kebersihan gigi
dan mulut
sedang, sedangkan
nilai 3,1-6,0
diinterpretasikan bahwa tingkat kebersihan gigi dan mulut buruk.
43,44
Pemeriksaan DI Debris Index bertujuan untuk melihat adanya sisa makanandebris yang menempel pada permukaan gigi, dengan kriteria
penilaian debris sebagai berikut:
43,44
- 0 : tidak ada debrissisa makanan yang menempel pada gigi.
- 1: debris lunak menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi.
- 2 : debris lunak menutupi lebih dari 13 permukaan, tetapi tidak
lebih dari 23 permukaan gigi. -
3 : debris lunak menutupi lebih dari 23 permukaan gigi. Nilai DI skor diperoleh dari penjumlahan hasil penilaian debris dibagi
dengan jumlah gigi yang diperiksa. DI skor =
Jumlah nilai debris Jumlah gigi yang diperiksa
Pemeriksaan CI Calculus Index bertujuan untuk melihat adanya kalkulus atau karang gigi yang terdapat pada permukaan gigi. Kriteria
untuk penilaian CI yaitu: -
0 : tidak terdapat kalkulus. -
1 : kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi.
- 2 : kalkulus supragingival lebih dari 13 tetapi tidak lebih dari
23permukaan gigi. -
3 : kalkulus supragingival menutupi lebih dari 23 permukaan gigi. Nilai CI skor didapatkan dengan menjumlahkan hasil penilaian calculus
dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa CI skor =
Jumlah nilai calculus Jumlah gigi yang diperiksa
Pemeriksaan GI Gingival index dinilai dengan keberadaan inflamasi gingival, dan perdarahan pada gigi yang diperiksa. Kriteria skor GI adalah:
- 0 : gingiva normal.
- 1 : inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai perubahan warna,
sedikit edema, palpasi tidak terjadi perdarahan.
- 2 : inflamasi gingiva sedang, warna merah, edema, berkilat, palpasi
terjadi perdarahan. -
3 : inflamasi gingiva parah, warna cenderung berdarah seperti merah menyolok, edema terjadi ulserasi, gingiva spontan.
Nilai GI skor didapatkan dengan menjumlahkan hasil penilaian gingival dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa
CI skor = Jumlah nilai gingival
Jumlah gigi yang diperiksa
Selain dari debris index, calculus index, gingival index, dan OHIS, status kesehatan gigi dan mulut dapat juga dinilai dengan menggunakan
skor DMFT decayed, missing, and filled teeth yaitu menilai banyaknya gigi yang berlubang, gigi yang hilang dan gigi yang telah ditambal. Oleh
karena itu, penilaian menggunakan OHIS skor lebih baik digunakan untuk melihat tingkat kebersihan gigi mulut dan penilaian awal status kesehatan
gigi dan mulut.
44,45
2.1.4. Efek Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Lebih dari 4000 bahan kimia terkandung dalam batang rokok, dan lebih dari 300 diantaranya merupakan zat karsinogen yang dapat memicu
pertumbuhan sel tidak normal. Dampak dari konsumsi rokok telah banyak dilaporkan dapat menyebabkan penyakit-penyakit sistemik dari kanker
paru sampai penyakit jantung koroner, begitupun juga dengan rongga mulut yang tentunya tidak bebas dari efek rokok yang dikonsumsi. Pada
laporan yang dibuat oleh Blom B et al. menunjukkan bahwa status kesehatan mulut perokok lebih rendah dibandingkan ex-perokok dan non-
perokok. Selain itu juga, keluhan terhadap adanya gangguan kesehatan rongga mulut didapatkan lebih besar pada perokok dibandingkan non-
perokok ataupun ex-perokok. Sehingga rokok dapat menjadi faktor resiko dari penyakit-penyakit yang terdapat di dalam rongga mulut seperti
periodontis, gingivitis, caries atau bahkan kanker rongga mulut.
45,46
Efek toksik rokok dapat menyebabkan penyakit rongga mulut dan gigi seperti Leukoplakia, Mucosal burn, Gingival recession, Edentulism,
Periapical abses, dan yang lainnya. Senyawa kimia rokok akan merusak jaringan lunak mukosa rongga mulut, sehingga pada perokok lebih banyak
ditemukan penyakit-penyakit rongga mulut. Pada beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa efek rokok dapat menurunkan komponen-komponen
dalam saliva yang dapat berpengaruh pada keberadaan spesies candida, yang artinya merokok memiliki peranan penting dalam peningkatan
spesies Candida yang dapat menyebabkan candidiasis oral dengan manifestasi klinis berupa eritema, plak, angular selitis, dan sariawan.
Walaupun efek rokok pada candidiasis masih dalam kontroversi, namun 83 dari penderita candidiasis merupakan perokok berat.
6,8,45
Perubahan pada mukosa rongga mulut merupakan iritasi akibat efek dari toksik yang ditimbulkan rokok paling sering terjadi pada mukosa
buccal disusul dasar rongga mulut. Perubahan atau lesi yang terjadi pada rongga mulut dapat menjadi lesi awal dan dapat berkembang menjadi
keganasan rongga mulut.
46
2.1.5. Efek Rokok terhadap Saliva
Efek rokok pada beberapa bagian tubuh tidak hanya akibat bahan kimia yang terkandung di dalam rokok itu sendiri, namun komponen panas
dan senyawa-senyawa hasil pembakaran rokok tersebut pun dapat mempengaruhi fungsi normal sel. Rongga mulut menjadi organ tubuh
yang pertama terpapar oleh rokok dan asapnya, sehingga rokok juga dapat mempengaruhi fungsi normal sel yang terdapat dalam rongga mulut
termasuk saliva sebagai cairan yang terdapat di dalam rongga mulut.
8,9,47
Pada penelitian Rad et al. menyebutkan bahwa merokok dapat menurunkan jumlah saliva yang berfungsi sebagai pelindung mukosa
rongga mulut dan juga mengandung antibakteri. Kanwar et al. juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laju aliran
saliva perokok dan non-perokok, terlebih pada perokok yang telah mengkonsumsi rokok dalam waktu yang cukup lama. Konsumsi rokok
yang lama juga dapat mengurangi sensitivitas dari reseptor rongga mulut,