kepada majelis hakim. Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, maka hakim majelis melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai dengan ketentuan hukum
acara yang berlaku.
2.1.6 Jenis Perkara yang di Mediasi
Terkait dengan proses perdamaian pada perkara perdata di pengadilan, timbul persoalan mengenai apakah semua jenis perkara perdata bisa didamaikan melalui
mediasi. PERMA No. 2 Tahun 2003 tidak memuat ketentuan yang mengatur tentang pembatasan sengketa apa saja yang tidak dapat dilakukan perdamaian. Namun dalam
Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008, ditemukan ketentuan yang mengatur tentang larangan terhadap beberapa perkara tertentu untuk dimediasikan.
Dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 dinyatakan: “Kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan niaga,
pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian sengketa Konsumen, dan keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, semua
sengketaf perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib lebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan mediator”.
Larangan jenis-jenis perkara tersebut untuk dilakukan proses mediasi adalah berkaitan dengan penentuan jangka waktu penyelesaian perkara yang telah ditentukan
oleh undang-undang terhadap masing-masing jenis perkara tersebut, sehingga tidak memungkinkan untuk diberlakukan proses mediasi sebagaimana diatur dalam
PERMA No. 1 Tahun 2008 karena jangka waktu persidangan bagi sengketa-sengketa tersebut tidak akan terpenuhi.
36
Semua sengketa yang disebutkan dalam Pasal 4 PERMA mediasi memiliki batasan waktu pemeriksaan sehingga tidak memungkinkan diterapkan aturan mediasi
karena akan melanggar ketentuan batasan waktu yang telah ditentukan oleh undang- undang. Ketentuan mengenai batasan waktu dalam empat kompetensi penyelesaian
sengketa tersebut jelas tidak mungkin akan tercapai jika diterapkan ketentuan mengenai prosedur mediasi yang waktu pelaksanaannya bisa sampai 40 empat
puluh hari kerja bahkan bisa diperpanjang untuk selama 14 empat belas hari kerja. Agar ketentuan PERMA tidak bertabrakan dengan ketentuan undang-undang yang
lebih tinggi, maka terhadap perkara-perkara yang disebutkan diatas dikecualikan dari kewajiban untuk menempuh proses mediasi.
37
Selanjutnya Pasal 14 ayat 2 PERMA Mediasi juga disebutkan adanya pembatasan tentang sengketa yang dapat dilakukan perdama
ian yaitu: “Jika setelah proses mediasi berjalan, mediator memahami bahwa dalam sengketa yang sedang
dimediasi melibatkan aset atau harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan sehingga
pihak lain yang berkepentingan tidak dapat menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi, mediator dapat menyampaikan kepada para pihak dan hakim pemeriksa
36
Ibid.,Hal. 74.
37
Ibid., hal .76.
bahwa perkara yang bersangkutan tidak layak untuk dimediasi dengan alasan para pihak tidak leng
kap”. Jika diuraikan substansi dalam Pasal 14 ayat 2 tersebut, maka akan
didapatkan beberapa hal terkait larangan proses mediasi, antara lain: a.
Jika terdapat aset yang berkaitan dengan pihak lain yang tidak ikut menjadi pihak dalam proses berperkara;
b. Adanya harta kekayaan yang berkaitan dengan pihak lain yang tidak ikut
menjadi pihak lain yang tidak ikut menjadi pihak yang berperkara; c.
Adanya kepentingan yang berkaitan dengan pihak lain yang tidak ikut menjadi pihak dalam proses berperkara.
38
2.1.7 Prinsip-prinsip Mediasi