Total 58
100
Dari tabel di atas dapat dilihat dari paritas yang multigravida lebih dari separuh 53,4 31 orang responden yang melakukan
mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan primigravida hanya 17,2 10 orang yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio
sesarea.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menngenai “ Gambaran faktor–faktor yang mempengaruhi mobilsasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di
RS. dr. pirngadi medan tahun 2010” dengan sampel yang diperoleh sebanyak 58 orang dan telah didapatkan kriteria responden berdasarkan faktor fisiologis,
faktor emosional, dan faktor perkembangan, adalah sebagai berikut : 1.
Faktor fisiologis a
Distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh Setelah penelitian dilakukan diperoleh suhu tubuh seluruh
responden berada dalam keadaan normal 36 ℃ - 37,5℃ dan menurut
Cunningham dkk 2005 Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5
o
C pasca seksio sesarea. Berarti dari hasil penelitian ini dapat dilihat suhu responden dalam
keadaan normal, ini juga karena petugas benar-benar menjalankan tugasnya dengan benar atau sesuai prosedur sehingga tidak ada pasien
yang demam dan mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
b Distribusi frekuensi responden berdasarkan perdarahan masa nifas pasca
seksio sesarea. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
seluruh responden 58 orang tidak mengalami perdarahan atau dalam keadaan normal pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun
2010 sehingga responden dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik, karena jika terjadi perdarahan dapat menyebabkan terhambatnya
responden untuk melakukan mobilisasi dini, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Taber 2004, perdarahan masa nifas pasca seksio
sesarea didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml c
Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri pada masa nifas pasca seksio sesarea
Dari hasil pengukuran intensitas nyeri diketahui bahwa lebih dari separuh responden 34 orang 58,6 mengalami nyeri pada skala 1-3
dengan intensitas nyeri ringan dan kurang dari separuh responden 23 orang 39,7 berada pada skala 4-6 dengan intensitas nyeri sedang dan
hanya 1 orang responden berada pada skala 7-9 dengan intensitas nyeri berat terkontrol. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Perry
dan Potter 1993, Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri. Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat
dengan menggunakan skala numerik yaitu : 0,Tidak nyeri. 1-3, nyeri ringan yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6
nyeri sedang yang secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
Universitas Sumatera Utara
perintah dengan baik. 7-9 nyeri berat terkontrol yang secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi. 10 nyeri sangat berat tidak terkontrol dimana Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan responden berada pada nyeri ringan yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik sehingga responden masih mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik, ini juga karena petugas benar-benar menjalankan tugasnya
dengan benar atau sesuai prosedur sehingga nyeri pasien hanya pada batas yang wajar dikarenakan bekas seksionya.
2. Faktor emosional
a Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada masa nifas
pasca seksio sesarea Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat tidak ada
responden yang mengalami kecemasan sedang dan berat, seluruh responden berada pada kecemasan ringan pasca seksio sesarea di RSU.
Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Menurut Stuart 2001 kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas. Hal ini dapat mempengaruhi responden
Universitas Sumatera Utara
mampu melakukan mobilisasi dini karena pada kecemasan ringan ini individu hanya sekedar berwaspada terhadap luka seksionya.
3. Faktor Perkembangan
a Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada masa nifas pasca
seksio sesarea Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
kebanyakan responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RS. dr.Pirngadi medan tahun 2010 dari rentang umur
responden 31 – 35 tahun hampir separuh 43,1 25 orang dan dari rentang umur responden 26-30 tahun kurang dari separuh 31 18
orang dan dari rentang umur 20-25 hanya 15 orang 25,9. Menurut Chi, dkk 2007, kelompok ibu yang berumur 20-30
tahun angka kematian ibu rendah dibandingkan ibu berumur kurang dari 20 tahun dan dibanding ibu berumur 35 tahun atau lebih.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ibu-ibu yang berada pada rentan umur 20-35 tahun dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik
kecuali ada hal yang lain dari keadaan tubuh rsponden yang menghambat.
b Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada masa nifas pasca
seksio sesarea Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
dari paritas yang multigravida lebih dari separuh 53,4 31 responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RS. Dr.Pirngadi
Universitas Sumatera Utara
medan tahun 2010 dan 17 responden 29,3 scundigravida dan 10 responden 17,2 pada primigravida. Menurut penelitian Chi, dkk
2007 paritas 1 angka kematian ibu lebih tinggi dari pada kelompok paritas 1
Jadi dari hasil penelitian ini seluruh paritas mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan