28
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan  data  dilakukan  setelah  mendapat  izin  dari  Fakultas Keperawatan  USU.  Kemudian  peneliti  menjumpai  mahasiswa  dan  menjelaskan
maksud dan tujuan dari penelitian. Mahasiswa yang tidak bersedia, maka peneliti tidak  akan  memaksa  dan  menghargai  haknya.  Mahasiswa  yang  bersedia  untuk
diteliti  maka  peneliti  memberikan  informed  consent  untuk  dibaca  dan ditandatangani.    Kemudian  mahasiswa  yang  sudah  menandatangani  informed
consent  akan  diberi  kuesioner  untuk  diisi.  Setelah  memperoleh  seluruh  data responden, maka data dikumpulkan untuk diolah.
8. Analisa Data
Analisa  data  dilakukan  setelah  semua  data  dalam  kuesioner  dikumpulkan melalui  beberapa  tahap  dimulai  dengan  editing  untuk  memeriksa  kelengkapan
data, kemudian data yang sesuai diberi kode coding untuk memudahkan peneliti dalam  melakukan  tabulasi  dan  analisa  data.  Kemudian  memasukkan  entry  data
ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS.
8.1.  Analisis Univariat
Analisis  univariat  merupakan  prosedur  yang  dilakukan  untuk  menganalisa data  dari  variabel  yang  bertujuan  untuk  mendeskripsikan  suatu  hasil  penelitian
Polit  Hungger, 1995. Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen yaitu
efikasi  diri  dan  variabel  dependen  yaitu  kesiapan  IPE.  Analisa  univariat  ini ditampilkan berupa distribusi frekuensi dan persentase.
Universitas Sumatera Utara
29
8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel  independen  terhadap  dependen.  Pada  penelitian  ini  dilakukan  analisis
dengan  menggunakan  uji  statistik  korelasi  spearman  rank.  Interpretasi  hasil  uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya.
Tabel 4.4  Panduan interpretasi hasil uji hipotesa berdasarkan kekuatan
korelasi,nilai p, dan arah korelasinya No.
Parameter Nilai
Interpretasi 1.
Kekuatan korelasi 0,00-0,199
0,20-0,399 0,40-0,599
0,60-0,799 0,80-1,000
Sangat lemah Lemah
Sedang Kuat
Sangat kuat 2.
Nilai p P 0,05
P 0,05 Terdapat korelasi yang bermakna
antara dua variabel yang diuji Tidak terdapat korelasi yang bermakna
antara dua variabel yang diuji 3.
Arah korelasi + positif
- negatif Searah, semakin besar nilai suatu
variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya
Berlawanan arah, semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai
variabel lainnya.
Universitas Sumatera Utara
30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam  bab  ini  diuraikan  tentang  hasil  penelitian  mengenai  hubungan efikasi  diri  dengan  kesiapan  Interprofessional  Education  IPE  mahasiswa
keperawatan  dan  pendidikan  dokter  USU.  Penelitian  ini  dimulai  pada  3  April sampai dengan tanggal 8 Juni di fakultas keperawatan dan pendidikan dokter USU
dengan jumlah responden 160 orang.
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu distribusi karakteristik data demografi  responden,  efikasi  diri  mahasiswa  semester  akhir  FKep  dan  FK,
kesiapan  interprofessional  education  IPE  mahasiswa  semester  akhir  FKep  dan FK,  serta  mengidentifikasi  ada  tidaknya  hubungan  efikasi  diri  dengan  kesiapan
interprofessional education IPE mahasiswa semester akhir FKep dan FK.
5.1.1 Distribusi Karakteristik Data Demografi Responden
Deskripsi  karakteristik  mahasiswa  terdiri  dari  jenis  kelamin,  usia, semester,  dan  fakultas.  Data  karakteristik  ditampilkan  hanya  untuk  melihat
distribusi  demografi  dari  mahasiswa  saja  dan  tidak  akan  dianalisis  terhadap hubungan  efikasi diri dengan kesiapan IPE  mahasiswa  FKep dan  FK. Data  yang
diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 128 80, mayoritas usia mahasiswa adalah
20 tahun yaitu sebanyak 63 39,4, mayoritas mahasiswa berada pada semester 6 yaitu sebanyak 127 79,4, dan sebanyak 127 79,4 adalah mahasiswa fakultas
kedokteran.
Universitas Sumatera Utara
31 Tabel 5.1  Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik
Mahasiswa N=160 No
Karakteristik Frekuensi
Persentase 1.
Jenis Kelamin Laki- laki
32 20
Perempuan 128                                            80
Total 160
100 2.
Usia 18
1 0.6
19 11
6.9 20
63 3.4
21 56
35.0 22
28 17.5
23 1
0.6 Total
160 100
3. Semester
Enam 127
79.4 Delapan
33 20.6
Total 160
100 4.
Fakultas Keperawatan
33 20.6
Kedokteran 127
79.4 Total
160 100
Sumber : Data Primer
5.1.2  Efikasi diri mahasiswa FKep dan FK
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  dari  33  mahasiswa  keperawatan, sebanyak  23  mahasiswa  69,7  memiliki  efikasi  diri  tinggi,  dan  dari  127
mahasiswa  kedokteran,  sebanyak  68  mahasiswa  53,5  memiliki  efikasi  diri yang tinggi. Berdasarkan hasil analisa data sebanyak 160 mahasiswa keperawatan
dan kedokteran tersebut maka distribusi frekuensi dan persentase efikasi diri dapat dilihat pada tabel 5.2
Universitas Sumatera Utara
32 Tabel 5.2
Distribusi frekuensi dan persentase efikasi diri mahasiswa fakultas keperawatan dan pendidikan dokter usu n=160
Efikasi Diri Keperawatan
Kedokteran Total
f F
Tinggi 23
69.7 69
54.3 57.5
Sedang 10
30.3 58
45.7 42.5
Total 33
100 127
100 100
Sumber: Data Primer Tabel 5.3  Distribusi  frekuensi  dan  persentase  efikasi  diri  berdasarkan  4
indikator n=160 Efikasi Diri
Keperawatan Kedokteran
Total f
F Kognitif
Tinggi Sedang
23 69.7
74 58.3
60.6 10
30.3 53
41.7 39,4
Total 33
100 127
100 100
Motivasi Tinggi
Sedang 26
78.7 100
78.8 78.7
7 21.3
27 21.2
21.3 Total
33 100
127 100
100 Afektif
Tinggi Sedang
29 87.9
105 82.7
83.7 4
12.1 22
17.3 16.3
Total 33
100 127
100 100
Selektif Tinggi
Sedang 20
60.6 97
76.4 73.2
12 36.4
27 21.3
24.3 Rendah
1 3.0
3 2.3
2.5 Total
33 100
127 100
100 Sumber: Data Primer
5.1.3  Kesiapan Interprofessional Education IPE Mahasiswa FKep dan FK
Data  distribusi  frekuensi  kesiapan  IPE  pada  160  mahasiswa  keperawatan dan pendidikan dokter yang di jelaskan dalam tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari
33  mahasiswa  keperawatan,  sebanyak  32  97,0  memiliki  kesiapan  IPE    yang tinggi,  dan  dari  127  mahasiswa  kedokteran,  sebanyak  122  96,1  memiliki
kesiapan IPE yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
33 Dari  hasil  analisis  data  distribusi  frekuensi  dan  persentase  tersebut
diketahui  bahwa  mayoritas  mahasiswa,  baik  mahasiswa  keperawatan  maupun mahasiswa  kedokteran  memiliki  kesiapan  yang  tinggi  terhadap  Interprofessional
Education IPE.
Data distribusi
frekuensi dan
persentase kesiapan
Interprofessional Education IPE dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5.4    Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan IPE mahasiswa fakultas
keperawatan dan pendidikan dokter usu n=160 Kesiapan IPE
Keperawatan Kedokteran
Total F
F Tinggi
32 97.0
122 96.1
96.3 Sedang
1 3.0
5 3.9
3.7 Total
33 100
127 100
100 Sumber: Data Primer
Tabel  5.5  Distribusi  frekuensi  dan  persentase  kesiapan  IPE  berdasarkan  3
indikator n=160 Kesiapan IPE
Keperawatan Kedokteran
Total F
f Identitas profesi
Tinggi Sedang
31 93.9
121 95.3
95.0 2
6.1 6
4.7 5.0
Total 33
100 127
100 100
Kerjasama dalam kolaborasi Tinggi
Sedang 32
97.0 123
96.9 96.8
1 3.0
4 3.1
3.2 Total
33 100
127 100
100 Peran dan Tanggung jawab
Tinggi Sedang
27 81.8
119 93.7
91.3 6
18.2 8
6.3 8.7
Total 33
100 127
100 100
Sumber : Data Primer
Universitas Sumatera Utara
34
5.1.4   Hubungan Efikasi diri dengan Kesiapan Interprofessional Education
IPE  mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU
Analisis  hubungan  efikasi  diri  dengan  kesiapan  interprofessional
education IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU, diukur
dengan  menggunakan  uji  korelasi  spearman  rank.  Hasil  analisa  data  yang dilakukan  dengan  uji  korelasi  spearman  rank  didapat  koefisien  korelasi  r
hubungan  efikasi  diri  dengan  kesiapan  interprofessional  education  IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU yaitu r  0,332 dengan
tingkat  signifikan  p    0,000  0,05.    Hal  ini  menunjukkan  bahwa  terdapat hubungan  yang  bermakna  antara  hubungan  efikasi  diri  dengan  kesiapan
Interprofessional  Education  IPE  dengan  kekuatan  hubungannya  lemah  dan positif.
Tabel 5.6  Hasil analisa hubungan efikasi diri dengan kesiapan interprofessional education IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter
USU n=160. Variabel
r p
Efikasi diri 0,332
0,000 Kesiapan IPE
α = 0,01 2-tailed
Sumber: Data Primer
Universitas Sumatera Utara
35
5.2 Pembahasan
5.2.1  Efikasi diri mahasiswa semester akhir ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU
Teori  sosial  kognitif  Bandura  mengemukakan  efikasi  diri  adalah keyakinan  seseorang  akan  kemampuannya  dalam  menghadapi  masalah,  mencari
solusi,  dan  meningkatkan  kesiapan  kerja  pada  calon  tenaga  kerja,  serta menentukan  bagaimana  seseorang  merasa,  berpikir,  memotivasi  dirinya    dan
berperilaku    Bandura,  1986.  Bandura  juga  menyatakan  bahwa  efikasi  diri merupakan keyakinan individu dalam memperkirakan kemampuan dirinya dalam
melaksanakan  tugas  atau  melakukan  suatu  tindakan  yang  diperlukan  untuk mencapai  suatu  hasil  tertentu.  Dengan  memiliki  keyakinan  bahwa  dirinya
memiliki kemampuan maka akan menimbulkan pada diri seseorang bahwa ia pun siap untuk bekerjasama karena ia yakin ia memiliki kemampuan.
Efikasi  diri  seperti  yang  diungkapkan  oleh  Bandura  1986  merupakan mekanisme  psikologis  yang  penting  dalam  self  influence,  yaitu  mempengaruhi
diri.  Bandura  menyatakan:  Jika  orang  tidak  yakin  bahwa  mereka  dapat menghasilkan  efek  yang  dinginkan  dan  mencegah  hal  yang  tidak  dinginkan
dengan  tindakan  mereka,  maka  mereka  memiliki  sedikit  dorongan  untuk  dapat menjalin suatu hubungan kerjasama. Efikasi diri merupakan faktor penting dalam
kesiapan  bekerjasama  seseorang,  karena  apapun  yang  menjadi  faktor  kesiapan bekerjasama,  berakar  dari  keyakinan  utama  untuk  membuahkan  hasil  yang
diinginkan.  Efikasi  diri  juga  merupakan  keyakinan  terhadap  kemampuan seseorang  untuk  menggerakkan  motivasi,  sumber-sumber  kognitif,  dan
Universitas Sumatera Utara
36 serangkaian  tindakan  yang  diperlukan  untuk  memenuhi  tuntutan-tuntutan  dari
situasi yang dihadapi. Hasil  analisa  data  mengenai  efikasi  diri  mahasiswa  semester  akhir  ilmu
keperawatan  dan  pendidikan  dokter  USU,  terhadap  33  mahasiswa  keperawatan dan  127  mahasiswa  kedokteran  menunjukkan  bahwa  pada  mahasiswa
keperawatan terdapat 69,7 mahasiswa dalam kategori efikasi diri tinggi, 30,3 mahasiswa  dalam  kategori  efikasi  diri  sedang.  Dan  pada  mahasiswa  kedokteran
terdapat  54,3  mahasiswa  dalam  kategori  efikasi  diri  tinggi,  45,7  mahasiswa dalam  kategori  efikasi  diri  sedang.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  sebagaian  besar
mahasiswa,  baik  mahasiswa  keperawatan  maupun  kedokteran  memiliki  efikasi diri yang cukup tinggi.
Pengkuran  efikasi  diri  menggunakan  27  pernyataan.  Dari  pernyataan tersebut  diketahui  jawaban  mahasiswa  yang  paling  tinggi  adalah  terkait  dengan
Afektif.  Sementara  nilai  terendah  berada  pada  indikator  selektif.  Hasil  analisis data  menunjukkan  bahwa  pada  indikator  kognitif  dan  afektif  pada  item  soal
1,2,3,4,5,6,7,8,16,17,18,19,20,21,22,23,24, mahasiswa keperawatan memiliki skor yang  lebih  tinggi  daripada  kedokteran,  sementara  pada  indikator  motivasi  dan
selektif  pada  item  soal  9,10,11,12,13,14,15,25,26,27  mahasiswa  kedokteran memiliki skor yang lebih tinggi daripada mahasiswa keperawatan.
Tindakan  diatur  oleh  pikiran  manusia.  Kebanyakan  perilaku  manusia bertujuan  dan  diatur  oleh  pemikiran-pemikiran  yang  mewujudkan  tujuan-tujuan
yang  bernilai.  Efikasi  diri  yang  lebih  tinggi  pada  mahasiswa  keperawatan diasumsikan  bahwa  mahasiswa  keperawatan  lebih  mampu  memikirkan  cara-cara
Universitas Sumatera Utara
37 yang  digunakan,  dan  merancang  tindakan  yang  akan  diambil  untuk  mencapai
tujuan  yang diharapkan, serta mengatur tantangan tujuan  yang  lebih tinggi untuk diri  individu  dan  komitmen  individu  yang  lebih  kuat.  Melalui  proses  kognitif,
individu  bukan  hanya  dinilai  dari  intelektual  atau  kepintaran  melainkan  dengan pemikaran  akan  cara-cara  yang  akan  digunakan  dalam  mengatasi  masalah.
Penelitian  yang  dilakukan  Ramachandran  2004  menunjukkan  bahwa  individu yang memiliki pemikiran akan keyakinan efikasi diri yang tinggi membayangkan
skenario-skenario  sukses  yang  memberikan  tuntunan  yang  positif  dan  dukungan untuk  prestasi  performance.  Sejalan  dengan  penelitian  tersebut,  secara  kognitif
penelitian  ini  menunjukkan  adanya  peningkatan  pemikiran  dan  orientasi mahasiswa untuk menghadapi  situasi  yang  menekan dengan strategi pengelolaan
diri  yang efektif  yang  menjadi dasar penilian tingkat keyakinan efikasi diri  yang dimiliki  mahasiswa.  Hal  ini  dapat  dilihat  pada  analisis  data  bahwa  sebanyak
69,7  mahasiswa  keperawatan  dan  58,3  mahasiswa  kedokteran  memiliki kognitif yang tinggi.
Efikasi  diri  memainkan  peran  dalam  pengaturan  diri  dari  motivasi. Individu  memotivasi  dirinya  dan  menuntun  tindakannya  lebih  dulu  dengan
pemikiran  ke  masa  depan.  Individu  menyusun  tujuan-tujuan  untuk  dirinya  dan merencanakan  bagian-bagian  tindakan  yang  dirancang  untuk  mewujudkan  masa
depan. Keyakinan akan efikasi diri mempengaruhi motivasi dalam beberapa cara : efikasi  diri  menentukan  tujuan  yang  ditetapkan  individu  untuk  dirinya,  berapa
banyak usaha yang dikeluarakan berapa lama individu bertahan dalam meghadapi kesukaran, dan ketabahan individu untuk suatu kegagalan Bandura, 1997. Secara
Universitas Sumatera Utara
38 motivasi,  penelitian  ini  memunjukkan  adanya  motivasi  yang  tinggi  pada
mahasiswa,  yang  dapat  dilihat  dari  analisis  data  bahwa  sebanyak  78,8 mahasiswa  keperawatan  dan  78,7  mahasiswa  kedokteran  memiliki  motivasi
yang  tinggi.  Ramachandran  2004  menemukan  bahwa  ketika  mahasiswa kesehatan dihadapkan dengan rintangan dan kegagalan, individu yang mempunyai
keraguan  akan  kemampuannya  akan  mengurangi  usahanya  atau  segera  berhenti. Sedangkan, individu yang mempunyai keyakinan yang kuat akan kemampuannya
akan  berusaha  sekuat  tenaga  lebih  keras  lagi  ketika  mengalami  kegagalan. Ketekunan yang kuat mempengaruhi pencapaian prestasi.
Efikasi  diri  terbentuk  melalui  afektif  seseorang.  Efikasi  diri  berpengaruh pada stress dan depresi manusia. Efikasi diri berperan dalam mengontrol pikiran-
pikiran  yang  menghasilkan  stress  dan  depresi.  Keyakinan  akan  efikasi  diri  juga memainkan perannya dalam mengontrol stressor yang membangkitkan kecemasan
Bandura  1997  dalam  Siregar  2012.  Dari  analisis  data  diketahui  bahwa  afektif mahasiswa  keperawatan  lebih  tinggi  dari  kedokteran.  Peneliti  mengamsusikan
bahwa  mahasiswa  keperawatan  lebih  mampu  dalam  mengontrol  pikiran  yang menghasilkan  stress dan depresi daripada  mahasiswa kedokteran. Ramachandran
2004  menemukan  bahwa  individu  yang  percaya  bahwa  dirinya  sanggup mengontrol  ancaman-ancaman,  tidak  mengalami  gangguan  pikiran.  Sedangkan,
individu  yang  percaya  bahwa  dirinya  tidak  sanggup  mengontrol  ancaman- ancaman  mengalami  pembangkitan  kecemasan  yang  tinggi  yang  berpengaruh
pada tingkat efikasi diri seseorang. Sejalan dengan hal tersebut, pada penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
39 ditemukan  bahwa  87,9  mahasiswa  keperawatan  dan  82,7  mahasiswa
kedokteran memiliki afektif yang tinggi. Keyakinan  akan  kemampuan  diri  mempengaruhi  tipe-tipe  aktivitas  dan
lingkungan  yang  individu  pilih.  Ramachandran  2004  mengemukakan  bahwa individu  yang  memiliki  efikasi  diri  yang  tinggi  cendeng  selektif  dalam  memilih
lingkungan  dan  pilihan  yang  baik.  Pada  penelitian  ini,  diperole  data  bahwa sebanyak  60,6  mahasiswa  keperawatan  dan  76,4  mahasiswa  kedokteran
memiliki tingkat selektif  yang tinggi. Proses selektif akan  mempengaruhi tingkat efikasi  diri  seseorang.  Siregar  2012,  menemukan  bahwa  pilihan  seseorang
terhadap  suatu  aktivitas  atau  lingkungan  menggambarkan  keyakinan  diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Frank  Pajares  2002,  menjelaskan  bahwa  ada  banyak  penelitian  yang membuktikan  bahwa  self  efficacy  memberikan  sentuhan  pada  setiap  aspek
kehidupan orang. Apakah  itu  mereka  berpikir produktif, kelemahan  diri, pesimis atau  optismis.  Hal  ini  menjelaskan  bahwa  dengan  adanya  self  efficacy  pada  diri
seseorang  akan  semakin  meningkatkan  keyakinannya  pada  kemampuan  dirinya. Karena  dengan  tidak  memiliki  self  efficacy  maka  individu  tersebut  akan  tidak
yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan. Rizvi, dkk 2005 menemukan bahwa keyakinan akan kemampuan dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapan seseorang
terhadap lingkungan yang baru. Penelitian yang dilakukan Diyan, dkk 2008 tentang hubungan efikasi diri
dengan tindakan kolaborasi di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, mengemukakan  bahwa  terdapat  hubungan  positif  yang  signifikan  antara  efikasi
Universitas Sumatera Utara
40 diri  dan  tindakan  kolaborasi  perawat  RSI  PKU  Muhammadiyah  Pekajangan
Pekalongan.  Semakin  tinggi  efikasi  diri  tugas  perawat,  semakin  tinggi  motivasi perawat dalam melaksanakan kolaborasi.
Sejalan  dengan  hal  tersebut,  pada  penelitian  ini  ditemukan  bahwa  efiaksi diri memiliki hubungan positif dengan kesiapan IPE mahasiswa ilmu keperawatan
dan  pendidikan  dokter  USU.  Efikasi  diri  merupakan  suatu  kepribadian  yang diperlukan  untuk  memecahkan  masalah  baik  masalah  pribadi,  sosial,  dan
pekerjaan  serta  membantu  dalam  menyelesaikan  tugas-tugas.  Efikasi  diri  yang baik  diperlukan  oleh  mahasiswa  semester  akhir  keperawatan  dan  kedokteran
untuk  siap  memasuki  dunia  profesi.  Hal  ini  dikarenakan  ketika  mahasiswa semester  akhir  keperawatan  dan  kedokteran  memiliki  efikasi  diri  yang  tinggi
maka  mahasiswa  semester  akhir  akan  memiliki  kesiapan  untuk  bekerja  sama dengan  profesi  lainnya  dirumah  sakit  yang  tinggi  pula  dan  sebaliknya  ketika
mahasiswa semester akhir keperawatan dan kedokteran memiliki efikasi diri yang rendah  maka  kesiapan  untuk  bekerjasama  dengan  tim  profesi  lainnya  pun  akan
rendah.
5.2.2 Kesiapan Interprofessional Education IPE mahasiswa semester akhir
Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU
Hasil analisa data  mengenai kesiapan IPE mahasiswa semester akhir ilmu keperawatan  dan  pendidikan  dokter  USU,  terhadap  33  mahasiswa  keperawatan
dan  127  mahasiswa  kedokteran  menunjukkan  bahwa  pada  mahasiswa keperawatan terdapat 97,0 mahasiswa dalam kategori kesiapan IPE tinggi, 3,0
mahasiswa  dalam  kategori  efikasi  diri  sedang.  Dan  pada  mahasiswa  kedokteran
Universitas Sumatera Utara
41 terdapat 96,1  mahasiswa  dalam kategori kesiapan IPE tinggi, 3,9  mahasiswa
dalam kategori kesiapan IPE sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar mahasiswa  baik  mahasiswa  keperawatan  maupun  kedokteran  memiliki  kesiapan
IPE yang sangat tinggi. Pengkuran  kesiapan  menggunakan  18  pernyataan  dengan  4  pilihan
jawaban.  Dari  pernyataan  tersebut  diketahui  jawaban  responden  yang  mendekati sangat setuju diantaranya yaitu “kemampuan kerja sama tim merupakan hal yang
sangat  penting”,  “belajar  bersama  mahasiswa  profesi  kesehatan  lain  akan membantu mahasiswa menjadi anggota tim pelayanan kesehat
an yang lebih baik”. Sementara  jawaban tidak
setuju muncul pada pernyataan “pembelajaran bersama mahasiswa  profesi  kesehatan  lain  adalah  hal  yang  membuang  waktu”,
“pembelajaran  bersama  mahasiswa  profesi  kesehatan  tidak  saya  butuhkan”. Berdasarkan  indikator  diketahui  bahwa  identitas  profesi,  kerjasama  dalam
kolaborasi,  peran  dan  tanggung  jawab  mahasiswa  keperawatan  dan  kedokteran memiliki  tingkat  frekuensi  dan  persentase  hampir  sama.  Jawaban  mahasiswa
tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan dan kedokteran  menyadari pentingnya untuk belajar berkolaborasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran IPE ini adalah kejelasan standar  kompetensi  yang  harus  dicapai  oleh  mahasiswa  itu  sendiri,  sehingga
adanya  IPE  akan  memperjelas  kontribusi  setiap  profesi  kesehatan  dalam  sistem pelayanan kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Sedyowinarso 2011 bahwa
meskipun  IPE  dirancang  untuk  kelompok,  pada  akhirnya  bertujuan  untuk pengembangan masing-masing individu.
Universitas Sumatera Utara
42 Komponen kesiapan IPE dibagi menjadi tiga komponen. Secara berurutan
nilai rata-rata komponen kesiapan yang paling tinggi adalah komponen kerjasama dalam  kolaborasi  97,0  mahasiswa  keperawatan  dan  96,9  mahasiswa
kedokteran, kemudian identitas profesi 93,9 mahasiswa keperawatan dan 95,3 mahasiswa kedokteran, dan terakhir adalah komponen peran dan tanggung jawab
81,8  mahasiswa  keperawatan  dan  93,7  mahasiswa  kedokteran.  Hal  ini serupa  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Aryakhiyati  2011  yang
menunjukkan  komponen  kerjasama  dalam  kolaborasi  memiliki  nilai  tertinggi sedangkan  peran  dan  tanggung  jawab  memiliki  nilai  terendah  pada  dosen  FK
UGM. Nilai  tertinggi  yang  ditunjukkan  pada  komponen  kerjasama  dalam
kolaborasi  dapat  diasumsikan  bahwa  mahasiswa  keperawatan  dan  pendidikan dokter  USU  telah  menyadari  bahwa  dengan  model  pemebalajaran  terintegrasi
seperti  IPE  ini  dapat  menjadikan  mahasiswa  siap  untuk  bekerja  dalam  tim. Sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa dalam
IPE, diharapkan setiap mahasiswa memiliki kemampuan untuk: 1 berbagi sumber daya, keahlian dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama dalam praktik
kolaboratif,  2  membangun  komitmen  dan  mempertahankan  partisipasi  dalam suatu  tim  interprofesional,  3  mengenali  saat  ada  ketidaksesuaian  dalam  praktik
kolaborasi  tersebut,  4  mengatasi  masalah  dan  konflik  menggunakan  teknik penyelesaian  masalah  dan  manajemen  konflik  yang  tepat,  5  menggunakan
pengambilan  keputusan  yang  sesuai  dengan  tim  kolaborasi  Interprofessional Education Consortium, 2002 dalam Fauziah, 2010.
Universitas Sumatera Utara
43 Nilai rendah yang ditunjukkan pada komponen peran dan tanggung jawab
dapat  diasumsikan  bahwa  pemahaman  antar  profesi  kesehatan  tentang  peran masing-masing  profesi  kesehatan  pada  mahasiswa  kesehatan  di  USU  perlu
ditingkatkan.  Pemahaman  tentang  peran  dan  tanggung  jawab  masing-masing profesi  membuat  profesional  di  bidang  kesehatan  akan  memahami  apa  yang
sebenarnya  akan  dilakukan  tiap-tiap  profesi  dalam  pekerjaannya  Gilbert  et  al, 2005.  Dengan  mengetahui  peran  dan  tanggung  jawab  setiap  profesi,  maka
pelaksanaan  pembelajaran  IPE  akan  semakin  siap  untuk  bekerja  bersama  dalam tim Morison et al, 2003.
Kesiapan  mahasiswa  terhadap  IPE  secara  tidak  langsung  juga berpengaruh  terhadap  kesiapan  mahasiswa  untuk  bekerjasama  di  pendidikan
profesi.  Pada  saat  menempuh  pendidikan  profesi,  mahasiswa  akan  menjumpai masalah teknis  yang  berbeda antar profesi sehingga dalam  memecahkan  masalah
tersebut  dibutuhkan  kolaborasi  antar  profesi.  Menurut  Harjono  1990  kesiapan mahasiswa  untuk  memasuki  dunia  profesi  adalah  segala  sesuatu  yang  harus
disiapkan  dalam  melaksanakan  sesuatu  untuk  mencapai  suatu  tujuan.  Kesiapan mahasiswa  semester  akhir  sebagai  calon  tenaga  kerja  merupakan  suatu  kondisi
individu  dari  hasil  pendidikan  dan  latihan  atau  keterampilan  yang  mampu memberikan  jawaban  terhadap  situasi  dalam  suatu  pelaksanaan  pekerjaan.
Kesiapan  terhadap  IPE  bagi  mahasiswa  kesehatan,  khususnya  keperawatan  dan kedokteran  sangatlah  penting.  Hal  ini  dikarenakan  setelah  lulus  kuliah,  sebagian
atau  semua  mahasiswa  akan  menghadapi  satu  jenjang  pendidikan  yaitu  profesi. Mahasiswa  yang akan  menjadi calon pekerja akan  belajar dan  melatih diri untuk
Universitas Sumatera Utara
44 siap  menjadi  tenaga  kesehatan  yang  mampu  bekerja  sama  dengan  baik  dengan
tenaga kesehatan lainnya. Untuk itu, sebelum memasuki dunia profesi, mahasiswa perlu  dipersiapkan  terlebih  dahulu.  Salah  satu  persiapan  yang  dapat  dilakukan
adalah dengan menerapkan IPE sejak tahap perkulaiahan akademik. Salah  satu  universitas  yang  telah  menerapkan  sistem  pembelajaran
Interprofessional  Education  IPE  adalah  Universitas  Gajah  Mada.  Penelitian yang dilakukan oleh A’la 2010, Fauziah 2010, dan Aryakhiyati 2011 tentang
persepsi dan kesiapan terhadap IPE pada mahasiswa dan dosen pengajar Fakultas Kedokteran  UGM  menunjukkan  hasil  yang  positif.  Mayoritas  mahasiswa  tahap
akademik  menunjukkan  kesiapan  yang  baik  terhadap  IPE  sebanyak  92,8  dan sebanyak  86,8  mahasiswa  memiliki  persepsi  yang  baik  terhadap  IPE  A’la,
2010.  Mahasiswa  tahap  profesi  menunjukkan  tingkat  kesiapan  yang  baik terhadap  IPE  sebanyak  87,97    dan  sebanyak  83,46  menunjukkan  mereka
berada pada tingkat persepsi yang baik terhadap IPE. Persepsi  dan  kesiapan  yang  tinggi  pada  mahasiswa  terhadap  IPE  tidak
diikuti  dengan  sistem  pembelajaran  interprofessional  yang  akan  memfasilitasi dengan  lebih  baik  mahasiswa  dari  satu  disiplin  ilmu  untuk  belajar  dari  disiplin
ilmu  lainnya.  Pembelajaran  bersama  antardisiplin  ilmu  dapat  meningkatkan keterampilan  baru  mahasiswa  yang akan  memperkaya keterampilan khusus  yang
dimiliki  masing-masing  disiplin  dan  mampu  bekerja  sama  lebih  baik  dalam lingkungan  tim  yang  terintegrasi.  Saat  ini  Universitas  Sumatera  Utara  masih
dalam  tahap  memperkenalkan  sistem  pembelajaran  IPE  kepada  mahasiswa  dan kepada  pihak-pihak  terkait,  untuk  itu  harus  dibuat  sebuah  komitmen  sehingga
Universitas Sumatera Utara
45 pembelajaran  interprofesional  dapat  diterapkan  di  institusi  pendidikan  dan
diterapkan  dalam  kurikulum  pendidikan  di  semua  program  pelayanan  kesehatan untuk memastikan keberadaan tindakan kolaboratif yang berkelanjutan.
Kroboth  dkk,  2005,  menyebutkan  dalam  penyelenggaraan  IPE diperlukan  dukungan  dan  komitmen  yang  kuat  dari  semua  stakeholder  baik  dari
tingkat  dekanat  dari  masing-masing  profesi,  pemerintah  yang  bertangung  jawab terhadap seluruh pendidikan kesehatan dan  juga administratif  utama di tingkatan
universitas.  Para  stake  holder  juga  harus  dapat  mengetahui  kebutuhan  fakultas dalam  penyelenggaran  IPE  diantaranya;  mengenalkan  IPE  dalam  tingkatan
intrakurikuler  termasuk  tingkat  klinik  maupun  program  ekstrakurikuler,  aturan yang mengatur mengenai fasilitasi IPE dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan
untuk  membangun  dan  menjaga  keberlangsungan  program.  Apabila  hal-hal tersebut tidak tersedia maka bisa menjadi penghambat terselenggaranya IPE.
5.2.3  Hubungan  efikasi  diri  dengan  kesiapan  Interprofessional  Education IPE mahasiswa ilmu keperawatan dan pendidikan dokter USU
Hasil  penelitian  efikasi  diri  dengan  kesiapan  IPE  berhubungan  secara positif  dengan  interpretasi  nilai  kekuatan  hubungan  rendah  r=0,332.  Hasil
analisa  data  memiliki  nilai  signifikan  antara  kedua  variabel  yaitu  p=0,000, dimana terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kesiapan IPE
mahasiswa  ilmu  keperawatan  dan  pendidikan  dokter  USU.  Hal  ini  menunjukkan bahwa hipotesa penelitian ini diterima.
Wahyono  2004,  dalam  penelitiannya  mengemukakan  bahwa  pelatihan efikasi diri dalam bidang  pekerjaan akan meningkatkan kesiapan kerja pada calon
Universitas Sumatera Utara
46 tenaga  kerja.  Hal  ini  menjelaskan  bahwa  dengan  adanya  efikasi  diri  dapat
mempengaruhi  kesiapan  kerja  calon  lulusan.  Keyakinan  akan  kemampuan  dapat memberikan  pengaruh  dalam  menetapkan  jalannya  kehidupan  kerja  seseorang
Betz  Hackett, 1986; Lent  Hackett, 1987. Rendahnya efikasi akan menutup perhatian  pada  pilihan  lapangan  pekerjaan  meskipun  di  dorong  oleh  adanya
kesempatan dan ketertarikan. Bandura, 1997. Penelitian yang dilakukan Reni, dkk 2008 tentang hubungan efikasi core
skills  dengan  kesiapan  kerja  mahasiswa  semester  akhir  Universitas  Islam Indonesia  Yogyakarta,  mengemukakan  bahwa  untuk  meningkatkan  kemampuan
core  skills  seseorang  dibutuhkan  efikasi  diri.  Dimana,  hasil  penelitian menunjukkan  bahwa  ada  hubungan  positif  yang  signifikan  antara  efikasi  core
skills  dengan  kesiapan  kerja  mahasiswa  semester  akhir.  Analisis  koefisien determinasi  pada  korelasi  antara  efikasi  core  skills  dengan  kesiapan  kerja  pada
penelitian  tersebut  menunjukkan  angka  sebesar  0,548  yang  berarti  efikasi  core skills memberikan sumbangan sebesar 54,8  terhadap kesiapan kerja.
Sejalan  dengan  penelitian-penelitian  tersebut,  secara  tidak  langsung menjelaskan  bahwa  efikasi  diri  mempengaruhi  kesiapan  seseorang  terhadap
lingkungan  baru. Dimana,  mahasiswa semester akhir  FK dan  FKep adalah calon lulusan  yang  akan  memasuki  dunia  profesi  dan  akan  menerapkan  tindakan
kolaborasi atau Interprofessional di rumah sakit. Sehingga, dengan adanya efikasi diri  yang  baik  maka  semakin  tinggi  pula  kesiapan  seseorang  menjalani  suatu
tindakan  kerjasamakolaborasi  IPE,  sebaliknya  semakin  rendah  efikasi  diri seseorang, semakin rendah pula kesiapannya untuk menjalani tindakan kolaborasi.
Universitas Sumatera Utara
47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada  bab  ini  akan  diuraikan  kesimpulan  dan  saran  sehubungan  dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
6.1 Kesimpulan
Terdapat  hubungan  yang  positif  antara  efikasi  diri  dengan  kesiapan Interprofessional  Education  IPE  mahasiswa  semester  akhir  ilmu  keperawatan
dan pendidikan dokter USU, yang  berarti  semakin tinggi  efikasi diri  mahasiswa, maka  akan  semakin  tinggi  juga  kesiapan  mahasiswa  terhadap  Interprofessional
Education  IPE,  dimana  kekuatan  hubungannya  lemah  yaitu  r  0,332  dengan tingkat  signifikan  p  0,000  0,05.  Efikasi  diri  mahasiswa  FK  dan  FKep  pada
penelitian ini mayoritas tinggi yaitu 23 dari 33 responden mahasiswa keperawatan 69,7 dan 69 dari 127 responden mahasiswa kedokteran 54,3. Kesiapan IPE
mayoritas tinggi yaitu 32 dari 33 responden mahasiswa keperawatan 97,0 dan 122  dari  127  responden  mahasiswa  kedokteran  96,1  responden  mahasiswa
kedokteran.
6.2 Saran
6.2.1  Bagi institusi pendidikan USU
Hasil penelitian ini menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pengelola institusi  pendidikan  untuk  mengembangkan  kurikulum  IPE  dalam  upaya
meningkatkan  mutu  pelayanan  kesehatan  di  Indonesia  dengan  menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu berkolaborasi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
48
6.2.2  Bagi pelayanan kesehatan
Hasil  penelitian  ini  dapat  dijadikan  sebagai  tambahan  ilmu  pengetahuan bagi  mahasiswa  semester  akhir  akademik  sebagai  calon  lulusan  yang  akan
memasuki  pendidikan  profesi,  untuk  dapat  meningkatkan  kualitas  pelayanan. Sebagai  mahasiswa  kesehatan  dapat  menerapkan  tindakan  kolaborasi  secara
interprofessional dengan baik ketika me njalani pendidikan profesi di rumah sakit.
6.2.3  Bagi peneliti selanjutnya
Hasil  penelitian  ini  sebagai  dasar  untuk  meningkatkan  pengetahuan  dan pengalaman  dalam  penelitian  dibidang  keperawatan  khususnya  Interprofessional
Educatio IPE.
Universitas Sumatera Utara
49
DAFTAR  PUSTAKA
A’la, M.Z. 2010. Gambaran persepsi dan kesiapan mahasiswa tahap akademik terhadap    interprofessional  education  di  fakultas  kedokteran  UGM.
Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
American  College  of  Clinical  Pharmacy  ACCP.  2009.  Interprofessional education:  principel  and  application.  a  framework  for  clinical  pharmacy
Pharmacotherapy, 29 3: 145-164 Arikunto,  S.  2002.  Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktek.  Jakarta:
Rineka Cipta Azwar, S. 2008. Pengukuran Skala Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta
Balkis, M. 2011. Academic efficacy as a mediator and moderator variable in the
relationship between academic procrastination and academic achievement. Eurasian Journal of Education Research, 45, 1-16.
Bandura,  A.  1986.  Differential  engagement  of  self  reactive  influences  in cognitive  motivation.  Organizational  Behavior  and  Human  Decision
Processes, 38, 92-113.
Bandura, A. 1994. Self- Efficacy: The Exercise of control. New York: Freeman. Bandura,  A.  1997.  Self-  Efficacy  in  Changing  Societies.  Cambridge  University
Press. Barnsteiner,  J.,  Disch  J.,  Hall,  Mayer  D.,  Moore  S.,  2008.  Promoting
Interprofessional  Education. Nursing outlook: 33 3 ; 144-150 Burtscher, M. J.,  Manser, T. 2012. Team mental models and their potential to
improve  teamwork  and  safety:  A  review  and  implications  for  future research in healthcare. Safety Science, 505, pp.1344-1354.
Centre  for  the  Advancement  of  Interprofessional  Education  CAIPE.  2002. Interprofessional education: A definition. London: CAIPE
Chopra, V., Bovill, J., Spierdijk, J.,  Koornneef, F. 1992. Reported Significant Observations During Anesthesia: A prospective analysis over an 18-month
period. British Journal of Anesthesia, 681, 13-17.
Drinka,  T.J.,  and  Clark,  P.G.2000.  Health  Care  Teamwork.  Interdisclinary Practice and Teaching.Westport, CT: Auburn House.
Universitas Sumatera Utara
50 Fauziah,  F.A.  2010.  Analisis  gambaran  persepsi  dan  kesiapan  mahasiswa
profesi  FK  UGM  terhadap  interprofessional  education  di  tatanan pendidikan  klinik.  Skripsi  Program  Studi  Ilmu  Keperawatan  Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Galle, J.  Lorelei L.. 2010. A medical student’s prespective of praticipation in an interprofessional education placement: An autoethnography. Journal of
Interprofessional Care November 24 6: 722-733. HPEQ-Project.  2011.  Mahasiswa  kesehatan  harus  tahu:  Berpartisipasi  dan
berkolaborasi  dalam  sistem  pendidikan  tinggi  ilmu  kesehatan.  Jakarta: Dikti-Kemendikbud.
Kara, M.,  Alberto, J. 2006. Family  support, perceived self-efficacy  and self- care  behavior  of  Turkist  patients  with  chronic  obstructive  pulmonary
disease. Journal of critical nursing. Kahn,  Z.  2011.  Procrastination  in  relation  to  self-efficacy  in  graduate  students
writing  a  doctoral  dissertation.  Smith  College  School  for  Social  Work Northampton,  Massachusetts:  A  project  support  by  an  independent
exploration,  submitted  in  partial  fulfillment  of  the  requirements  for  the degree of master of social work
Kott,  K.B.  2008.  Self-efficacy,  outcome  expectation,  self-care  behavior  and glycosylated  hemoglobin  level  in  persons  with  type  2  diabetes.  Diunduh
tanggal 10 Januari 2015 dari http:proquest.umi.compqdweb.
Lee,  R.  2009.  Interprofessional  education:  Principles  and  application. Pharmacotherapy, 29 3: 145e-164e.
Liaw,    2013.  An  interprofessional  communication  training  using  simulation  to enhance  safe  care  for  a  deteriorating  patient.  Nurse  Education  Today.
diakses  dari  http:dx.doi.org10.1016j.nedt.2013.02.019  pada  tanggal  10 Desember 2014.
Miller  C.,  Ross,  N.,  Freeman,  M.,  1999.  Shared  Learning  and  Clinical Teamwork:  New  Directions  in  Education  for  Multiprofessional  Practice.
ENB, London
Nurachmah, E., Asuhan Keperawatan Bermutu, Artikel PD PERSI, 2007. Nursalam.  2003.  Konsep    Penerapan  Metodologi  Penelitian  Ilmu
Keperawatan.  Jakarta: Salemba Medika. Pajares,  Frank. 2005.  Current  Directions in  Self Efficacy Research. Diakses dari
http:.www.emory.eduEDUCATIONmppepp.html pada 20 Juni 2015
Universitas Sumatera Utara
51 Parsell, G., Bligh, J. 1999. The Development of A Questionnaire to assess The
Readiness  of  Health  Care  Students  for  Interprofessional  Learning RIPLS. Medical Education Journal, 331, 95- 100.
Reeves,  S.,  Lewin,  S.,  Espin,  S.,  Zwarenstein,  M.,    Ed,  H.  B.,  2011. Interprofessional Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.
Remington, T.L., Foulk, M. a  Williams, B.C., 2006. Evaluation of Evidence for Interprofessional  Education.  American  Journal  of  Pharmaceutical
Education, 703, p.66. Diakses dari: http:www.pubmedcentral.nih.gov. Rizvi,  Afiani,  dkk.  1997.  Pusat  Kendali  dan  Efikasi  Diri  Sebagai  Prediktor
Terhadap Prokrastinasi  Akademik Mahasiswa.  Jurnal  Psikologika, Tahun II, No. 3, hal. 51
– 66 Sedyowinarso, M., Fauziah, F. A., Aryakhiyati, N., Julica, M. P., Sulistyowati, E.,
Masriati, F. N., Olam, S. J., Dini, C., Afifah, M., Meisudi, R., Piscesa, S. 2011.  Persepsi  dan  kesiapan  mahasiswa  dan  dosen  profesi  kesehatan
terhadap model
pembelajaran pendidikan
interprofesi. Proyek
HPEQDikti. Siregar, R. 2012. Pengaruh antara konsep-diri dan efikasi-diri terhadap disiplin
kerja  perawat  di  RS.UPMS  V  Surabaya.  Tesis:  Magister  Sains  Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Siegler,  E.L.,  Whitney,  F.W.  2000.  Kolaborasi  Perawat-  Dokter:  Perawatan orang dewasa dan lansia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Slameto.  2003.  Efikasi  Diri  dalam  Proses  Belajar  Mengajar  dalam  SKS. Jakarta: Bina Aksara
Sulistyawati,  L.  2010.  The  nature  procrastination  .  Artikel:  University  of Calgary.
Thakkar, N. 2009. Why procrastinate: an investigation of the root causes behind procastination. Lethbridge Undergraduate Research Journal, 42.
Thistlethwaite, J.  Monica M., 2010. Learning outcomes  for  interprofessional education  IPE  :  Literature  review  and  synthesis.  Journal  of
Interprofessional Care, September 2010, 245: 503-513. Wagner,  J.,  Liston,  B.    Miller,  J.,  2011.  Developing  Interprofessional
Communication  Skills.  Teaching  and  Learning  in  Nursing,  63,  pp.97- 101.  Diakses  dari  http:linkinghub.elsevier.comretrievepii.  pada  tanggal
25 November 2014.
Universitas Sumatera Utara
52 Wahyono,  Tekad.  2004.  Peningkatan  Kesiapan  Kerja  Melalui  Pelatihan  Efikasi
Diri  Dalam  Bidang  Pekerjaan  Pada  Calon  Tenaga  Kerja.  Jurnal Psikologika, Tahun IX, No. 18, hal. 54
– 63 Weaver,  T.E.,  2008.  Enchancing  multiple  disciplinary  teamwork.  Nursing
outlook, 563, pp 108-114. World Health Organization. World  Health  Organization.  2010  Framework  for  action  on  interprofessional
education and collaborative practice. Geneva, Switzerland:WHO.
Universitas Sumatera Utara
53 Lampiran 1
Penjelasan Tentang Penelitian
Judul:  Hubungan  Efikasi  Diri  dengan  Kesiapan  Interprofessional  Education Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU.
Saya bernama  Zevelyn Grace Sirait, mahasiswi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan  Universitas  Sumatera  Utara,  Medan.  Saya  ingin  melakukan
penelitian di Fakultas Keperawatan dan Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini adalah salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas skripsi di  Program  Studi  S1  Keperawatan,  Fakultas  Keperawatan,  Universitas  Sumatera
Utara.  Peneliti  menjamin  bahwa  penelitian  yang  dilakukan  tidak  akan menimbulkan dampak negatif kepada BapakIbu sebagai responden. Penelitian ini
akan memberikan manfaat bagi pendidikan ilmu keperawatan yaitu sebagai bahan masukan  bagi  institusi  pendidikan  dalam  perencanaan,  pengembangan
pembelajaran  interprofessional  education  khususnya  pada  mahasiswa  kesehatan, sehingga  mahasiswa  lulusan  mampu  berkolaborasi  dalam  dunia  kerja  dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Peneliti menghargai dan menghormati hak responden dengan cara menjaga
kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan data  hingga  penyajian  data.  Peneliti  sangat  mengharapkan  partisipasi  dan
kesediaan saudarai sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika saudarai tidak  bersedia  maka  saudarai  berhak  untuk  menolak.  Demikianlah  informasi  ini
saya  sampaikan,  atas  kesediaan  dan  partisipasi  BapakIbu  saya  ucapkan terimakasih.
Medan,     Februari 2015
Peneliti
Universitas Sumatera Utara
54 Lampiran 2
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Setelah  mendengarkan  penjelasan  dari  peneliti  tentang  penelitian  yang  berjudul “Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education Mahasiswa
Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU”, maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut.
Medan,     Februari 2015
Responden
…………………….
Universitas Sumatera Utara
55 Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Kode Responden :
Tanggal :
Petunjuk Pengisian Umum Saudarai Responden diharapkan:
1. Menjawab semua pernyataan yang ada dengan dengan memberi tanda checklist √  pada  tempat  yang  disediakan  dan  isilah  titik-titik  jika  ada  pertanyaan  yang
harus dijawab 2. Semua pernyataan diisi dengan satu jawaban
3.  Jawablah  pertanyaan  ini  dengan  sejujurnya  dan  saya  akan  menjamin kerahasiaan atas jawaban yang Saudarai berikan
4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
1
. Kuesioner Data Demografi
a. Jenis Kelamin
:    Laki - laki       Perempuan
b. Usia
: c.
Status studi semester Tahun ke :
d. Fakultas
:
2.  Kuesioner Efikasi Diri