mahasiswa
dalam kategori kesiapan IPE sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar mahasiswa baik mahasiswa keperawatan maupun kedokteran memiliki kesiapan
IPE yang sangat tinggi. Pengkuran kesiapan menggunakan 18 pernyataan dengan 4 pilihan
jawaban. Dari pernyataan tersebut diketahui jawaban responden yang mendekati sangat setuju diantaranya yaitu “kemampuan kerja sama tim merupakan hal yang
sangat penting”, “belajar bersama mahasiswa profesi kesehatan lain akan membantu mahasiswa menjadi anggota tim pelayanan kesehat
an yang lebih baik”. Sementara jawaban tidak
setuju muncul pada pernyataan “pembelajaran bersama mahasiswa profesi kesehatan lain adalah hal yang membuang waktu”,
“pembelajaran bersama mahasiswa profesi kesehatan tidak saya butuhkan”. Berdasarkan indikator diketahui bahwa identitas profesi, kerjasama dalam
kolaborasi, peran dan tanggung jawab mahasiswa keperawatan dan kedokteran memiliki tingkat frekuensi dan persentase hampir sama. Jawaban mahasiswa
tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan dan kedokteran menyadari pentingnya untuk belajar berkolaborasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran IPE ini adalah kejelasan standar kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa itu sendiri, sehingga
adanya IPE akan memperjelas kontribusi setiap profesi kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Sedyowinarso 2011 bahwa
meskipun IPE dirancang untuk kelompok, pada akhirnya bertujuan untuk pengembangan masing-masing individu.
Universitas Sumatera Utara
42 Komponen kesiapan IPE dibagi menjadi tiga komponen. Secara berurutan
nilai rata-rata komponen kesiapan yang paling tinggi adalah komponen kerjasama dalam kolaborasi 97,0 mahasiswa keperawatan dan 96,9 mahasiswa
kedokteran, kemudian identitas profesi 93,9 mahasiswa keperawatan dan 95,3 mahasiswa kedokteran, dan terakhir adalah komponen peran dan tanggung jawab
81,8 mahasiswa keperawatan dan 93,7 mahasiswa kedokteran. Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryakhiyati 2011 yang
menunjukkan komponen kerjasama dalam kolaborasi memiliki nilai tertinggi sedangkan peran dan tanggung jawab memiliki nilai terendah pada dosen FK
UGM. Nilai tertinggi yang ditunjukkan pada komponen kerjasama dalam
kolaborasi dapat diasumsikan bahwa mahasiswa keperawatan dan pendidikan dokter USU telah menyadari bahwa dengan model pemebalajaran terintegrasi
seperti IPE ini dapat menjadikan mahasiswa siap untuk bekerja dalam tim. Sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa dalam
IPE, diharapkan setiap mahasiswa memiliki kemampuan untuk: 1 berbagi sumber daya, keahlian dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama dalam praktik
kolaboratif, 2 membangun komitmen dan mempertahankan partisipasi dalam suatu tim interprofesional, 3 mengenali saat ada ketidaksesuaian dalam praktik
kolaborasi tersebut, 4 mengatasi masalah dan konflik menggunakan teknik penyelesaian masalah dan manajemen konflik yang tepat, 5 menggunakan
pengambilan keputusan yang sesuai dengan tim kolaborasi Interprofessional Education Consortium, 2002 dalam Fauziah, 2010.
Universitas Sumatera Utara
43 Nilai rendah yang ditunjukkan pada komponen peran dan tanggung jawab
dapat diasumsikan bahwa pemahaman antar profesi kesehatan tentang peran masing-masing profesi kesehatan pada mahasiswa kesehatan di USU perlu
ditingkatkan. Pemahaman tentang peran dan tanggung jawab masing-masing profesi membuat profesional di bidang kesehatan akan memahami apa yang
sebenarnya akan dilakukan tiap-tiap profesi dalam pekerjaannya Gilbert et al, 2005. Dengan mengetahui peran dan tanggung jawab setiap profesi, maka
pelaksanaan pembelajaran IPE akan semakin siap untuk bekerja bersama dalam tim Morison et al, 2003.
Kesiapan mahasiswa terhadap IPE secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kesiapan mahasiswa untuk bekerjasama di pendidikan
profesi. Pada saat menempuh pendidikan profesi, mahasiswa akan menjumpai masalah teknis yang berbeda antar profesi sehingga dalam memecahkan masalah
tersebut dibutuhkan kolaborasi antar profesi. Menurut Harjono 1990 kesiapan mahasiswa untuk memasuki dunia profesi adalah segala sesuatu yang harus
disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Kesiapan mahasiswa semester akhir sebagai calon tenaga kerja merupakan suatu kondisi
individu dari hasil pendidikan dan latihan atau keterampilan yang mampu memberikan jawaban terhadap situasi dalam suatu pelaksanaan pekerjaan.
Kesiapan terhadap IPE bagi mahasiswa kesehatan, khususnya keperawatan dan kedokteran sangatlah penting. Hal ini dikarenakan setelah lulus kuliah, sebagian
atau semua mahasiswa akan menghadapi satu jenjang pendidikan yaitu profesi. Mahasiswa yang akan menjadi calon pekerja akan belajar dan melatih diri untuk
Universitas Sumatera Utara
44 siap menjadi tenaga kesehatan yang mampu bekerja sama dengan baik dengan
tenaga kesehatan lainnya. Untuk itu, sebelum memasuki dunia profesi, mahasiswa perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Salah satu persiapan yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan IPE sejak tahap perkulaiahan akademik. Salah satu universitas yang telah menerapkan sistem pembelajaran
Interprofessional Education IPE adalah Universitas Gajah Mada. Penelitian yang dilakukan oleh A’la 2010, Fauziah 2010, dan Aryakhiyati 2011 tentang
persepsi dan kesiapan terhadap IPE pada mahasiswa dan dosen pengajar Fakultas Kedokteran UGM menunjukkan hasil yang positif. Mayoritas mahasiswa tahap
akademik menunjukkan kesiapan yang baik terhadap IPE sebanyak 92,8 dan sebanyak 86,8 mahasiswa memiliki persepsi yang baik terhadap IPE A’la,
2010. Mahasiswa tahap profesi menunjukkan tingkat kesiapan yang baik terhadap IPE sebanyak 87,97 dan sebanyak 83,46 menunjukkan mereka
berada pada tingkat persepsi yang baik terhadap IPE. Persepsi dan kesiapan yang tinggi pada mahasiswa terhadap IPE tidak
diikuti dengan sistem pembelajaran interprofessional yang akan memfasilitasi dengan lebih baik mahasiswa dari satu disiplin ilmu untuk belajar dari disiplin
ilmu lainnya. Pembelajaran bersama antardisiplin ilmu dapat meningkatkan keterampilan baru mahasiswa yang akan memperkaya keterampilan khusus yang
dimiliki masing-masing disiplin dan mampu bekerja sama lebih baik dalam lingkungan tim yang terintegrasi. Saat ini Universitas Sumatera Utara masih
dalam tahap memperkenalkan sistem pembelajaran IPE kepada mahasiswa dan kepada pihak-pihak terkait, untuk itu harus dibuat sebuah komitmen sehingga
Universitas Sumatera Utara
45 pembelajaran interprofesional dapat diterapkan di institusi pendidikan dan
diterapkan dalam kurikulum pendidikan di semua program pelayanan kesehatan untuk memastikan keberadaan tindakan kolaboratif yang berkelanjutan.
Kroboth dkk, 2005, menyebutkan dalam penyelenggaraan IPE diperlukan dukungan dan komitmen yang kuat dari semua stakeholder baik dari
tingkat dekanat dari masing-masing profesi, pemerintah yang bertangung jawab terhadap seluruh pendidikan kesehatan dan juga administratif utama di tingkatan
universitas. Para stake holder juga harus dapat mengetahui kebutuhan fakultas dalam penyelenggaran IPE diantaranya; mengenalkan IPE dalam tingkatan
intrakurikuler termasuk tingkat klinik maupun program ekstrakurikuler, aturan yang mengatur mengenai fasilitasi IPE dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan
untuk membangun dan menjaga keberlangsungan program. Apabila hal-hal tersebut tidak tersedia maka bisa menjadi penghambat terselenggaranya IPE.
5.2.3 Hubungan efikasi diri dengan kesiapan Interprofessional Education IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU
Hasil penelitian efikasi diri dengan kesiapan IPE berhubungan secara positif dengan interpretasi nilai kekuatan hubungan rendah r=0,332. Hasil
analisa data memiliki nilai signifikan antara kedua variabel yaitu p=0,000, dimana terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kesiapan IPE
mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian ini diterima.
Wahyono 2004, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pelatihan efikasi diri dalam bidang pekerjaan akan meningkatkan kesiapan kerja pada calon
Universitas Sumatera Utara
46 tenaga kerja. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya efikasi diri dapat
mempengaruhi kesiapan kerja calon lulusan. Keyakinan akan kemampuan dapat memberikan pengaruh dalam menetapkan jalannya kehidupan kerja seseorang
Betz Hackett, 1986; Lent Hackett, 1987. Rendahnya efikasi akan menutup perhatian pada pilihan lapangan pekerjaan meskipun di dorong oleh adanya
kesempatan dan ketertarikan. Bandura, 1997. Penelitian yang dilakukan Reni, dkk 2008 tentang hubungan efikasi core
skills dengan kesiapan kerja mahasiswa semester akhir Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
core skills seseorang dibutuhkan efikasi diri. Dimana, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi core
skills dengan kesiapan kerja mahasiswa semester akhir. Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada
penelitian tersebut menunjukkan angka sebesar 0,548 yang berarti efikasi core skills memberikan sumbangan sebesar 54,8 terhadap kesiapan kerja.
Sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut, secara tidak langsung menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kesiapan seseorang terhadap
lingkungan baru. Dimana, mahasiswa semester akhir FK dan FKep adalah calon lulusan yang akan memasuki dunia profesi dan akan menerapkan tindakan
kolaborasi atau Interprofessional di rumah sakit. Sehingga, dengan adanya efikasi diri yang baik maka semakin tinggi pula kesiapan seseorang menjalani suatu
tindakan kerjasamakolaborasi IPE, sebaliknya semakin rendah efikasi diri seseorang, semakin rendah pula kesiapannya untuk menjalani tindakan kolaborasi.
Universitas Sumatera Utara
47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
6.1 Kesimpulan
Terdapat hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kesiapan Interprofessional Education IPE mahasiswa semester akhir ilmu keperawatan
dan pendidikan dokter USU, yang berarti semakin tinggi efikasi diri mahasiswa, maka akan semakin tinggi juga kesiapan mahasiswa terhadap Interprofessional
Education IPE, dimana kekuatan hubungannya lemah yaitu r 0,332 dengan tingkat signifikan p 0,000 0,05. Efikasi diri mahasiswa FK dan FKep pada
penelitian ini mayoritas tinggi yaitu 23 dari 33 responden mahasiswa keperawatan 69,7 dan 69 dari 127 responden mahasiswa kedokteran 54,3. Kesiapan IPE
mayoritas tinggi yaitu 32 dari 33 responden mahasiswa keperawatan 97,0 dan 122 dari 127 responden mahasiswa kedokteran 96,1 responden mahasiswa
kedokteran.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi institusi pendidikan USU
Hasil penelitian ini menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pengelola institusi pendidikan untuk mengembangkan kurikulum IPE dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu berkolaborasi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
48
6.2.2 Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa semester akhir akademik sebagai calon lulusan yang akan
memasuki pendidikan profesi, untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Sebagai mahasiswa kesehatan dapat menerapkan tindakan kolaborasi secara
interprofessional dengan baik ketika me njalani pendidikan profesi di rumah sakit.
6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dibidang keperawatan khususnya Interprofessional
Educatio IPE.
Universitas Sumatera Utara
49
DAFTAR PUSTAKA
A’la, M.Z. 2010. Gambaran persepsi dan kesiapan mahasiswa tahap akademik terhadap interprofessional education di fakultas kedokteran UGM.
Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
American College of Clinical Pharmacy ACCP. 2009. Interprofessional education: principel and application. a framework for clinical pharmacy
Pharmacotherapy, 29 3: 145-164 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta Azwar, S. 2008. Pengukuran Skala Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta
Balkis, M. 2011. Academic efficacy as a mediator and moderator variable in the
relationship between academic procrastination and academic achievement. Eurasian Journal of Education Research, 45, 1-16.
Bandura, A. 1986. Differential engagement of self reactive influences in cognitive motivation. Organizational Behavior and Human Decision
Processes, 38, 92-113.
Bandura, A. 1994. Self- Efficacy: The Exercise of control. New York: Freeman. Bandura, A. 1997. Self- Efficacy in Changing Societies. Cambridge University
Press. Barnsteiner, J., Disch J., Hall, Mayer D., Moore S., 2008. Promoting
Interprofessional Education. Nursing outlook: 33 3 ; 144-150 Burtscher, M. J., Manser, T. 2012. Team mental models and their potential to
improve teamwork and safety: A review and implications for future research in healthcare. Safety Science, 505, pp.1344-1354.
Centre for the Advancement of Interprofessional Education CAIPE. 2002. Interprofessional education: A definition. London: CAIPE
Chopra, V., Bovill, J., Spierdijk, J., Koornneef, F. 1992. Reported Significant Observations During Anesthesia: A prospective analysis over an 18-month
period. British Journal of Anesthesia, 681, 13-17.
Drinka, T.J., and Clark, P.G.2000. Health Care Teamwork. Interdisclinary Practice and Teaching.Westport, CT: Auburn House.
Universitas Sumatera Utara
50 Fauziah, F.A. 2010. Analisis gambaran persepsi dan kesiapan mahasiswa
profesi FK UGM terhadap interprofessional education di tatanan pendidikan klinik. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Galle, J. Lorelei L.. 2010. A medical student’s prespective of praticipation in an interprofessional education placement: An autoethnography. Journal of
Interprofessional Care November 24 6: 722-733. HPEQ-Project. 2011. Mahasiswa kesehatan harus tahu: Berpartisipasi dan
berkolaborasi dalam sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan. Jakarta: Dikti-Kemendikbud.
Kara, M., Alberto, J. 2006. Family support, perceived self-efficacy and self- care behavior of Turkist patients with chronic obstructive pulmonary
disease. Journal of critical nursing. Kahn, Z. 2011. Procrastination in relation to self-efficacy in graduate students
writing a doctoral dissertation. Smith College School for Social Work Northampton, Massachusetts: A project support by an independent
exploration, submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of master of social work
Kott, K.B. 2008. Self-efficacy, outcome expectation, self-care behavior and glycosylated hemoglobin level in persons with type 2 diabetes. Diunduh
tanggal 10 Januari 2015 dari http:proquest.umi.compqdweb.
Lee, R. 2009. Interprofessional education: Principles and application. Pharmacotherapy, 29 3: 145e-164e.
Liaw, 2013. An interprofessional communication training using simulation to enhance safe care for a deteriorating patient. Nurse Education Today.
diakses dari http:dx.doi.org10.1016j.nedt.2013.02.019 pada tanggal 10 Desember 2014.
Miller C., Ross, N., Freeman, M., 1999. Shared Learning and Clinical Teamwork: New Directions in Education for Multiprofessional Practice.
ENB, London
Nurachmah, E., Asuhan Keperawatan Bermutu, Artikel PD PERSI, 2007. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pajares, Frank. 2005. Current Directions in Self Efficacy Research. Diakses dari
http:.www.emory.eduEDUCATIONmppepp.html pada 20 Juni 2015
Universitas Sumatera Utara
51 Parsell, G., Bligh, J. 1999. The Development of A Questionnaire to assess The
Readiness of Health Care Students for Interprofessional Learning RIPLS. Medical Education Journal, 331, 95- 100.
Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., Ed, H. B., 2011. Interprofessional Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.
Remington, T.L., Foulk, M. a Williams, B.C., 2006. Evaluation of Evidence for Interprofessional Education. American Journal of Pharmaceutical
Education, 703, p.66. Diakses dari: http:www.pubmedcentral.nih.gov. Rizvi, Afiani, dkk. 1997. Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor
Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika, Tahun II, No. 3, hal. 51
– 66 Sedyowinarso, M., Fauziah, F. A., Aryakhiyati, N., Julica, M. P., Sulistyowati, E.,
Masriati, F. N., Olam, S. J., Dini, C., Afifah, M., Meisudi, R., Piscesa, S. 2011. Persepsi dan kesiapan mahasiswa dan dosen profesi kesehatan
terhadap model
pembelajaran pendidikan
interprofesi. Proyek
HPEQDikti. Siregar, R. 2012. Pengaruh antara konsep-diri dan efikasi-diri terhadap disiplin
kerja perawat di RS.UPMS V Surabaya. Tesis: Magister Sains Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Siegler, E.L., Whitney, F.W. 2000. Kolaborasi Perawat- Dokter: Perawatan orang dewasa dan lansia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Slameto. 2003. Efikasi Diri dalam Proses Belajar Mengajar dalam SKS. Jakarta: Bina Aksara
Sulistyawati, L. 2010. The nature procrastination . Artikel: University of Calgary.
Thakkar, N. 2009. Why procrastinate: an investigation of the root causes behind procastination. Lethbridge Undergraduate Research Journal, 42.
Thistlethwaite, J. Monica M., 2010. Learning outcomes for interprofessional education IPE : Literature review and synthesis. Journal of
Interprofessional Care, September 2010, 245: 503-513. Wagner, J., Liston, B. Miller, J., 2011. Developing Interprofessional
Communication Skills. Teaching and Learning in Nursing, 63, pp.97- 101. Diakses dari http:linkinghub.elsevier.comretrievepii. pada tanggal
25 November 2014.
Universitas Sumatera Utara
52 Wahyono, Tekad. 2004. Peningkatan Kesiapan Kerja Melalui Pelatihan Efikasi
Diri Dalam Bidang Pekerjaan Pada Calon Tenaga Kerja. Jurnal Psikologika, Tahun IX, No. 18, hal. 54
– 63 Weaver, T.E., 2008. Enchancing multiple disciplinary teamwork. Nursing
outlook, 563, pp 108-114. World Health Organization. World Health Organization. 2010 Framework for action on interprofessional
education and collaborative practice. Geneva, Switzerland:WHO.
Universitas Sumatera Utara
53 Lampiran 1
Penjelasan Tentang Penelitian
Judul: Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU.
Saya bernama Zevelyn Grace Sirait, mahasiswi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan
penelitian di Fakultas Keperawatan dan Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini adalah salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas skripsi di Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif kepada BapakIbu sebagai responden. Penelitian ini
akan memberikan manfaat bagi pendidikan ilmu keperawatan yaitu sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam perencanaan, pengembangan
pembelajaran interprofessional education khususnya pada mahasiswa kesehatan, sehingga mahasiswa lulusan mampu berkolaborasi dalam dunia kerja dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Peneliti menghargai dan menghormati hak responden dengan cara menjaga
kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan data hingga penyajian data. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi dan
kesediaan saudarai sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika saudarai tidak bersedia maka saudarai berhak untuk menolak. Demikianlah informasi ini
saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi BapakIbu saya ucapkan terimakasih.
Medan, Februari 2015
Peneliti
Universitas Sumatera Utara
54 Lampiran 2
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul “Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education Mahasiswa
Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU”, maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut.
Medan, Februari 2015
Responden
…………………….
Universitas Sumatera Utara
55 Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Kode Responden :
Tanggal :
Petunjuk Pengisian Umum Saudarai Responden diharapkan:
1. Menjawab semua pernyataan yang ada dengan dengan memberi tanda checklist √ pada tempat yang disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang
harus dijawab 2. Semua pernyataan diisi dengan satu jawaban
3. Jawablah pertanyaan ini dengan sejujurnya dan saya akan menjamin kerahasiaan atas jawaban yang Saudarai berikan
4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
1
. Kuesioner Data Demografi
a. Jenis Kelamin
: Laki - laki Perempuan
b. Usia
: c.
Status studi semester Tahun ke :
d. Fakultas
:
2. Kuesioner Efikasi Diri