Karakteristik Perokok Subjek Penelitian
Sebagian besar subjek penelitian tidak memiliki riwayat penyakit tertentu yaitu sebanyak 92,7 pada kelompok perokok dan 81,3 kelompok
non-perokok, sehingga kekhawatiran kemungkinan adanya pengaruh riwayat penyakit terhadap laju aliran saliva bisa dikendalikan pada penelitian ini.
Melihat efek yang ditimbulkan rokok tentunya tidak lepas dari karakteristik perokok yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi lama
paparan dan konsumsi jumlah batang rokok per harinya. Lama paparan dan konsumsi batang rokok yang dikonsumsi dapat dilihat dari nilai Indeks
Brinkman. Didapatkan pada penelitian ini 21 orang 38,2 masing-masing perokok ringan dan sedang dan 13 orang 23,6 merupakan perokok
berat.
8,9
Rongga mulut dan komponen yang terdapat di dalamnya tentunya menjadi bagian pertama yang terpapar oleh rokok, sehingga kandungan-
kandungan toksin yang terdapat dalam rokok dapat merusak bagian-bagian rongga mulut yang dapat mempengaruhi penurunan kesehatan gigi dan
rongga mulut. Penelitian yang dilakukan oleh Azodo et al. didapatkan bahwa status kesehatan perokok cenderung lebih buruk, namun beberapa penelitian
menyebutkan bahwa kerusakan mukosa dan gangguan rongga mulut hanya terjadi pada konsumsi rokok dalam waktu yang lama. Status kebersihan gigi
dan mulut perokok pada penelitian ini lebih buruk dibandingkan dengan non- perokok jika dilihat dari calculus index U=634,000 Z=-1,980 p=0,048 r=-
0,023 dan OHIS T-test independent p=0,014 saja, sedangkan pada debris
index Mann-Whitney p=0,083 dan gingival index Mann-Whitney p=0,954 tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara perokok dan non-
perokok. Menghindari adanya faktor lain yang dapat mempegaruhi kebersihan rongga mulut sehingga dapat menjadikan hasil yang bias terhadap
efek rokok, maka dilakukan penyetaraan faktor-faktor lain seperti kebiasaan sikat gigi dan mengkonsumsi obat kumur pada kelompok perokok dan non
perokok
18,21
Paparan rokok pada rongga mulut dapat mengenai saliva sebagai cairan yang diproduksi untuk melindungi mukosa mulut. Pengaruh rokok terhadap
penurunan laju aliran saliva masih kontroversial, karena beberapa penelitian
juga menyebutkan bahwa efek dari rokok tidak mempengaruhi saliva pada laju aliran salivanya. Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna antara laju aliran saliva perokok dan non perokok Mann-Whitney p=0,241, dengan perbandingan nilai median laju aliran
saliva perokok 0,24 mlmenit lebih rendah dari pada non-perokok 0,3 mlmenit. Riwayat keluhan mulut kering pada subjek perokok lebih sering
didapatkan dari pada subjek non perokok Chi square p=0,017, namun tidak diikuti dengan penurunan laju aliran saliva. Kemungkinan keluhan mulut
kering yang dapat terjadi pada subjek perokok merupakan keluhan subjektif masing-masing individu, dibuktikan dengan tidak terdapat perbedaan laju
aliran saliva yang bermakna pada kelompok dengan keluhan mulut kering dan kelompok yang tidak memiliki keluhan mulut kering.
Hasil penelitian saat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Palomares et al. di Spanyol dan Khan et al. di Pakistan bahwa tidak terdapat
perbedaan laju aliran saliva yang bermakna pada perokok dan non perokok .
Penelitian serupa yang dilakukan di Indonesia oleh Pangestu et al. melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan penurunan laju aliran saliva yang
bermakna di kelompok perokok 0,318 mlmenit dibandingkan non-perokok 0,333 mlmenit. Penurunan volume dan pH hanya terjadi pada kelompok
perokok usia lanjut lebih dari 60 tahun dibandingkan dengan perokok usia kurang dari 60 tahun yang dibuktikan oleh Hidayani et al. dalam
penelitiannya. Hasil penelitian yang telah dilaporkan tersebut menunjukkan bahwa efek rokok tidak mempengaruhi produksi saliva pada kuantitas saliva
dan laju aliran saliva, karena laju aliran saliva tidak hanya ditentukan oleh stimulus pada reseptor-reseptor rongga mulut yang diasumsikan mengalami
kerusakan akibat rokok. Laju aliran saliva juga dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal maupun internal, baik dari penghantaran impuls oleh saraf
atau fungsi dari sel kelenjar itu sendiri.
10,11,12,47,48
Hasil berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rad et al. di Iran dan Singh et al. di India yang menyebutkan bahwa toksin-toksin
rokok juga dapat mempengaruhi produksi saliva, pada laju aliran saliva dan pH. Penelitian yang dilakukan oleh Kanwar et al. di India menyebutkan