70
teliti dalam proses persidangan, terutama dalam proses pembuktian supaya hakim dalam memberikan keputusan terhindar dari kesalahan dan kekeliruan dan agar
keadilan benar-benar dapat ditegakkan.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ditinjau dari aspek hukum positif, pertama, pertanggungjawaban pidana yang
dilimpahkan kepada para pihakpenghadap apabila akta yang akan dibuat mengandung unsur yang bertentangan dengan Undang-Undang, hal ini sesuai
dengan ketentuan pidana dalam pasal 266 ayat 1 KUHP jo. Pasal 55 ayat 1. Kedua, pertanggungjawaban pidana pemalsuan akta otentik dilimpahkan
kepada notaris apabila membuat surat atau akta palsu, atau memalsukan surat atau akta berdasarkan pasal 263. Dalam ketentuan pasal 263 KUHP
disebutkan bahwa ketentuan pidana bagi pelaku tindak pidana pemalsuan surat atau akta otentik adalah enam tahun penjara. Hal ini membuktikan
bahwa praktik pemalsuan surat yang dilakukan oleh notaris, selain melanggar kode etik kenotariatan, juga merupakan tindak pidana yang cukup serius dan
harus dihentikan. Sedangkan menurut hukum Islam, praktik penipuan dengan modus pemalsuan
ini sudah terjadi pada zaman Nabi SAW dan sahabat. Pada saat itu praktik penipuan berkedok pemalsuan tersebut lebih banyak terjadi dalam aspek
muamalah, karena jabatan kenotariatan pada saat itu belum ada. Selain itu penipuan tersebut diharamkan dan termasuk dalam kategori dosa besar karena
merupakan suatu kebohongan yang dapat merugikan orang lain.
72
Namun, dalam hukum Islam selain tindak pidana pemalsuan dapat dikatakan dosa besar, pelaku dari tindak pidana tersebut dapat dijatuhi hukuman sebagai
mana yang telah Nabi SAW dan para sahabatnya lakukan yakni memberikan sanksi seratus kali cambukan kemudian dimasukkan dalam penjara, di
cambuk lagi hingga seratus kali lalu dipenjarakan kembali dan dilakukan sebanyak tiga kali, dan kemudian diasingkan. Hal demikian dilakukan karena
tindak pidana pemalsuan surat atau akta otentik dapat merugikan pihak lain. 2.
Berdasarkan hasil analisa terhadap Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor : 1568 KPid2008. Dalam perkara pemalsuan akta otentik, baik menurut
hukum positif dan hukum islam, menunjukan bahwa putusan tersebut ditolak karena terdakwa terbukti melakukan tindak pidana pemalsuan akta otentik,
pemalsuan surat hutang dan penggelapan barang karena jabatannya. Sudah memberikan keadilan, hal ini didasarkan kepada tindakan Khalifah Umar Ibn
Al-khatab yang telah diberikan jilid sebanyak 100 seratus kali jilid dan hukuman pengasingan terhad
ap Mu’an Ibn Zaidah sebagai pelaku pemalsuan stempel Bait al-maal.
3. Saran-Saran
Dari pembahasan tersebut, muncul beberapa saran yang dapa dijadikan kontribusi ilmiah terkait dengan persoalan pemalsuan akta otentik oleh notaris,
sebagai berikut:
73
1. Bagi para notaris haruslah tetap idealis dalam menjalankan jabatannya,
dengan tetap menjaga sikap integritas moral yang tinggi, jujur, professional, kehati-hatian, ketelitian dan tetap dalam koridor hukum yang berlaku,
sehingga tindakan melakukan perbuatan pidana dapat dihindari dan masyarakat akan menilai profesi notaris merupakan profesi kepercayaan yang
melayani kepentingan masyarakat akan tetap terjaga. 2.
Sebaiknya hakim yang memeriksa perkara notaris hendaknya lebih berhati hati dan teliti ketika memproses bukti
– bukti dipengadilan, agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dan keadilan dapat ditegakkan.
3. Hendaknya untuk pihak yang menghadap notaris lebih mengutamakan
kejujuran dan tidak bersama-sama dengan notaris melakukan suatu tindak pidana karena hukuman yang berat juga diancam untuk pihakpenghadap yang
melakukan tindak pidana.
74
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an dan Tafsir
Departemen Agama, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit
Diponegoro,2005
B. Kelompok Fikih dan Hadis
Al-Nawawiy, Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf, Sahih Muslim bi Syarh al- Nawawiy, Beirut: Dar al-Fikr, 1983
Al-Muslim, Muslim bin Al-Haj Ibn Muslim Al-Qusyiriy Al-Naisaburiy, Sahih Al Muslim, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Ibn Ibrahim, Muhammad bin Ismail, Shahih Al-Bukhariy, Beirut: Dar al-Fikr, 1981.
Rawas Qal’aji, Muhammad, EnsiklopediFikih Umar bin Khatab, Jakarta:
Manajemen PT Raja Grafindo Persada, 1999.
C. Kelompok Buku dan Undang-Undang
Adjie Habib, Hukum Notaris Indonesia tafsirtematik terhadap UU No.30 tahun 2004 tentangj abatan notaries, Bandung: Refika Aditama, 2009
Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007 Ali Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Palu: Sinar Grafika, 2009
Anshori, Abdul Ghofur, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum
dan Etika, Yogyakarta: UII Press, 2009. Arif Syaifuddin, Notariat Syariah Dalam Praktik, jilid ke I hukum keluarga
Islam, Jakarta: PT Galaksi Komunikasi Utama, 2011