5
“Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko dan Audit Internal terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Beberapa Bank di Kota Medan”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Manajemen Risikodan Audit Internal berpengaruh secara parsial
terhadap dalam Keputusan Pemberian Kredit? 2.
Apakah Pedoman
PenerapanManajemen Risiko dan Audit Internalberpengaruh secara simultan terhadap Keputusan Pemberian Kredit?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui apakah Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dan Audit Internalberpengaruh secara parsial terhadap Keputusan
Pemberian Kredit 2.
Untuk mengetahui apakah Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dan Audit Internalberpengaruh secara simultan terhadap Keputusan
Pemberian Kredit
Universitas Sumatera Utara
6
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.
Penulis Hasil penelitian ini bermanfaat dengan menambah wawasan penulis
bagaimana pengaruh Self Regulatory Bank terhadap Kebijakan Pemberian Kredit.
2. Perusahaan Bank
Hasil diharapkan sebagai bahan informasi dan masukan bagi perusahaan mengenai kebijakan pemberikan kredit
3. Penelitian Selanjutnya
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Penerapan Manajemen Risiko
Pengertian Risiko
Menurut Kamus Perbankanyang diterbitkan oleh Institut Bankir Indonesia 1999 risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya kerugian yang harus
ditanggung dalam pemberian kredit, penanaman investasi, atau transaksi lain yang dapat berbentuk harta, kehilangan keuntungan, atau kemampuan
ekonomis, antara lain, karena adanya perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah, dan kegagalan usaha.
Menurut Masyhud Ali 2006 risiko adalah peluang kemungkinan terjadinya bencana atau kerugian. Jika dilihat dari sudut perbankan risiko
didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi yang memburuk bad outcome.Definisi tersebut berarti bahwa risiko hanya
berkaitan dengan situasi dimana suatu hasil yang negatif negative outcomedapat setiap saat terjadi dan kejadian tersebut dapat diperkirakan
estimated. Banyak perisitiwa yang dapat berimbas pada terjadinya kerugian bagi bank itu sendiri. Peristiwa terus dapat berasal dari internal ataupun luar
bank itu sendiri. GARP Global Association of Risk Professionals dan BSMR Badan Sertifikasi Manajemen Risiko membedakannya atas:
Universitas Sumatera Utara
8
a.
Risk Event didefinisikan sebagai terjadinya sebuah kejadian yang dapat
menimbulkan potensial for loss a bad outcome. b.
Risk Loss didefinisikan dengan mengacu pada kerugian-kerugian yang
terjadi sebagai konsekuensi langsung maupun tidak langsung dari risk event tersebut. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerugian
finansial maupun kerugian nonfinansial. Risiko yang dihadapi perbankan menurut Basel Accord II dalam
Masyhud Ali 2006 terdiri atas 4 jenis, yaitu: a.
Risiko pasar Market Risk adalah risiko kerugian pada posisi
portofolio trading pada on dan off balance sheet neraca dan rekening administratif yang muncul sebagai akibat dari terjadinya perubahan
harga pasar asset dan liabilities bank tersebut. Perubahan harga tersebut merupakan akibat terdapatnya perubahan faktor pasar yaitu tingkat suku
bunga, nilai tukar mata uang, harga pasar saham, dan sekuritas serta harga komoditas.
b.
Risiko Kredit Credit Risk adalah risiko dari kemungkinan terjadinya
kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur maupun counterparty lainnya. Penetapan
teknik dan kebijakan risiko kredit dikenal dengan credit risk mitigation, yang meliputi: menyusun peringkat grading models, manajemen
portofolio pinjaman loan portofolio management, sekuritas
Universitas Sumatera Utara
9
securitization, collateral,cash flow monitoring, dan manajemen pemulihan recovery management
c.
Risiko Operasional Operational Risk adalah risiko terjadinya
kerugian bagi bank yang diakibatkan oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses di dalam manajemen bank, sumber daya manusia, dan
sistem. Unsur-unsur risiko yang berkaitan dengan risiko operasional meliputi : proses internal bank internal processes, sumber daya
manusia, sistem, peristiwa eksternal external events, dan persyaratan hukum regulatori legal and regulatory requirements.
d.
Risiko Lainnya meskipun sesuai dengan ketentuan Basel Accord II
Framework, tidak dimuat dalam regulasi sebagai bagian dari perhitungan kecukupan modal. Namun sesungguhnya jenis-jenis risiko
ini tetap penting karena dipertimbangkan dalam perhitungan risk-based capital perbankan. Risiko lainnya itu meliputi : Risiko Bisnis Business
Risk, Risiko Strategi Strategic Risk, dan Risiko Reputasi Reputational Risk.
Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko sebagaimana telah dirumuskan di dalam pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia No.1125PBI2009 tentang
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, yang menyatakan bahwa
Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang
Universitas Sumatera Utara
10
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh usaha bank. Dari hal di atas
dapat disimpulkan bahwa risiko tidak hanya cukup dihindari namun juga harus dihadapi cara-cara yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko tersebut. Risiko dapat terjadi kapan saja, agar risiko tidak mengganggu kegiatan perusahaan, risiko harus dikelola dengan baik.
Menurut Widigdo Sukarman manajemen risiko adalah keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian risiko yang dihadapi oleh bank yang
terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen termasuk kewenangan dan sistem dan prosedur operasional dan organisasi yang
ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan dalam Corporate Plan atau rencana strategis
bank lainnya sesuai dengan tingkat kesehatan bank yang berlaku. Menurut William T. Thornhill dalam Tampubolon 2004 manajemen
risiko adalah sebuah displin pengelolaan yang tujuannya adalah untuk memproteksi aset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi
kerugian sebelum hal tersebut terjadi.
Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko
a. Menentukan arah dan risk appetite dengan mengkaji ulang secara
berkala dan menyetujui risk exposure limits yang mengikuti strategi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Menetapkan limit, biasanya mencakup pemberian kredit, penempatan
non-kredit, asses liability management, trading dan kegiatan lain seperti derivatif dan lain-lain.
c. Menetapkan kecukupan prosedur pemeriksaan untuk memastikan
adanya integritasi pengukuran risiko, kontrol sistem pelaporan, dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.
Proses Manajemen Risiko
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia yang telah dijelaskan diatas, Proses Manajemen Risiko meliputi:
A. Identifikasi Risiko
Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang
berpotensi merugikan Bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:
1. Bank harus mengidentifikasi risiko kredit yang melekat pada
seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko kredit tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko kredit yang
melekat pada aktivitas fungsional tertentu, seperti perkreditan penyediaan dana, treasury dan investasi, dan pembiayaan
perdagangan. 2.
Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan debitur,
Universitas Sumatera Utara
12
dan khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan.
3. Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko kredit harus
memperhatikan kondisi keuangan counterparty, rating, karakteristik instrumen, jenis transaksi yang dilakukan dan likuiditas pasar serta
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kredit.
B. Pengukuran Risiko
1. Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan pengukuran
risiko yang memungkinkan untuk: a.
Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheetyang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau perkelompok
debitur dan atau counterparty tertentu mengacu pada konsep single obligor
b. Penilaian perbedaan kategori tingkar risiko kredit dengan
menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data dan pemilihan kriteria tertentu.
c. Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap untuk
tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait. 2.
Sistem pengukuran risiko kredit sekurang-kurangnya mempertimbangkan:
Universitas Sumatera Utara
13
a. Karakteristik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi keuangan
debiturcounterpary serta persyaratan dalam perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan tingkat bunga
b. Jangka waktu kredit maturity profile dikaitkan dengan
perubahan potensial yang terjadi di pasar c.
Aspek jaminan, agunan danatau garansi d.
Potensi terjadinya kegagalan membayar default, baik berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun
hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses pemeringkatan yang dilakukan secara intern internal risk rating
3. Bagi Bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan
pendekatan internal risk rating harus melakukan validasi data secara berkala.
4. Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit antara lain
meliputi: a.
Non Performing Loans NPLs b.
Konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi c.
Kecukupan agunan d.
Pertumbuhan kredit e.
Non performing portofolio treasury dan investasi non kredit f.
Komposisi portofolio treasury dan investasi antar bank, surat berharga dan penyertaan
g. Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi
Universitas Sumatera Utara
14
h. Transaksi pembiayaan perdagangan yang default
i. Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan.
5. Mark to Market pada Transaksi Risiko Kredit Tertentu
Untuk mengukur risiko kredit yang disebabkan transaksi over the counter atau pada suatu pasar tertentu, khususnya pasar transaksi
derivatif, maka bank harus menggunakan metode penilaian mark to market.
Eksposur risiko kredit harus diukur dan dikinikan sekurang- kurangnya setiap bulan atau lebih intensif khususnya apabila portofolio
debitur atau kelompok usaha debitur sangat signifikan dan atau volatilitas parameter pasar yang digunakan untuk menilai mark to
market mengalami perubahanfluktuasi. Limit kredit yang dialokasikan untuk satu debitur atau kelompok
debitur harus diuji berdasarkan penilaian mark to market sedangkan faktor risiko harus digunakan untuk memperhitungkan perubahan
kondisi pasar dan pengaruh replacement cost. 6.
Penggunaan Credit Scoring Tools a.
Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi statistikprobabilistik untuk mengukur risiko yang berkaitan
dengan jenis tertentu dari transaksi risiko kredit, seperti credit scoring tools.
b. Dalam penggunaan sistem tersebut maka Bank harus:
Universitas Sumatera Utara
15
- Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi model dan asumsi yang digunakan untuk memproyeksikan kegagalan
defaults - Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada
kondisi internal dan eksternal. c.
Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi yang relatif kompleks maka proses pengambilan keputusan transaksi
risiko kredit tidak hanya didasarkan pada sistem tersebut sehingga harus didukung sarana pengukuran risiko kredit lainnya.
d. Bank harus mendokumentasikan kredit seperti asumsi, data dan
informasi yang digunakan pada sistem tersebut, termasuk perubahannya, serta dokumentasi tersebut selanjutnya dikinikan
secara berkala. e.
Penerapan sistem ini harus: - Mendukung proses pengambilan keputusan dan memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan pendelegasian wewenang - Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang akan
mempengaruhi hasil score-ouputs melalui prosedur pengamanan yang layak dan efektif
- Dilakukan kaji ulang oleh satuan kerja atau pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan sistem
tersebut.
C. Pemantauan dan Limit Risiko
Universitas Sumatera Utara
16
Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur atau counterparty
pada seluruh portofolio kredit bank. Sistem pemantauan sekurang- kurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka:
1. Memastikan bahwa Bank mengetahui kondisi keuangan terakhir dari
debitur atau counterparty 2.
Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian kredit atau kontrak transaksi risiko kredit
3. Menilai kecukupan agunan dibandingkan dengan kewajiban debitur
atau counterparty 4.
Mengidentifikasi ketidaktepatan pembayaran dan mengklasifikasikan kredit bermasalah secara tepat waktu
5. Menangani dengan cepat kredit bermasalah.
Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur risiko kredit dibandingkan dengan limit risiko kredit yang telah ditetapkan, antara lain
dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk rating. Pemantauan eksposur kredit tersebut harus dilakukan secara berkala dan terus
menerus oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dengan cara membandingkan risiko kredit aktual dengan limit risiko yang ditetapkan.
Untuk keperluan pemantauan eksposur risiko kredit, Satuan Kerja Manajemen Risiko harus menyusun laporan mengenai perkembangan
risiko kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, yang disampaikan kepada Komite Manajemen Risiko dan Direksi.
Universitas Sumatera Utara
17
Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah sebagai berikut:
1. Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus
diinformasikan dan didokumentasikan 2.
Sistem ini harus dapat mengidentifikasi secara dini perubahan profil risiko yang disebabkan oleh penurunan potensialmaupun akrual dari
risiko kredit 3.
Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan
interna risk rating tersebut 4.
Apabila Bank menerapkan internal risk rating untuk menentukan kualitas aset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal
yang memastikan bahwa penetapan kualitas aset dan provisi dengan internal rating adalah lebih prudent atau sama dengan ketentuan
yang berlaku 5.
Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti laporan kondisi portofolio kredit disampaikan secara berkala kepada Direksi.
D. Sistem Informasi Manajemen Risiko
Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko kredit, bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang
menyediakan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh Direksi dan pejabat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
18
Sistem informasi manajemen tersebut juga harus menghasilkan laporan atau informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual
terhadap limit yang ditetapkan dan pelampauan eksposur limit risiko yang perlu mendapat perhatian dari direksi.
Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan dara secara akurat dan tepat waktu mengenai jumlah seluruh eksposur kredit
peminjam individual dan counterparties, portofolio kredit serta laporan pengecualian limit risiko kredit. Bank harus memiliki sistem informasi
yang memungkinkan Direksi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi risiko dalam portofolio kreditnya.
E. Pengendalian Risiko
Bank harus menetapkan suatu sistem penilaian internal credit reviews yang independen dan berkelanjutan terhadap efektivitas
penerapan proses manajemen risiko kredit. Kaji ulang tersebut sekurang- kurangnya memuat evaluasi proses administrasi perkreditan, penilaian
terhadap akurasi penerapan internal risk rating, dan efektivitas pelaksanaan satuan kerja yang melakukan pemantauan kualitas kredit
individual.Kaji ulang tersebut harus dilakukan oleh satuan kerja yang independen terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko kredit.
Bank harus memastikan bahwa satuan kerja perkreditan dan transaksi risiko kredit lainnya telah dikelola secara memadai dan
eksposur risiko kredit tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian. Bank harus menetapkan dan
Universitas Sumatera Utara
19
menerapkan pengendalian intern untuk memastikan bahwa penyimpangan terhadap kebijakan, prosedur, dan limit telah dilaporkan
tepat waktu kepada Direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan perbaikan. Dan bank harus memiliki prosedur pengelolaan penanganan
kredit bermasalah termasuk sistem deteksi kredit bermasalah secara tertulis dan menerapkannya secara efektif.
2.1.2. Penerapan Audit Internal Pengertian Audit Internal
Menurut Sukrisno Agoes 2004:221, internal audit pemeriksaan intern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan
ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketenruan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.
Menurut A Statement of Basic Auditing Concept ASOBAC dalam Halim 2001:1 audit internal adalah:
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi
untuk menentukan tingkat asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan”.
Universitas Sumatera Utara
20
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal penting sebagai pedoman auditor lainnya dalam pengumpulan bukti audit.
Auditing Standard Boards ASB mengakui 5 kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:
a. Keberadaan atau Keterjadian Existence or Occurence
Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar ada pada tanggal tertentu dan transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi selama
periode tertentu. b.
Kelengkapan Completeness Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus diajukan
dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan. c.
Hak dan Kewajiban Right and Obligation Berkaitan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. d.
Penilaian atau Alokasi Valuation or Allocation Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban
telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya. e.
Penyajian dan Pengungkapan Presantation and Discloure Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah
digolongkan, diuraikan dan diungkapkan dengan sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara
21
Menurut Boynton 2003:6 bahwa audit dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi dalam tiga
kategori, yaitu: a.
Financial Statement Audit Audit laporan keuangan merupakan penilaian atas suatu perusahaan atau
badan hukum lainnya sehingga dapat dihasilkan pendapat yang independen tentang laporan keuangan yang relevan, akurat, lengkap dan disajikan secara
wajar. b.
Compliance Audit Audit kepatuhan mencangkup menghimpun dan mengevaluasi bukti dengan
tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi, aturan, dan regulasi yang telah
ditentukan. c.
Operational Audit Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai
kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun keekonomisan operasional.
Dalam melaksanakan suatu audit, pada umumnya jenis auditor dibedakan atas: a.
Auditor Independen adalah auditor yang melakukan fungsi pengauditan
atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Biasanya terdapat pada Kantor Akuntan Publik KAP yang pada umumnya
mengambil peran sebagai auditor eksternal atas perusahaannya.
Universitas Sumatera Utara
22
b.
Auditor Internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan
oleh karenanya berstatus pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat
dimana ia bekerja. c.
Auditor Pemerintah biasanya terdapat dibeberapa lembaga ataupun
badan yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan keuangan negara. Diantaranya, Badan Pengawas
Keuangan dan Pengembangan BPKP dan Inspektorat Jendral Itjen pada Departemen Pemerintah.
Tujuan dan Fungsi Audit Internal
Menurut Sukrisno Agoes 2004:222, tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan manajemen
dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari
sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif
dengan biaya yang tidak terlalu mahal. b.
Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Universitas Sumatera Utara
23
c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya. e.
Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.
f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Ikatan Akuntan Indonesia telah menetapkan dan mengesahkan standar
auditing sebagai berikut: a.
Standar Umum Internal Auditor 1.
Internal auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor sehingga hasil kerjanya handal dan dapat
dipercaya. 2.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, audit wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b.
Standar Pelaksanaan Tugas 4.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi yang semestinya.
Universitas Sumatera Utara
24
5. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
c. Standar Pelaporan
7. Laporan audit harus menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 8.
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai. 10.
Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan.
Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal
Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern
perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan
Universitas Sumatera Utara
25
memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil keputusan atau tindak selanjutnya.
Ruang Lingkup audit internal menurut The Institute of Internal Auditors IIA yang dikutip oleh Boynton 2001:983 Ruang lingkup audit internal
harus mencakup kecukupan dan efektivitas sistem kinerja organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan: 1. keandalan dan menyokong
informasi; 2. sesuai dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, peraturan dan kontak; 3. pengamanan aktiva; 4. penggunaan sumber daya yang
ekonomis dan efisien; 5. tercapainya target yang ditetapkan dan tujuan program operasi.
Untuk melaksanakan tugasnya, auditor internal mempunyai batasan ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, oleh sebab itu menurut
Cashin 1997 dalam Firdaus 2006 mengemukakan ruang lingkup audit internal sebagai berikut:
1. Kepatuhan compliance
Merupakan salah satu unsur audit internal yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas perusahaan telah dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. 2.
Verifikasi verification Verifikasi merupakan aktivitas pemeriksaan terhadap dokumen, catatan dan
laporan apakah hal-hal tersebut telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Umumnya verifikasi dilakukan atas:
a. Catatan dan Laporan Akuntansi, dan
Universitas Sumatera Utara
26
b. Aktiva, Hutang serta modal dan hasil operasi perusahaan.
3. Evaluasi evaluation
Kegiatan ini merupakan tanggung jawab internal auditor yang paling penting dan paling sulit diukur hasilnya. Evaluasi mencakup dua fungsi, yaitu
penilaian terhadap pelaksanaan dari berbagai tingkat manajemen dan penilaian terhadap pengendalian internal yang berjalan dalam perusahaanya.
2.1.3 Keputusan Pemberian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar dengan adanya istilah kredit, baik itu kredit rumah, kredit usaha, kredit modal kerja, kartu kredit dan
sebagainya. Kredit tersebut dapat diartikan sebagai penundaan pembayaran oleh pihak yang penerimaan uang atau suatu barang kepada pihak yang
memberikan uang atau barang tersebut dengan perjanjian telah disepakati sebelumnya.Kredit dalam neraca bank merupakan penggunaan dana, namun
bagi perusahaan kredit merupakan suatu bantuan dari pihak bank sebagai sumber dana.
Menurut Moh. Tjoekam 1991:1, kata “kredit” berasal dari bahasa Latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Menurut
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
Universitas Sumatera Utara
27
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Kredit yang diberikan oleh bank ataupun lembaga penyalur kredit lainnya didasarkan oellh kepercayaan, sehingga pemberian kredit akan diberikan bila
benar-benar diyakini bahwa calon peminjam dapat mengembalikan kepercayaan tersebut tepat waktu dan syarat-syarat lain yang disepakati antara
peminjam dan kreditor. Dengan demikian, kredit memiliki beberapa unsur, yaitu:
a. Kepercayaan, adalah keyakinan dari kreditur bahwa kepercayaan yang
diberikan baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
Dalam hal ini, terdapat keterlibatan dua pihak, yaitu pemberi kredit kreditur dan penerima kredit debitur.
b. Waktu, adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima dimasa mendatang. Dalam hal unsur waktu ini, terdapat pengertian nilai uang, bahwa uang yang ada pada
saat ini lebih tinggi dari yang akan diterima dimasa yang akan datang. c.
Risiko, adalah suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan prestasi dengan kontraprestasi
yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan, semakin besar tingkat risikonya. Hal ini karena adanya unsur
ketidakpastian dimasa mendatang, yang akan menyebabkan munculnya unsur risiko.
Universitas Sumatera Utara
28
d. Prestasi, adalah objek kredit yang dalam praktiknya tidak hanya berbentuk
uang tetapi juga dapat berbentuk barang dan jasa. Namun dikarenakan kehidupan saat ini tidak terlepas dari adanya uang, maka transaksi-
transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering kita jumpai dalam perkreditan.
e. Adanya unsur bunga atau margin sebagai kompensasi bagi pemberi kredit
merupakan perhitungan atas beberapa komponen seperti biaya modal cost of fund, biaya umum overhead cost, biaya atau premi risiko dan lain-
lain. Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan tidak terbatas pada
penerima kredit, tetapi terjaganya kepercayaan akan kejujuran dan kemampuan dalam mengembalikan pinjaman itu tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, seseorang atau perusahaan yang akan menentukan kredit harus mempunyai kredibilitas atau kelayakan seseorang untuk memperoleh kredit.
Kredibilitas tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal dengan istilah 5C’s principles yaitu:
a. Character
Bahwa calon nasabah debitur mempunyai watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi dan menjalankan usahanya. Informasi
Universitas Sumatera Utara
29
ini dapat diperoleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha sejenis.
b. Capacity
Kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola jegiatan usahanya dan mampu melihat prospek masa depan, sehingga usahanya dapat
memberikan keuntungan yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan.
Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian
terhadap keadaan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas cash flow usaha dari beberapa tahun terakhir. Melalui pendekatan ini, tentu dapat
diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas dan rentabilitas usaha serta tingkat risikonya. Pada dasarnya untuk menilai capacity
seseorang didasarkan pada pengalamannya di dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitur, serta
kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya.
c. Capital
Analisis modal untuk dapat menggambarkan capital structure, analisis ini tidaklah hanya melihat besar atau kecilnya modal, akan tetapi
difokuskan bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh peminjam tersebut agar dana yang dipinjam tersebut dapat berjalan secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
30
Modal dapat terdiri dari modal saham, pinjaman bank, pinjaman pihak ketiga lainnya.
d. Collateral
Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan saran pengaman back-up atas risiko yang mungkin terjadi
atas debitur dikemudian hari, misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit, baik utang pokok
maupun bunganya. e.
Condition of Economy Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara
umum dan kondisi sektor usaha pemohan kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi
yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.
Selain konsep atau prinsip 5C diatas, dalam prakteknya bank juga menerapkan dasar penilaian lain yang disebut dengan 5P’s principles
yaitu: a.
Personality Bank mencari data mengenai kepribadian calon debitur seperti
riwayat hidup, hobi, pengalaman berbisnis, social standing, dan lain sebagainya. Hal ini ditentukan untuk persetujuan kredit yang
diajukan oleh debitur. b.
Purpose
Universitas Sumatera Utara
31
Selain mengenal kepribadian personality dari calon debitur, bank juga harus mencari data mengenai tujuan atau penggunaan kredit
tersebut sesuai line of business kredit bank yang bersangkutan. c.
Prospect Dalam hal ini, bank harus melakukan analisis dengan cermat
mengenai bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit apakah mempunyai prospek dikemudian hari ditinjau dari aspek
ekonomi dan kebutuhan masyarakat. d.
Payment Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas
mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati.
e. Party
Bank perlu menggolongkan calon debiturnya menjadi beberapa golongan menurut character, capacity dan capital. Penggolongan ini
akan memberikan arah analisis bagaimana harus bersikap. Selain konsep atau prinsip 5C dan 5P diatas, bank juga menerapkan
dasar penilaian lain yang sering disebut 3R yaitu: a.
Returns Penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh debitur setelah
mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup memadai untuk
Universitas Sumatera Utara
32
menutupi pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula usahanya untuk berkembang.
b. Repayment
Suatu perhitungan terhadap kemampuan dan jadwal serta jangka waktu pengembalian kredit.
c. Risk Bearing Activity
Sampai sejauh mana ketahanan debitur untuk menanggung risiko kegagalan apalagi menanggung suatu hal yang tidak diinginkan.
Dalam hal ini, termasuk kemampuan bank menanggung risiko sebagai kreditur, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan
cara meminta collelateral dari debitur. Kebijakan perkreditan loan policy menurut Hampel dan Simpson
1991 dalam Putri 2010:35 adalah: “The policy should in turn reflect the bank’s lending philosopy and
culture, indicating prorities, specifying prosedures and means of monitoring lending activity. Loan policy should obtain three result:
1. Produce sound and collectible loan
2. Provide profitable investment of bank funds
3. Encourage extension of credit that meet the legitimate needs of the bank’s
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kebijakan kredit adalah kemampuan bank dalam menyalurkan kredit kepada debitur yang dapat
menimbulkan keuntungan bagi bank itu sendiri. Pelaksanaan kredit mempunyai berbagai masalah yang cukup sulit sehingga diperlukan
peraturan-peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis dalam pelaksanaan kredit berlangsung, dalam penetapan kebijakan kredit perlu
diperhatikan 3 azas pokok yaitu:
Universitas Sumatera Utara
33
a. Azas Likuiditas
Azas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang rasio likuiditasnya rendah
akan berdampak pada hilangnya kepercayaan nasbahanya sendiri. b.
Azas Solvabilitas Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari
masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.
c. Azas Rentabilitas
Bank mengharapkan untuk memperoleh laba dari aktivitas usahanya. Laba diperoleh dari perkreditan selisih antara pendapatan dana dengan
biaya dana. Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penetapan kebijakan kredit
menurut Muljono 2001:20 yaitu: a.
Untuk penyediaan saran penjagaan atau pengamatan terhadap set bank dan dana yang disimpan oleh para deposan secara memadai,
maksudnya agar dana yang telah ditanamkan ke dalam bank tersebut dapat dikembangkan hingga dapat memperoleh reurn yang optimal.
b. Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembanngan
perekonomian khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan, maksudnya sebagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat
melepaskan diri dari setiap perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian yang mengelilinginya.
Universitas Sumatera Utara
34
c. Sebagai pedoman bagi para pejabat kredit bank dalam menyelesaikan
tugasnya. d.
Sebagai dasar untuk melaksanakan pengawasan, karena policy merupakan decision made in advance yaitu sebagai tolak ukur dari
apa-apa yang harus dilaksanakan oleh para petugas dilapangan.
Menurut Kasmir 2014 Aspek-aspek yang perlu diperhatikan menyangkut calon debitur adalah:
a. Aspek Hukum Yuridis
Dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit.
Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan sehingga dapat diketahui siapa pemiliknya dan besarnya modal masing-masing
pemilik. b.
Aspek Pemasaran Dalam aspek ini yang dinilai adalah permintaan terhadap produk
yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang prospeknya bagaimana.
c. Aspek TeknisOperasi
Penilaian mengenai keteknisan meliputi segi teknik fisik dari perusahaan calon debitur dimana sasarannya adalah untuk
mendapatkan hasil produk yang dikehendaki sesuai dengan rencana,
Universitas Sumatera Utara
35
baik itu kualitas, jumlah kapasitas, ukuran maupun kepentingan kalkulasi biaya atau kebutuhan modal kerja perusahaan.
d. Aspek Keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut.
e. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek ini menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum.
Menurut Putri 2010:45 ketentuan-ketentuan batas maksimum fasilitas kredit yang akan diperkenankan diberikan kepada satu debitur atau
kelompok debitur adalah sebagai berikut: a.
Batas Maksimum Pemberian Kredit oleh Bank kepada nasabahnya adalah:
1. 20 dari modal sendiri bagi satu debitur
2. 50 dari modal sendiri bank bagi debitur grup dengan prinsipnya
bahwa kredit yang diberikan kepada satu anggota grup tidak boleh lebih dari 20 dan untuk anggota grup tidak boleh 50.
3. Ketentuan ini berlaku pula bagi cabang bank yang bersangkutan
yang beroperasi di luar negeri. b.
Pemberian fasilitas kredit kepada perusahaan yang sebagian kepemilikannya dimiliki ileh bank berlaku ketentuan:
Universitas Sumatera Utara
36
1. Perusahaan yang kepemilikannya 50 atau lebih dimiliki bank,
batas maksimum kredit adalah 10 dari penyertaan bank pada perusahaan yang bersangkutan.
2. Perusahaan yang kepemilikannya kurang dari 50 dimiliki oleh
bank batas maksimum kredit adalah 20 dari modal sendiri bank. 3.
Batas maksimum kredit untuk seluruh perusahaan sebagaimana dimaksud diatas adalah 50 dari modal sendiri bank.
c. Bank diperkenankan pula memberikan kredit kepada:
1. Anggota direksi dan pegawai dengan maksimum sebesar
kemampuan pengembalian dari pendapatan yang berasal dari bank yang bersangkutan.
2. Anggota komisaris yang bukan pemegang saham dengan maksimal:
a. 5 dari modal sendiri bank bagi individu atau perusahaan yang
dimilikinya. b.
15 dari modal sendiri bank bagi komisaris yang bersangkutan beserta grup perusahaan yang dimilikinya.
3. Pemegang saham dengan maksimal:
a. 10 dari jumlah penyertaannya bagi bank pemegang saham
atau bagi perusahaan yang dimilikinya. b.
25 dari penyertaannya pada bank dalam hal kredit kepada pemegang saham beserta grup perusahaan yang dimilikinya.
Menurut Dahlan Siamat 2001, kredit dapat digolongkan berdasarkan:
Universitas Sumatera Utara
37
a. Jangka waktu maturity
Penggolongan kredit menurut jangka waktu dapat dibedakan: 1.
Kredit jangka pendek short-term loan Kredit jangka pendek adalah kredit yang jangka waktu
pengembaliannya kurang dari satu tahun. Kredit ini biasanya untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan seperti kredit
modal kerja.
2. Kredit jangka menengah medium-term loan
Kredit jangka menengah adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya 1 sd 3 tahun. Biasanya kredit ini untuk
menambah modal kerja misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah juga dapat pula dalam
bentuk kredit investasi. 3.
Kredit jangka panjang long-term loan Kredit jangka panjang adalah kredit yang jangka waktu
pengembaliannya melebihi 3 tahun. Kredit ini biasanya untuk membiayai sutu proyek, perluasan usaha atau rehabilitasi.
b. Bentuk Jaminan Collateral
Dilihat dari barang jaminan, kredit dapat dibedakan: 1.
Kredit dengan jaminan secured loan 2.
Kredit dengan tanpa jaminan unsecured loan
Universitas Sumatera Utara
38
c. Segmen Usaha
Sektor industri yang dibiayai oleh bank biasanya dibagi lagi menjadi segmen-segmen usaha lainnya seperti: perdagangan, otomotif,
farmasi, tekstil dan lain-lain. d.
Tujuan Kredit Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya yaitu:
1. Kredit Komersil commercial loan
Kredit yagn diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan. Kredit komersil meliputi antara
lain: kredit leveransir, kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor dan lain sebagainya.
2. Kredit Konsumtif consumer loan
Kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Kredit ini biasanya meliputi
kredit membeli barang atau kebutuhan lainnya seperti kredit properti, kredit motor, kredit mobil dan lain sebagainya.
3. Kredit Produktif
Kredit yang diberikan oelh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar
produksi misalnya pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran dan lain sebagainya.
e. Penggunaan Kredit
Penggolongan kredit menurut penggunaanya terdiri atas:
Universitas Sumatera Utara
39
1. Kredit Modal Kerja
Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur.
2. Kredit Investasi
Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan bank kepada debitur untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-
barang modal.
Universitas Sumatera Utara
40
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari Putri 2010. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitiannya.
Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang berada di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta sedangkan Penulis melakukan
penelitian pada perusahaan perbankan yang berada di Kota Medan. Hasil penelitian Putri 2010 menemukan hasil yaitu penerapan
manajemen risiko perbankan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit dan Penerapan audit internal berpengaruh negatif terhadap
kebijakan pemberian kredit kredit pada perusahaan perbankan yang berada di wilayah Tangeramg dan DKI Jakarta.
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel yang
Digunakan Kesimpulan
Putri 2010
Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko
Perbankan dan Penerapan Audit Internal Terhadap
Kebijakan Pemberian Kredit X
1
: Penerapan Manajemen Risiko
Perbankan X
2
: Penerapan Audit Internal
Y: Kebijakan Pemberian Kredit
Penerapan manajemen risiko perbankan
berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan pemberian kredit dan Penerapan
audit internal berpengaruh negatif
terhadap kebijakan pemberian kredit
kredit pada perusahaan perbankan
yang berada di wilayah
Tangeramg dan DKI Jakarta.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
41
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual