Dari hasil penelitian pada tabel 4.2, sebagian besar perokok mengkonsumsi rokok non kretek 67,3 termasuk filter atau herbal.
Rokok yang dikonsumsi subjek perokok dalam satu hari memang bervariasi, nilai median konsumsi rokok dalam satu hari adalah 12 batang
setara dengan satu bungkus rokok dan rata-rata subjek perokok telah merokok selama 21,8 tahun. Penggolongan perokok dapat dilihat dari
jumlah batang rokok yang dikonsumsi dalam satu hari dan lamanya merokok dalam tahun sampai didapatkan hasil indeks brinkman yang
membagi perokok ke dalam perokok ringan sebanyak 38,2, perokok sedang 38,2 dan perokok berat 23,6.
4.1.3. Status Kebersihan Gigi dan Mulut Subjek Penelitian
Kebersihan gigi dan mulut dapat dinilai dengan cara melakukan pemeriksaan fisik gigi dan mulut menggunakan beberapa indeks penilaian.
Pada subjek penelitian baik perokok maupun non perokok dilakukan pemeriksaan fisik gigi dan mulut dengan menilai debris index, calculus
index, ginggival index, dan OHIS. Sehingga didapatkan hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut seperti pada tabel 4.3
Tabel 4.3. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Karakteristik Perokok
Non Perokok p value
n = 55 n = 31
Debris Index 1,00 0,33-1,67
0,83 0,17-1,5 0,083
0,048 0,960
0,014
Calculus Index 1,67 0,83-2,83
1,67 0,33-2,33
Gingival Index 1,17 0,33-2,33
1,17 0,17-2,17 OHIS
2,64 ± 0,65 2,26 ± 0,80
Median minimum-maximum p value signifikan
Dari hasil pemeriksaan debris index, calculus index, gingival index, dan OHIS pada tabel 4.3 yang dapat menilai status kebersihan gigi dan
mulut didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek perokok dan non-perokok hanya pada nilai calculus index U=634,000 Z=-
1,980 p=0,048 r=-0,023 dan OHIS T-test independent p=0,014 yang mengartikan bahwa status kebersihan gigi dan mulut pada perokok lebih
rendah dari pada non-perokok dilihat dari calculus index dan OHIS,
sedangkan pada hasil penelitian debris index, dan gingival index tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek perokok dan non-
perokok.
4.1.4. Laju aliran saliva pada Saliva Subjek Penelitian
Laju aliran saliva pada perokok memiliki nilai median 0,24 mlmenit dengan nilai minimum 0,01 mlmenit dan maximum 1,10
mlmenit. Kelompok non perokok memiliki nilai median laju aliran saliva 0,30 mlmenit dengan nilai minimum 0,02 mlmenit dan maksimum1,12
mlmenit. Perbandingan laju aliran saliva perokok tidak berbeda bermakna dengan non-perokok U=982,500 Z=1,172 p=0,241.
4.2. Pembahasan
Pada penelitian yang terdiri dari 55 subjek penelitian perokok dan 32 subjek non-perokok ini, dapat dilihat karakteristik masing-masing subjek
penelitian. Kelompok subjek perokok rata-rata berusia 43,5 tahun dan kelompok terbanyak terdapat pada usia antara 36-45 tahun 49,1, tidak
jauh berbeda dengan data Riskesdas 2013 yang menunjukkan bahwa perokok penduduk Indonesia terbanyak berasal dari kelompok usia 30-34 tahun
33,4 dan usia 35-39 tahun 32,2. Perbedaan ini dapat terjadi oleh karena perbedaan pengklasifikasian umur yang digunakan. Sedangkan pada
kelompok usia non-perokok rata-rata usia yang dimiliki subjek adalah 37,4 tahun. Sehingga didapatkan bahwa usia pada subjek memiliki perbedaan
bermakna pada kelompok perokok dengan non-perokok T-test Independent p=0,186, rata-rata usia subjek non-perokok lebih rendah dari pada perokok.
2
Karakteristik IMT subjek penelitian masing-masing 25,2 pada perokok dan 24,4 pada non-perokok yang keduanya berarti memiliki berat badan
diatas nomal, sehingga pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan IMT yang bermakna. Pengaruh IMT pada laju aliran saliva pada penelitian ini
dapat dikendalikan dengan membuat rerata IMT yang tidak berbeda pada kedua kelompok.
17